EVALUASI KOORDINASI SETTING RELAY PROTEKSI OCR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv PT APAC INTI CORPORA SEMARANG DENGAN ETAP 12.6.

dokumen-dokumen yang mirip
Ladislaus Risangpajar *), Yuningtyastuti, and Agung Nugroho. Abstrak. Abstract

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di Perusahaan X

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

ANALISIS KOORDINASI RELE PENGAMAN FEEDER WBO04 SISTEM KELISTRIKAN PT. PLN (PERSERO) RAYON WONOSOBO

EVALUASI SETTING RELAY PROTEKSI DAN DROP VOLTAGE PADA GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 7.5

Koordinasi Proteksi Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Sympathetic Trip Di Kawasan Tursina, PT. Pupuk Kaltim

Perancangan Sistem Proteksi (Over Current dan Ground Fault Relay) Untuk Koordinasi Pengaman Sistem Kelistrikan PT. Semen Gresik Pabrik Tuban IV

Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500kV PT PLN (PERSERO) di Kediri

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No 1, (2013) 1-6

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

Studi Koordinasi Rele Pengaman Sistem Tenaga Listrik di PT. Plaza Indonesia Realty Tbk.

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Analisis Sympathetic Trip pada Penyulang Ungasan dan Bali Resort, Bali

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN INDUSTRI NABATI

Koordinasi Proteksi Tegangan Kedip dan Arus Lebih pada Sistem Kelistrikan Industri Nabati

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

Analisis Studi Rele Pengaman (Over Current Relay Dan Ground Fault Relay) pada Pemakaian Distribusi Daya Sendiri dari PLTU Rembang

ANALISIS RESETTING RECLOSER PADA SALURAN WLI 06 TRAFO 30 MVA 150 KV GARDU INDUK WELERI KENDAL DENGAN SIMULASI ETAP

KOORDINASI RELAY ARUS LEBIH DAN RECLOSER PADA TRAFO 60 MVA GARDU INDUK PANDEAN LAMPER SEMARANG DENGAN SIMULASI ETAP

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI, GRESIK JAWA TIMUR

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.

Pendekatan Adaptif Multi Agen Untuk Koordinasi Rele Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Industri

EVALUASI SETTING PROTEKSI ARUS LEBIH DI JENE STATION PT. MEDCO E&P INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN ETAP

Presentasi Sidang Tugas Akhir (Ganjil 2013) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS. Nama : Rizky Haryogi ( )

ANALISIS SETTING DAN KOORDINASI RELE JARAK PADA GI 150 KV PANDEAN LAMPER ARAH SRONDOL. Abstrak

EVALUASI SETTING RELAY ARUS LEBIH DAN SETTING RELAY GANGGUAN TANAH PADA GARDU INDUK 150KV BAWEN

Analisis Sympathetic Trip pada Penyulang Ungasan dan Bali Resort, Bali

Hendra Rahman, Ontoseno Penangsang, Adi Soeprijanto

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU EMBALUT, PT. CAHAYA FAJAR KALTIM

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

Analisis Studi Rele Pengaman (Over Current Relay Dan Ground Fault Relay) pada pemakaian distribusi daya sendiri dari PLTU Rembang

Pendekatan Adaptif Multi Agen Untuk Koordinasi Rele Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Industri

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

Studi koordinasi Proteksi pada Joint Operating Pertamina-Petrochina di Tuban akibat Integrasi Sukowati Plant

Studi Koordinasi Proteksi Pada PT. Citic Seram Energy Ltd. Pulau Seram Maluku Tengah

Analisa Rele Proteksi pada Sistem Kelistrikan Industri Peleburan Nikel PT. Aneka Tambang Operasi Pomaala ( Sulawesi Tenggara )

Evaluasi Ground Fault Relay Akibat Perubahan Sistem Pentanahan di Kaltim 1 PT. Pupuk Kaltim

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

ABSTRAK Kata Kunci :

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

PERANCANGAN KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH PADA GARDU INDUK DENGAN JARINGAN DISTRIBUSI SPINDLE

Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober

2. TEORI PENUNJANG 1. PENDAHULUAN. Martinus Tri Wibowo, Ir. R. Wahyudi, Dedet Candra Riawan, S.T, M.Eng Jurusan Teknik Elektro FTI ITS

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00)

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

STUDI KOORDINASI PROTEKSI PADA PT. CHANDRA ASRI AKIBAT INTEGRASI DENGAN PT. TRI POLYTA

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

Rifgy Said Bamatraf Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng.

EVALUASI SETTING RELAY OCR, GFR DAN RECLOSER PASCA REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PADA TRAFO 2 GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 12.6.

STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI INDONESIA, GRESIK JAWA TIMUR. Studi Kasus Sistem Kelistrikan PT.

