BAB I PENDAHULUAN. Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan memiliki peran yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helmi Rahmat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Minat dan bakat merupakan dua faktor internal yang sangat erat

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi manusia terjadi semenjak manusia itu berada. dalam kandungan hingga akhir masa hidupnya. Hal ini sejalan dengan

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP MINAT STUDI LANJUT PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB III METODE PENELITIAN

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

Tabel 3. 1 Subjek Penelitian No. Subjek Bidang Jumlah 01. Pengelola Bidang Pengembangan DIKLAT 6 Bidang Pendidikan dan Pelatihan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

Efektifitas Layanan Orientasi Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang bertujuan memberikan suatu deskripsi secara rinci, penuh makna dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disebut kuantitatif karena menekankan analisisnya pada data-data numerical

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

PROFIL KEPRIBADIAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN BUNGO PASANG TABING PADANG Oleh:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif, yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif seperti yang dijelaskan

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman modernisasi ini banyak dijumpai remaja yang sering ikutikutan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peneliti akan menggunakan penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan

Modul ke: Pedologi. Gangguan Kepribadian. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dara Pricelly Rais,2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan metode kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

III. METODOLOGI PENELITIAN. langkah-langkah pengkajian dengan menggunakan metode penelitian agar

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sumbernya diamati dan dicatat pertama kalinya oleh peneliti. 1

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara. mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

PERSEPSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENGENAI PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan Konseling

PENGARUH IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI 1 KEMBANG KABUPATEN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN KECURANGAN AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB III METODE PENELITIAN. Pada Bab tiga ini, dibahas hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. rencana pemecahan bagi persoalan yang diselidiki. 67

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tingkat tinggi, sedang, maupun rendah. Masalah (problem) didefinisikan sebagai

PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG III LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB III METODE PENELITIAN. panelitian kami adalah kemandirian dalam belajar. Sedangkan variabel

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus) para ahli. Objek kajian kepribadian adalah human behavior, perilaku manusia, yang pembahasannya terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut. Kepribadian juga merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan. Pada diri individu, sistem psikofisik mendasari kegiatan-kegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentukbentuknya. Sikap, keyakinan, kebiasaan, atau elemen-elemen sistem psikofisik lainnya muncul melalui stimulus, baik dari lingkungan, maupun dari dalam diri individu sendiri. Berdasarkan kedua pengertian kepribadian dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kepribadian sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis kejiwaan dan juga yang bersifat fisik. Perkembangan kepribadian individu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya faktor hereditas dan faktor lingkungan. Faktor hereditas yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian individu antara lain: bentuk tubuh, cairan tubuh, dan sifat-sifat yang diturunkan dari orang tua. Sedangkan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian individu antara lain adalah lingkungan rumah, sekolah, dan kebudayaan masyarakat. 1

2 Meskipun kepribadian seseorang relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi. Perubahan terjadi pada umumnya lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan daripada faktor fisik. Adapun faktor-faktor gangguan fisik yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian, seperti: gangguan otak, kurang gizi (malnutrisi), mengkonsumsi obat-obat terlarang (NAPZA atau NARKOBA), minuman keras, dan gangguan organik (sakit atau kecelakaan). Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: pendidikan, krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stres, depresi), dan masalah sosial (pengangguran, premanisme, dan kriminalitas). Faktor diri sendiri, seperti: tekanan emosional (frustrasi yang berkepanjangan), dan identifikasi atau imitasi terhadap orang lain yang berkepribadian menyimpang (Syamsu Yusuf, 2007: 11). Faktor lingkungan sosial budaya sangat kuat pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang. Hasil penelitian Evi Kristiyarini (Tersedia: http://etd.eprints.ums.ac.id/1905/1/f100020040.pdf) dengan menggunakan tes Woodworth prevalensi gangguan kepribadian terhadap para remaja dan dewasa awal di desa Sedeng Pacitan yang berusia 18-25 tahun baik itu laki-laki dan perempuan yang berjumlah 152 orang, dapat dirinci menurut delapan aspek yaitu gangguan kepribadian obsesif kompulsif sebanyak 32 orang (21.05%), gangguan kepribadian shizoid sebanyak 26 orang (17.10%), gangguan kepribadian paranoid sebanyak 27 orang (17.76%), gangguan kepribadian ambang sebanyak 22 orang (14.4%), gangguan kepribadian anti sosial sebanyak 29 orang (19.07%) dan