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

EVALUASI KOORDINASI SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN 150kV DAN 20Kv PT.PLN (PERSERO) APJ GILIMANUK

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

Bambang Prio Hartono, Eko Nurcahyo, Lauhil Mahfudz Hayusman 1

ANALISIS RESETTING RELE ARUS LEBIH AKIBAT PERUBAHAN TRANSFORMATOR DAYA DAN PENAMBAHAN PENYULANG DI GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG

ANALISIS PERENCANAAN KOORDINASI SISTEM PROTEKSI RELAY ARUS LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK DI PUSDIKLAT MIGAS CEPU

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

STUDI KOORDINASI PERALATAN PROTEKSI OCR & GFR PADA PENYULANG TIBUBENENG

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... PERSYARATAN GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRACT...

Koordinasi Proteksi Saluran Udara Tegangan Tinggi pada Gardu Induk Mliwang Tuban Akibat Penambahan Penghantar Pltu Tanjung Awar-Awar

REKONFIGURASI RELAI PROTEKSI SETELAH PENAMBAHAN PEMBANGKIT TERSEBAR PADA JARINGAN DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. mentransmisikan dan mendistribusikan tenaga listrik untuk dapat dimanfaatkan

Analisis Implementasi Saturated Iron Core Superconducting Fault Current Limiter pada Jaring Distribusi PT. PERTAMINA RU V BALIKPAPAN

14 Teknologi Elektro, Vol. 16, No. 02, Mei - Agustus Z 2eq = Impedansi eqivalen urutan negatif

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

Setting Rele Diferensial Bus High Impedance Pada Sistem Distribusi Ring 33 kv di PT. Pertamina RU V Balikpapan

Studi Koordinasi Pengaman Rele Arus Lebih Akibat Adanya Proses Integrasi Sistem Kelistrikan Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java

KOORDINASI SETTING RELAI ARUS LEBIH PADA INCOMING 2 KUDUS TERHADAP OUTGOING KUDUS 5 DAN 6 YANG MENGGUNAKAN JARINGAN DOUBLE CIRCUIT DI GI 150 KV KUDUS

STUDI KOORDINASI PROTEKSI PADA PT PERTAMINA JOB MEDCO ENERGI TOMORI FIELD SENORO

Studi Koordinasi Proteksi Pada Pabrik PT.Chandra Asri Petrochemical Plant Butadiene

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah dapat merusak peralatan-peralatan produksi yang terhubung dalam

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

ANALISA SETTING GROUND FAULT RELAY (GFR) TERHADAP SISTEM PENTANAHAN NETRAL PENYULANG PANDEANLAMPER 06 JTM 20 KV SEMARANG

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 77 Vol. 4, No. 2 : 77-84, Agustus 2017

Studi Rele Pengaman (Over Current Relay Dan Ground Fault Relay) pada pemakaian distribusi daya sendiri dari PLTU Rembang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3)

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3)

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Pembangkit UP GRESIK (PLTG dan PLTU)

Studi Koordinasi Proteksi Pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Tonasa.

II. SISTEM PENGAMAN TENAGA LISTRIK DAN ENERGI BUSUR API

Studi Koordinasi Proteksi di PT. Ajinomoto, Mojokerto Oleh : Arif Andia K

Studi Perencanaan Koordinasi Proteksi Mempertimbangkan Busur Api pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Aceh Menggunakan Standar IEEE

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

Analisis Sistem Pengaman Arus Lebih pada Penyulang Abang Akibat Beroperasinya PLTS pada Saluran Distribusi Tegangan Listrik 20 Kv di Karangasem

Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 150 kv

Transkripsi:

EVALUASI KOORDINASI SETTING RELAY PROTEKSI OCR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv PT APAC INTI CORPORA SEMARANG DENGAN ETAP 12.6.0 Faisal Oktavian Suryaadmaja *), Susatyo Handoko, and Bambang Winardi Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro, Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia *) E-mail: faisaloktavian12@gmail.com Abstrak Pada sistem kelistrikan industri, tingkat keandalan jaringan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan karena akan berefek secara langsung terhadap kelangsungan produksi. Sistem proteksi merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat keandalan jaringan tersebut. Penelitian ini menggunakan program bantu ETAP 12.6.0 yang bertujuan untuk memastikan koordinasi sistem proteksi jaringan tegangan menengah PT Apac Inti Corpora telah memenuhi standar persyaratan sistem proteksi. Pada kondisi existing di jaringan tegangan menengah 20 kv PT Apac Inti Corpora, terdapat kesalahan pada koordinasi relay arus lebih. Terdapat relay arus lebih dengan time grading kurang dari 0,2 detik dan lebih dari 0,5 detik. Terdapat pula kurva koordinasi yang saling tumpang tindih. Setelah dilakukan penyetelan ulang, koordinasi relay arus lebih sudah bekerja sebagaimana mestinya. Relay bekerja dimulai dari titik terdekat gangguan diikuti relay back up nya. Pada koordinasi proteksi hasil resetting sudah tidak ditemukan lagi kurva yang saling tumpang tindih. Time grading sudah sesuai dengan standar IEEE 242-1986. Sehingga hasilnya adalah peningkatan keandalan pada jaringan tegangan menengah 20 kv PT Apac Inti Corpora Semarang. Kata kunci: jaringan tegangan menengah, relay arus lebih, koordinasi proteksi Abstract In industrial electrical systems, the level of network reliability is a major factor that must be considered because it will have an effect directly on the continuity of production. Protection system is an important factor affecting the level of network reliability. This research used ETAP 12.6.0 as auxiliary program to ensure the coordination of medium voltage network protection system in PT Apac Inti Corpora met the standard requirements of the protection system. In the existing condition in medium voltage network system 20 kv PT Apac Inti Corpora, there was an error on the coordination of overcurrent relays. There was OCR relay with a time grading less than 0.2 seconds and more than 0.5 seconds. There was also coordination curves overlap. After the resetting, OCR relay coordination was working properly. Relay worked from the nearest point of interruption then followed by its back up relay. In coordination resetting protection results was not found curves overlap anymore. That time grading were in accordance with the IEEE 242-1986. So the result was an increase in the reliability of the network of 20 kv medium voltage PT Apac Inti Corpora Semarang. Keywords: medium voltage network, overcurrent relay, protection coordination 1. Pendahuluan Industri tekstil merupakan salah satu penopang perekonomian sebuah negara. Dalam sebuah industri tekstil secara garis besar terdapat dua unit utama yaitu unit pemintalan (spinning) dan unit penennunan (weaving). Setiap unit terdiri dari mesin-mesin yang digunakan untuk menunjang proses produksi, yang selalu membutuhkan pasokan energi listrik dan diharapkan tidak terjadi gangguan maupun kegagalan. Menurut Arianto, salah satu gangguan pada sistem tenaga adalah gangguan hubung singkat. Gangguan ini menghasilkan arus yang sangat tinggi melebihi nilai nominalnya, sehingga akan mengakibatkan kerusakan peralatan lain yang berada dalam sistem [1]. Setiajie dan Putra menyebutkan dalam tugas akhirnya, koordinasi antar relay juga menentukan keandalan suatu sistem tenaga listrik sehingga diperlukan evaluasi. Salah satu koordinasi yang harus selalu dievaluasi adalah koordinasi antar relay arus lebih. Sehingga energi listrik yang disalurkan ke jaringan dapat selalu terpenuhi [2][3]. PT Apac Inti Corpora (AIC) memiliki 7 unit spinning dan 4 unit weaving. Setiap tahun di PT AIC terdapat perubahan besarnya beban menyesuaikan dengan kebutuhan produksi,

TRANSIENT, VOL.5, NO. 3, SEPTEMBER 2016, ISSN: 2302-9927, 280 namun jaringan tegangan menengah 20 kv pada PT AIC sudah sejak tahun 2009 tidak dilakukan pengecekan ulang setting sistem proteksinya. Pengecekan kerja relay yang pernah dilakukan adalah pengujian single test, bukan berupa pengujian koordinasi relay nya. Sedangkan unit weaving 1 di bus MSA dan spinning 7 di bus MQA yang pada tahun 2009 berhenti beroperasi kini kembali dioperasikan kembali. Perubahan besar beban ini dikhawatirkan menyebabkan terjadinya kesalahan setting sistem proteksi karena minimnya pengecekan koordinasi setting proteksi selama 2009-2016. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi setting dan koordinasi relay proteksi OCR kondisi existing untuk mendapatkan koordinasi proteksi yang lebih baik [7]. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai evaluasi setting relay proteksi OCR pada jaringan tegangan menengah 20 kv PT AIC dengan menggunakan ETAP 12.6.0 karena software ini memiliki tampilan simulasi yang mudah dipahami. Software ETAP memiliki kemampuan untuk menyimulasikan aliran daya, gangguan hubung singkat dan koordinasi setting relay proteksi OCR [15]. 2. Metode 2.1. Langkah Penelitian beroperasi. Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini ditunjukkan pada gambar 1. 2.2. Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari PT PLN APJ Salatiga, PT PLN APP Salatiga, dan PT AIC. Data-data tersebut meliputi data power grid, data spesifikasi transformator, data impedansi penghantar, data beban jaringan tegangan menengah PT AIC, dan data setting relay arus lebih di PT AIC. Single line diagram jaringan tegangan menengah 20 kv PT AIC ditunjukkan pada gambar 2. PMA PMB COUPLER Gambar 2. Single Line Diagram Ada tiga macam kondisi jaringan yang harus diakomodasi oleh setting relay arus lebih di PT AIC. Tiga kondisi jaringan ini dapat dibedakan berdasarkan variasi pada circuit breaker yang dapat dilihat pada tabel 1. Pada kondisi normal beban disuplai dari PMA dan PMB. Tabel 1. Variasi kondisi jaringan Variasi Circuit Breaker PMA PMB COUPLER Kondisi Pertama CLOSE CLOSE OPEN Kondisi Kedua OPEN CLOSE CLOSE Kondisi Ketiga CLOSE OPEN CLOSE 3. Hasil dan Analisis 3.1. Load Flow Analysis Gambar 1. Diagram Alir Langkah Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi koordinasi setting relay arus lebih pada PT Apac Inti Corpora setelah unit weaving 1 di bus MTA dan spinning 7 di bus MQA Simulasi aliran daya dilakukan untuk mendapatkan nilai arus yang mengalir ketika beban beroperasi penuh. Simulasi dilakukan di ketiga kondisi jaringan. Nilai arus beban penuh akan digunakan untuk perhitungan nilai setting minimal arus pickup pada relay. Arus beban penuh yang akan digunakan pada perhitungan resetting relay