3 gangguan lain seperti kondisi emosional sebanyak 37 orang (24.34%), depresi sebanyak 35 orang (23.02%) dan impulsif sebanyak 28 orang (18.42%). Melihat tingginya prevalensi gangguan kepribadian, maka dapat disimpulkan bahwa status kesehatan masyarakat khususnya remaja dan dewasa awal menunjukan pada tingkat rendah. Fenomena permasalahan di atas berkembang, apabila seseorang hidup dalam lingkungan yang tidak kondusif dalam perkembangannya. Seperti lingkungan keluarga yang kurang berfungsi (dysfunctional family) yang ditandai oleh hubungan antara anggota keluarga kurang harmonis, kurang memperhatikan nilai-nilai agama dan orang tuanya bersikap keras atau kurang memberikan curahan kasih sayang kepada anak. Pada umumnya, kelainan kepribadian dapat berkembang karena disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang baik, maka sebagai usaha pencegahan (preventif), seyogianya pihak keluarga (orang tua), sekolah (guru dan staf sekolah lainnya) dan pemerintah perlu senantiasa bekerja sama untuk menciptakan iklim lingkungan yang memfasilitasi atau memberikan kemudahan kepada anak untuk mengembangkan potensi atau tugas-tugas perkembangannya secara optimal, baik menyangkut fisik, psikis, sosial, dan moral-spiritual. Di dunia pendidikan, khususnya di kota Bandung, sekolah merupakan salah satu pengguna tes psikologis terbesar. Anne Anastasi & Susana Urbina (2006: 3) mengemukakan beberapa tujuan dari penggunaan tes untuk pendidikan, yaitu: mengklasifikasi anak-anak berdasarkan kemampuan mereka menyerap berbagai jenis instruksi di kelas, identifikasi mana yang pembelajar cepat dan

4 mana yang lamban, konseling pendidikan dan pekerjaan pada tingkat sekolah menengah dan universitas, menyeleksi orang-orang yang melamar masuk sekolahsekolah profesional. Secara khusus, tes psikologis juga digunakan dalam kegiatan konseling individu yang secara bertahap meluas dari bimbingan yang berlingkup sempit menyangkut rencana pendidikan dan pekerjaan sampai terlibatnya semua aspek kehidupan seseorang. Ketentraman emosi dan hubungan-hubungan interpersonal yang efektif kian lama kian menjadi sasaran utama konseling. Selain itu, tumbuh penekanan pada penggunaan tes psikologis untuk meningkatkan pemahaman diri dan pengembangan diri. Apabila dikaitkan dengan alat-alat ukur lain dalam tes psikologis, maka salah satu alat atau instrumen yang digunakan untuk membantu siswa dalam memahami kepribadiannya adalah instrumen Edwards Personal Preference Schedule (EPPS). Pada lingkup kerja Bimbingan dan Konseling (BK), EPPS dirancang terutama sebagai suatu alat untuk mengungkap kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh siswa melalui beberapa pernyataan. Statemen-statemen (pernyataanpernyataan) dalam EPPS dan variabel dalam statemen dimaksudkan untuk mengukur sumber-sumber yang ada dalam daftar (manifest) kebutuhan yang disajikan oleh H. A. Murray dan kawan-kawannya dalam bukunya yang berjudul Explorations in Personality, (1983). Nama yang diberikan terhadap variabelvariabel ini digunakan oleh H. A. Murray (Dewa Ketut Sukardi, 1993: 3).

5 Hasil dari pengolahan data EPPS siswa sekolah menengah, terutama sekolah menengah atas, dapat dijadikan acuan bagi konselor ketika akan melakukan kegiatan BK. Artinya bahwa ketika konselor telah mengetahui gambaran kepribadian yang dimiliki oleh para siswa, maka konselor dapat mempertimbangkan dan merumuskan suatu arah layanan BK, yang tentunya sesuai dengan gambaran dari kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh para siswa. Berdasarkan penjelasan sebelumnya telah diketahui bahwa faktor hereditas dan lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian individu. Akan tetapi, faktor yang cenderung memiliki sifat berubah-ubah dan sangat kuat pengaruhnya terhadap kepribadian adalah faktor lingkungan, misalnya faktor lingkungan sekolah. Sekolah merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya ratusan anak dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, baik status sosial maupun agamanya. Di sekolah anak akan terwarnai oleh berbagai corak pendidikan, kepribadian dan kebiasaan, yang dibawa masing-masing anak dari lingkungan dan kondisi rumah tangga yang berbeda-beda. Begitu juga para pendidik berasal dari berbagai latar belakang pemikiran dan budaya serta kepribadian. Seorang pendidik merupakan figur dan tokoh yang menjadi panutan para siswa dalam mengambil semua nilai dan pemikiran tanpa memilah antara yang baik dengan yang buruk. Karena para siswa memandang guru adalah sosok yang disanjung, didengar dan ditiru, sehingga pengaruh guru

6 sangat besar terhadap kepribadian dan pemikiran siswa. Terlebih lagi jika para pendidik berada pada kluster sekolah yang berbeda-beda. Sistem kluster adalah pengelompokan sekolah berdasarkan tingkat kualitas. Kluster satu adalah sekolah dengan tingkat kualitas tertinggi (terfavorit) menurut Dinas Pendidikan. Sistem kluster masih dipandang sebagai solusi terbaik dalam mencapai pemerataan kualitas layanan pendidikan. Menurut Oji Mahroji sistem kluster sekolah mampu mengakomodasi cita-cita pemerintah untuk memeratakan kualitas pendidikan. Sedangkan menurut Anggota Komisi D DPRD Kota Bandung Kusmeni S. Hartadi menilai, hasil Penerimaan Siswa Baru (PSB) tahun 2009/2010 yang memunculkan kenyataan kenaikan passing grade di semua kluster dapat dilihat sebagai salah satu indikator mulai munculnya pemerataan layanan pendidikan (Harian Pikiran Rakyat, Selasa 07 Juni 2009: www.ahmadheryawan.com). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa perolehan prestasi belajar dan tingkat inteligensi seseorang dapat pula mempengaruhi perkembangan kepribadian siswa. Siswa yang memiliki prestasi belajar dan tingkat inteligensi yang tinggi atau normal dapat mempengaruhi peningkatan harga diri, sikap percaya diri, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Perolehan prestasi belajar dan tingkat inteligensi siswa juga secara tidak langsung menjadi salah satu kriteria yang digunakan dalam menetapkan sekolah-sekolah yang dapat digolongkan ke dalam empat kluster sekolah, yaitu melalui hasil Ujian Nasional siswa.