TRANSIENT, VOL.5, NO. 3, SEPTEMBER 2016, ISSN: 2302-9927, 281 adalah arus beban penuh terbesar yang mengalir pada masing-masing circuit breaker. Analisis load flow pada tugas akhir ini dilakukan dengan simulasi menggunakan ETAP 12.6.0. Pada ETAP 12.6.0 pilih menu Load Flow Analysis lalu pilih run. Tampilan load flow analysis dapat dilihat pada Gambar 3. Sedangkan hasil simulasi load flow dapat dilihat pada tabel 2. digunakan dalam perhitungan setting relay arus lebih adalah arus hubung singkat 3-fasa. Simulasi dilakukan pada tiga kondisi jaringan, kemudian dipilih nilai arus gangguan hubung singkat terkecil (minimum). CLOSE CLOSE CLOSE CLOSE OPEN Gambar 4. Simulasi arus gangguan hubung singkat pada ETAP 12.6.0 kondisi I Gambar 3. Simulasi load flow analysis pada ETAP 12.6.0 kondisi I Tabel 2. Arus beban penuh terbesar hasil simulasi pada ETAP 12.6.0 Circuit Breaker OPEN Arus Beban Penuh (A) PLN 17 1702 PLN 27 1630 PMA 1702 PMB 1630 COUPLER 894.8 MTA 118,5 MQA 147,9 MRA 224,8 MSA 316,9 MTB 189,7 MRB 192,6 MSB 513,6 3.2. Analisis Gangguan Hubung Singkat Simulasi arus hubung singkat dilakukan dengan ETAP 12.6.0 untuk mengetahui besarnya nilai arus gangguan. Analisis gangguan hubung singkat dilakukan dengan memberikan gangguan pada bus di single line diagram jaringan. Nilai arus hubung singkat ini akan digunakan sebagai batas maksimal untuk pemilihan nilai setting arus pickup. Nilai arus gangguan hubung singkat yang Hasil simulasi dari gambar 4 berupa laporan mengenai arus hubung singkat yang terjadi pada simulasi ETAP 12.6.0 terdapat pada report manager. Rekapitulasi arus gangguan hubung singkat 3-fasa minimum dari ketiga kondisi jaringan terdapat pada tabel 3. Tabel 3. Tabel arus gangguan hubung singkat minimum hasil simulasi ETAP 12.6.0 Current Transformer Arus Hubung Singkat Minimum pada Tiap CT (ka) PLN 27 8,37 PLN 17 6,99 PMA 6,75 PMB 8,04 MTA 6,51 MQA 6,57 MRA 6,74 MSA 6,53 MTB 6,52 MRB 6,74 MSB 6,51 COUPLER 6,74 3.3. Setting Existing Relay Proteksi OCR Sebelum melakukan penyetelan ulang atau resetting relay proteksi OCR, terlebih dahulu melakukan analisis terhadap setting existing pada jaringan tegangan menengah 20 kv PT AIC. Pada penelitian ini setting existing digunakan untuk analisis kesesuaian koordinasi relay proteksi OCR

TRANSIENT, VOL.5, NO. 3, SEPTEMBER 2016, ISSN: 2302-9927, 282 pada jaringan tegangan menengah PT AIC. Data setting existing relay OCR dapat dilihat pada tabel 4 untuk setting low set dan tabel 5 untuk setting high set. Tabel 4. Setting low set relay proteksi OCR existing ID ETAP CT Ratio Setting Low Set Relay OCR Kurva Pick up PLN 17 600/5 Standard Inverse 0,83 1 PLN 27 1000/5 Standard Inverse 0,8 1 PMA 600/1 Extremely Inverse 0,9 0,05 PMB 600/1 Standard Inverse 1 0,05 MTA 600/1 Standard Inverse 0,96 0,05 MQA 600/1 Standard Inverse 0,96 0,05 MRA 600/1 Standard Inverse 0,96 0,05 MSA 600/1 Standard Inverse 0,96 0,05 MTB 600/1 Standard Inverse 0,96 0,05 MRB 600/1 Standard Inverse 0,96 0,05 MSB 600/1 Standard Inverse 0,96 0,05 COUPLER 2000/1 Standard Inverse 0,5 0,1 Tabel 5. Setting high set relay proteksi OCR existing ID ETAP CT Setting Relay OCR Kurva Ratio Pick up PLN 17 600/5 Definite 3,33 0,1 PLN 27 1000/5 Definite 3,2 0,1 PMA 600/1 Instantaneous 1,8 0,05 PMB 600/1 Instantaneous 4 0,04 MTA 600/1 Instantaneous 3,4 0,04 MQA 600/1 Instantaneous 3,4 `0,04 MRA 600/1 Instantaneous 3,4 0,04 MSA 600/1 Instantaneous 3,4 0,04 MTB 600/1 Instantaneous 3,4 0,04 MRB 600/1 Instantaneous 3,4 0,04 MSB 600/1 Instantaneous 3,4 0,04 COUPLER 2000/1 Definite 4 0,04 3.4. Resetting Relay Proteksi OCR 3.4.1. Setting Low Set Relay Proteksi OCR Penyetelan ulang (resetting) relay proteksi OCR membutuhkan arus beban penuh atau Full Load Ampere (FLA) pada tabel 2 dan arus hubung singkat terkecil (Isc min) pada tabel 3 untuk menentukan arus setting (pick up). Perhitungan arus setting low set relay menggunakan persamaan 1, lalu arus pickup dihitung dengan persamaan 2 berikut : (1.05 s/d 1.3) I FLA Iset 0,8 Isc minimum (1) Pick up = (2) Sedangkan untuk menentukan pada relay OCR tipe standard inverse menggunakan persamaan 3 berikut [7]: [ ] Waktu operasi yang digunakan untuk relay OCR yang paling dekat dengan beban yaitu RelayMTA, RelayMQA, RelayMRA, RelayMSA, RelayMTB, RelayMRB, dan RelayMSB adalah yang tercepat. Kemudian diikuti relay (3) back up nya dengan jeda waktu 0,2-0,4 detik sesuai IEEE Standard 242-1986. Namun, jeda waktu 0,5 detik masih diijinkan untuk kondisi tertentu [17]. Berikut merupakan contoh perhitungan untuk setting relay MTA : RelayMTA Dipilih kurva : Standard Inverse Isc min : 6510 A Arus beban Penuh (FLA) : 118,5 A CT Ratio : 600/1 Waktu Operasi : 0,4 detik Arus Setting 1,25*FLA I set 0,8*I sc min 1,25* 118,5 A I set 0,8*6510 A 148,125 A I set 5208 A Dipilih I set sebesar 148,125 A, maka nilai pick up dan adalah sebagai berikut Pick up = = = = 0,246 (4) = ( ) (( ) ) = 0,22 (5) 3.4.2. Setting High Set Relay Proteksi OCR Menentukan setting high set relay berguna untuk melindungi peralatan seperti circuit breaker dan penghantar dari arus hubung singkat yang nilainya sangat besar. Nilai high set relay OCR ditentukan berkisar antara 20 sampai 100 ms dengan grading time sebesar 0,1 s [16]. Lalu untuk menentukkan arus pickup setting high set relay dengan melihat 50% dari arus gangguan maksimum [18]. Arus gangguan maksimum diasumsikan dari arus gangguan maksimum yang dapat ditanggung oleh circuit breaker. Contoh pada perhitungan high set relay MTA : RelayMTA Dipilih kurva : Instantaneous I set : 7000 A CT ratio : 600/1 A : 40 ms 3.4.3. Rekapitulasi Perhitungan Resetting Relay Proteksi OCR Setelah dilakukan penyetelan ulang/resetting relay OCR di PT AIC dengan cara yang sama pada perhitungan 4,5 dan 6, maka dapat dibuat rekapitulasi hasil perhitungan pada tabel 5 untuk setting low set dan tabel 6 untuk setting high set. (6)