7 Berdasarkan fenomena di atas, maka dirasa penting untuk dilakukan penelitian dan analisis terhadap hasil tes EPPS siswa sekolah menengah atas berdasarkan kluster sekolah Tahun Ajaran 2009/2010. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh siswa sekolah menengah atas pada setiap kluster sekolah, dengan mengingat bahwa tingkat kualitas layanan pendidikan pada setiap kluster sekolah memiliki perbedaan, yang tidak menutup kemungkinan dapat menghasilkan prestasi siswa yang berbeda-beda pula pada setiap kluster. Selain itu, untuk dapat menggambarkan kecenderungan kepribadian siswa pada tahun sebelumnya, maka penelitian juga dilakukan pada hasil tes EPPS siswa sekolah menengah atas berdasarkan kluster sekolah Tahun Ajaran 2008/2009. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari gambaran kecenderungan kepribadian siswa selama dua tahun, yang mana antara sekolah-sekolah yang tergolong ke dalam empat kluster dari kedua tahun ajaran tersebut cenderung tidak berubah. Artinya, masing-masing sekolah tetap bertahan dalam setiap kluster sekolah yang telah ditetapkan pada tahun ajaran sebelumnya. Dan jika dikaitkan dengan kualitas, maka berarti tidak ada sekolah yang naik pada kluster paling atas ataupun turun pada kluster yang dianggap berada di bawah, sehingga pada akhirnya hal tersebut dapat menjadi informasi penting bagi pihak-pihak yang menggunakan serta memanfaatkan tes kepribadian melalui instrumen EPPS. Merujuk pada permasalahan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti Profil Kepribadian Siswa Berdasarkan Kluster Sekolah.

8 B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Pada dasarnya kepribadian seseorang relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan adanya perubahan kepribadian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian adalah gangguan fisik dan lingkungan, yaitu misalnya lingkungan sekolah yang tidak menutup kemungkinan bahwa kondisi kualitas sekolah yang berbeda-beda melalui sistem kluster juga dapat mempengaruhi perubahan kepribadian siswa. Konsistensi dari gambaran kecenderungan kepribadian siswa pada setiap kluster sekolah dapat diketahui melalui penelitian yang dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri di kota Bandung Tahun Ajaran 2008/2009 dan 2009/2010, dengan mengingat bahwa sekolah-sekolah yang berada pada masing-masing kluster dari kedua tahun ajaran juga cenderung konsisten. Berdasarkan paparan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Seperti apakah profil kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh siswa kelas X SMA Negeri di kota Bandung berdasarkan kluster sekolah Tahun Ajaran 2008/2009? 2. Seperti apakah profil kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh siswa kelas X SMA Negeri di kota Bandung berdasarkan kluster sekolah Tahun Ajaran 2009/2010? 3. Seperti apakah profil kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh siswa kelas X SMA Negeri di Kota Bandung berdasarkan kluster sekolah Tahun Ajaran 2008/2009 dan 2009/2010?

9 4. Adakah perbedaan kecenderungan kepribadian siswa kelas X SMA Negeri di Kota Bandung berdasarkan kluster sekolah pada Tahun Ajaran 2008/2009 dan 2009/2010? C. Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan penelitian adalah terdeskripsikannya profil kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh siswa kelas X SMA Negeri di Kota Bandung Tahun Ajaran 2008/2009 dan 2009/2010. Lebih spesifiknya, tujuan dari penilitian adalah untuk mengungkap dan menganalisis data empiris tentang: 1. Gambaran profil kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh siswa kelas X SMA Negeri di kota Bandung berdasarkan kluster sekolah Tahun Ajaran 2008/2009. 2. Gambaran profil kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh siswa kelas X SMA Negeri di kota Bandung berdasarkan kluster sekolah Tahun Ajaran 2009/2010. 3. Gambaran profil kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh siswa kelas X SMA Negeri di Kota Bandung berdasarkan kluster sekolah Tahun Ajaran 2008/2009 dan 2009/2010. 4. Perbedaan kecenderungan kepribadian siswa kelas X SMA Negeri di Kota Bandung berdasarkan kluster sekolah pada Tahun Ajaran 2008/2009 dan 2009/2010.