TRANSIENT, VOL.5, NO. 3, SEPTEMBER 2016, ISSN: 2302-9927, 283 Tabel 6. Hasil perhitungan low set resetting relay proteksi OCR Data Hasil ID ETAP CT Perhitungan Brands Kurva ratio top Pick (s) up PLN 17 600/5 MG Std Inverse 1,2 2,92 0,23 PLN 27 1000/5 ABB Std Inverse 1,2 1,67 0,27 PMA 600/1 ABB Std Inverse 0,8 2,92 0,15 PMB 600/1 ABB Std Inverse 0,8 2,79 0,18 MTA 600/1 ABB Std Inverse 0,4 0,24 0,22 MQA 600/1 ABB Std Inverse 0,4 0,30 0,21 MRA 600/1 ABB Std Inverse 0,4 0,46 0,19 MSA 600/1 ABB Std Inverse 0,4 0,66 0,16 MTB 600/1 ABB Std Inverse 0,4 0,39 0,19 MRB 600/1 ABB Std Inverse 0,4 0,40 0,19 MSB 600/1 ABB Std Inverse 0,4 1,07 0,13 COUPLER 2000/1 ABB Std Inverse 0,8 0,5 0,22 Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa waktu trip (t op ) dari relay MTA, MQA, MRA, MSA, MTB, MRB, MSB sama yaitu sebesar 0,4. Hal ini disebabkan relay-relay proteksi OCR tersebut terletak paling dekat dengan beban, sehingga harus memiliki waktu trip yang tercepat. Sedangkan waktu operasi dari relay COUPLER, PMA dan PMB sebesar 0,8 detik. Kemudian untuk waktu operasi dari relay PLN 17 dan PLN 27 sebesar 1,2 detik. Hal ini disebabkan relay COUPLER, PMA dan PMB merupakan relay back up pertama dari bus MILL A dan MILL B sehingga membutuhkan grading time sesuai standar IEEE 242, yaitu antara 0,2 0,4 detik. Sama halnya dengan relay PLN 17 dan PLN 27 yang diberi grading time sebesar 0,4 detik dari waktu operasi relay COUPLER, PMA dan PMB. Pada relay ABB SPAJ 140C range nilai pick up antara 0,5 sampai 2,5, sehingga hasil perhitungan nilai pick up yang dibawah 0,5 akan dimasukkan ke setting pick up pada ETAP 12.6.0 sebesar 0,5. Sedangkan nilai pick up hasil perhitungan yang melebihi 2,5 akan dimasukkan ke setting pick up pada ETAP 12.6.0 sebesar 2,5. Untuk relay PLN 17 yang merupakan buatan merin gerin range nilai pick up antara 0,5 sampai 2,4, sehingga hasil perhitungan nilai pick up yang melebihi 2,4 akan dimasukkan ke setting pick up pada ETAP 12.6.0 sebesar 2,4. Tabel 7. Hasil perhitungan high set resetting relay proteksi OCR ID ETAP Data Hasil Perhitungan CT Kurva ratio Pick Iset up PLN 17 600/5 Definite 7000 11,67 0,34 PLN 27 1000/5 Definite 8100 8,1 0,34 PMA 600/1 Instantaneous 7000 11,67 0,24 PMB 600/1 Instantaneous 8100 13,5 0,24 MTA 600/1 Instantaneous 7000 11,67 0,04 MQA 600/1 Instantaneous 7000 11,67 0,04 MRA 600/1 Instantaneous 7000 11,67 0,04 MSA 600/1 Instantaneous 7000 11,67 0,04 MTB 600/1 Instantaneous 7000 11,67 0,04 MRB 600/1 Instantaneous 7000 11,67 0,04 MSB 600/1 Instantaneous 7000 11,67 0,04 COUPLER 2000/1 Definite 7000 3,5 0,14 Dapat dilihat bahwa berdasarkan pada tabel 7 besar nilai untuk relay-relay yang paling dekat dengan beban yaitu MTA, MQA, MRA, MSA, MTB, MRB, dan MSB dipilih waktu kerja minimal. Waktu kerja minimal dari karakteristik relay instantaneous pada relay ABB SPAJ 140C yaitu 40 ms. 3.4.4. Evaluasi Koordinasi Relay Proteksi OCR Setelah menentukan simulasi aliran daya dan arus gangguan hubung singkat, kemudian menghitung penyetelan ulang atau resetting relay OCR, selanjutnya adalah evaluasi koordinasi dengan cara membandingkan kurva koordinasi proteksi existing dengan hasil penyetelan ulang atau resetting. Koordinasi relay hasil resetting harus dapat mengakomodasi 3 kondisi jaringan. 3.4.4.1. Evaluasi Koordinasi Relay OCR pada Kondisi I Kondisi I adalah kondisi dimana circuit breaker PMA dan circuit breaker PMB dalam keadaan close. Sedangkan circuit breaker coupler dalam keadaan open. Sehingga beban pada bus MILL A disuplai melalui PMA dan beban pada bus MILL B disuplai melalui PMB. Dapat kita ambil satu contoh simulasi koordinasi relay OCR ketika ada gangguan pada bus MTA. Gangguan arus hubung singkat pada bus MTA seharusnya terlebih dahulu membuat RelayMTA bekerja untuk membuka circuit breaker MTA lalu diikuti dengan proteksi back up-nya. Koordinasi existing saat terjadi gangguan arus hubung singkat pada bus MTA dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5. Koordinasi existing saat gangguan arus hubung singkat pada bus MTA

TRANSIENT, VOL.5, NO. 3, SEPTEMBER 2016, ISSN: 2302-9927, 284 grading time antara kurva RelayMTA, RelayCoupler, RelayPMB dan RelayPLN27 sudah memenuhi standar IEEE 242, yaitu 0,2 detik 0,4 detik [16]. 3.4.5. Rekapitulasi Analisis Setting Existing Relay Proteksi OCR Gambar 6. Kurva koordinasi existing saat gangguan arus hubung singkat pada bus MTA Koordinasi existing yang ditunjukkan pada gambar 5 tidak sesuai, dimana jika kurva koordinasi pada relay-relay tersebut dianalisis, maka terlihat ketidaksesuaian koordinasi. Kesalahan pada kurva koordinasi existing ditunjukkan pada gambar 6, dimana kurva RelayMTA berpotongan dengan RelayPMA. Hal tersebut berbahaya jika arus gangguan yang terjadi lebih besar daripada perpotongan kedua kurva tersebut dan mengakibatkan relay back up RelayPMA bekerja lebih dahulu sebelum relay utama bekerja. Sehingga pada koordinasi existing dapat mengakibatkan sistem yang seharusnya tidak padam menjadi padam. Hal tersebut dapat mengurangi keandalan. Permasalahan kedua yaitu grading time antar kurva yang belum memenuhi standar IEEE 242, yaitu 0,2 detik 0,4 detik [16]. Setelah dilakukan penyetelan ulang atau resetting, terdapat perbaikan kurva koordinasi antar relay proteksi OCR. Hasil resetting relay OCR saat gangguan arus hubung singkat pada bus MTA dapat dilihat pada gambar 7. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan ETAP 12.6.0, maka dapat dibuat rekapitulasi kesalahan pada setting exisiting relay OCR di PT AIC. Kesalahan yang terjadi dapat berupa kesalahan urutan trip CB maupun kesalahan besarnya grading time yang dianalisis dari kurva TCC. Rekapitulasi analisis setting existing relay OCR dapat dilihat pada tabel 8. Tanda X menunjukkan bahwa pada bus tersebut terdapat kesalahan, baik pada urutan trip CB nya maupun pada grading time antar kurva-kurva relay yang dapat dianalisis dari kurva TCC. Tabel 8. Rekapitulasi analisis setting existing relay proteksi OCR Setting Relay Existing Gangguan di Kondisi I Kondisi II Kondisi III BUS Urutan Urutan Urutan TCC TCC Trip Trip Trip TCC MTA X X X X X X MQA X X X X X X MRA X X X X X X MSA X X X X X X MTB X X X X X X MRB X X X X X X MSB X X X X X X Pada tabel 8 tanda X menunjukkan bahwa pada bus tersebut terdapat kesalahan pada setting relay OCR. Dimana kesalahan ini dapati dianalisis baik pada urutan trip CB nya maupun pada grading time antar kurva-kurva relay yang dapat dianalisis dari kurva TCC. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi dengan cara resetting relay proteksi OCR. 3.5. Rekapitulasi Setting Relay Proteksi OCR Gambar 7. Kurva koordinasi resetting saat gangguan arus hubung singkat pada bus MTA Gambar 7 menunjukkan hasil resetting kurva koordinasi. Saat gangguan arus hubung singkat terjadi pada bus MTA, sudah tidak ada kurva yang saling mendahului. Selain itu, Setelah dilakukan penyetelan ulang atau resetting relay proteksi OCR, terdapat perbedaan antara existing dan hasil resetting. Ringkasan perbandingan dari setting relay proteksi OCR existing dan hasil resetting dapat dilihat pada tabel 9 untuk setting low set relay dan tabel 10 untuk setting high set relay. Pada tabel 9 menunjukkan nilai Time Multiple Setting () hasil resetting dari relay PLN 17 dan PLN 27 lebih cepat daripada nilai existing. Sedangkan besar hasil resetting relay PMA, PMB, MTA, MQA, MRA, MSA, MTB, MRB, MSB, dan Coupler lebih lambat daripada nilai existing. Hal ini dikarenakan pada perhitungan resetting menggunakan waktu operasi sesuai standar IEEE 242-1986 yang lebih cepat daripada setting existing. Selain itu untuk mengakomodasi tiga kondisi jaringan, pengaturan jeda waktu ada yang melebihi standar dari IEEE 242-1986. Penentuan besarnya nilai hasil resetting selain