10 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Sebagai rujukan bagi konselor dalam merumuskan suatu arah layanan bimbingan ketika telah diketahui kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh para siswa. 2. Sebagai gambaran bagi sekolah, terutama sekolah-sekolah yang memiliki passing grade tinggi melalui empat kelompok kluster sekolah, dalam mengetahui kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh siswa berprestasi. 3. Sebagai sumbangsih terhadap perkembangan keilmuan terutama dalam mata kuliah Assessmen Psikologis. 4. Sebagai masukan bagi Laboratorium Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung dalam memberikan gambaran mengenai kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh siswa SMA Negeri di Kota Bandung Tahun Ajaran 2008/2009 dan 2009/2010. E. Asumsi 1. Kepribadian akan mencerminkan unsur-unsur tingkah laku yang bersifat menetap dan berulang, maupun unsur-unsur yang baru dan unik. 2. Kepribadian seseorang relatif konstan, namun dalam kenyataannya kepribadian juga dapat mengalami perubahan yang terjadi karena dipengaruhi oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan.

11 3. Kepribadian siswa di sekolah akan terwarnai oleh berbagai corak pendidikan dan kebiasaan, yang dibawa masing-masing anak dari lingkungan dan kondisi rumah tangga yang berbeda-beda. 4. Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) dirancang sebagai suatu alat untuk tujuan penelitian dan konseling, dengan pengukuran yang cepat dan tepat terhadap beberapa variabel kepribadian. F. Hipotesis Berdasarkan asumsi tersebut, maka dalam penelitian ini dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut. Terdapat perbedaan kecenderungan kepribadian yang dimiliki siswa kelas X SMA Negeri pada setiap kluster sekolah di kota Bandung berdasarkan hasil tes EPPS Tahun Ajaran 2008/2009 dan 2009/2010. G. Metode dan Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah studi dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Studi dokumentasi dilakukan terhadap

12 hasil tes kepribadian beberapa sekolah di Kota Bandung yang termasuk ke dalam empat kluster sekolah Tahun Ajaran 2008/2009 dan 2009/2010. H. Populasi dan Sampel Anggota populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri di Kota Bandung yang termasuk ke dalam empat kluster sekolah Tahun Ajaran 2008/2009 dan 2009/2010, sedangkan berdasarkan data passing grade SMA Negeri jalur akademis di Kota Bandung Tahun Ajaran 2008/2009 dan 2009/2010 yang diperoleh, maka sekolah-sekolah yang akan menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut. Tabel 1.1 Data Sekolah pada Setiap Kluster yang Dijadikan Sampel Penelitian No. Klaster Nama Sekolah 1. SMA NEGERI 2 BANDUNG 1 2. SMA NEGERI 4 BANDUNG 3. SMA NEGERI 1 BANDUNG 2 4. SMA NEGERI 22 BANDUNG 5. SMA NEGERI 10 BANDUNG 3 6. SMA NEGERI 12 BANDUNG 7. SMA NEGERI 18 BANDUNG 4 8. SMA NEGERI 21 BANDUNG

13 Adapun metode yang digunakan dalam menentukan anggota sampel penelitian adalah metode sampel acak proporsional. Metode sampling acak proporsional dilakukan dengan terlebih dahulu membagi populasi menjadi beberapa kelompok atau klaster. Secara acak klaster-klaster yang diperlukan diambil dengan proses pengacakan. Setiap anggota yang berada di dalam klasterklaster yang diambil secara acak tadi merupakan sampel yang diperlukan (Sudjana, 2005: 172-173). Sasaran langsung penelitian dari anggota sampel penelitian adalah skor kepribadian siswa yang diukur dengan menggunakan EPPS. I. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumentasi, yaitu menginventarisir data hasil tes kepribadian siswa kelas X SMA Negeri di Kota Bandung, dari Laboratorium Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (Lab. PPB UPI Bandung). Data yang diambil adalah data hasil tes kepribadian siswa dari sekolah-sekolah yang termasuk ke dalam empat kluster sekolah Tahun Ajaran 2008/2009 dan 2009/2010. Pada proses pengolahan dan analisis data, digunakan perhitungan statistik dengan uji perbandingan rata-rata melalui Uji T Sampel Independen dan Analisis Varians Satu Arah (Oneway ANOVA). Proses tersebut memanfaatkan program Statistical Package for the Social Science (SPSS).