TRANSIENT, VOL.5, NO. 3, SEPTEMBER 2016, ISSN: 2302-9927, 285 menggunakan perhitungan juga melalui kurva TCC (Tripping Curve Characteristic) dari ETAP 12.6.0. Hal ini berguna untuk memastikan tidak ada kurva antar relay yang saling memotong maupun berimpit. Sehingga urutan trip antara relay back up dan relay yang terdekat dengan gangguan tidak terbalik. Kurva untuk relay PMA pada hasil resetting diubah dari extremely inverse menjadi standard inverse untuk dapat mendapatkan jeda waktu yang sesuai dengan standar. Pada tabel 10 menunjukkan perbedaan nilai pickup existing dan resetting. Hal ini dikarenakan pada perhitungan resetting dipilih nilai setting yang lebih besar dari nilai arus hubung singkat minimum atau kurang lebih 50% dari arus hubung singkat maksimum yang mengalir pada masing-masing current transformer. Nilai setting high set pada relay dipilih lebih besar dari arus hubung singkat minimum. Apabila dipilih arus setting sebesar arus gangguan minimum maka relay akan langsung memberi perintah trip CB dan akan mengurangi keandalan apabila gangguan bersifat sementara akibat munculnya lonjakan arus. Nilai Time Multiple Setting () hasil resetting dari relay PLN 17 dan PLN 27 lebih cepat daripada nilai existing. Sedangkan besar hasil resetting relay PMA, PMB, dan Coupler lebih lambat dari nilai existing. Sedangkan hasil resetting pada relay MTA, MQA, MRA, MSA, MTB, MRB dan MSB sama dengan nilai existing sebesar 0,4 detik. Tabel 9. Rekapitulasi setting low set relay proteksi OCR Setting Low Set Relay Pick up Existing Resetting Existing Resetting PLN 17 0,84 2,4 1 0,28 PLN 27 0,8 2,5 1 0,17 PMA 0,9 2,5 0,05 0,19 PMB 1 2,5 0,05 0,19 MTA 0,96 0,5 0,05 0,20 MQA 0,96 0,5 0,05 0,20 MRA 0,96 0,5 0,05 0,20 MSA 0,96 0,66 0,05 0,17 MTB 0,96 0,5 0,05 0,20 MRB 0,96 0,5 0,05 0,20 MSB 0,96 1,07 0,05 0,14 COUPLER 0,5 0,5 0,1 0,18 Tabel 10. Rekapitulasi setting high set relay proteksi OCR Setting High Set Relay Pick up Existing Resetting Existing Resetting PLN 17 3,33 12,9 0,1 0,34 PLN 27 3,2 8,1 0,1 0,34 PMA 1,8 12,6 0,05 0,24 PMB 4 13,5 0,04 0,24 MTA 3,4 11,67 0,04 0,04 MQA 3,4 11,67 0,04 0,04 MRA 3,4 11,67 0,04 0,04 MSA 3,4 11,67 0,04 0,04 MTB 3,4 11,67 0,04 0,04 MRB 3,4 11,67 0,04 0,04 MSB 3,4 11,67 0,04 0,04 COUPLER 4 3,7 0,04 0,14 4. Kesimpulan Hasil analisis koordinasi relay OCR menggunakan ETAP 12.6.0 menunjukkan terdapat kesalahan koordinasi. Berdasarkan analisis pada kurva TCC juga dapat ditemukan kurva yang saling tumpang tindih dan berpotongan. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi pada setting relay OCR di PT AIC. Setelah dilakukan resetting relay OCR dengan ETAP 12.6.0 koordinasi relay di PT AIC sudah sesuai, dimana CB trip dimulai dari yang terdekat dengan gangguan diikuti CB back up nya. Selain itu, sudah tidak ada kurva yang saling tumpang tindih dan berpotongan, Jeda waktu kerja antar relay sudah sesuai dengan standar IEEE Standart 242-1986, yaitu 0,2 0,4 detik. Untuk relay yang memiliki jeda waktu melebihi 0,4 detik, jeda waktu ini masih diijinkan karena pada kondisi khusus jeda waktu 0,5 detik masih termasuk jeda waktu yang normal. Referensi [1]. Arianto, Novi. Koordinasi Rele Arus Lebih Pada Sistem Kelistrikan PT. Pertamina UBEP Tanjung Setelah Penambahan Beban Dan Pembangkit Baru. Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung. 2012. [2]. Setiajie, Prayoga. Evaluasi Setting Relay Arus Lebih dan Setting Relay Gangguan Tanah pada Gardu Induk Srondol. Teknik Elektro Universitas Diponegoro. 2015. [3]. Adi Putra, Rino. Koordinasi Relay Arus Lebih dan Recloser pada Jaringan Tegangan Menengah Gardu Induk Srondol. Teknik Elektro Universitas Diponegoro. 2015. [4]. Sarimun, Wahyudi. Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Garamod. 2012. [5]. Saadat, Hadi. Power System Analysis. McGraw Hill. 1999. [6]. Stevenson, William D. Analisis Sistem Tenaga Listrik. Erlangga. 1996 [7]. Hewitson, L.G. Practical Power System Protection. Elsevier. Oxford. 2004. [8]. IEEE Recommended Practice for Industrial and Commercial Power Systems Analysis (Brown Book), IEEE Std 399-1997. [9]. Bayliss, C. R. (Colin R). Transmission and Distribution Electrical Engineering. Newnes. Great Britain. 2007. [10]. AREVA. Network Protection & Automation Guide. Cayfosa, Barcelona, Spanyol. 2002. [11]. Mason, C.Ruseel. The art and science of protective Relaying, Wiley. 1996 [12]. Cristophe Preve, Protecton of Electrical Network, ISTE Ltd, Great Britain and the United States. 2006. [13]. Putra Pratama, Rudianto. "Perancangan Sistem Proteksi (Over Current dan Ground Fault Relay) Untuk Koordinasi Pengaman Sistem Kelistrikan PT. Semen Gresik Pabrik Tuban IV". Institut Teknik Sepuluh November. 2011. [14]. Kadir,Abdul. Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. [15]. ETAP PowerStation 4.0 Chapter 13 Short-Circuit Analysis, Operation Technology, Inc., SC. 2001.

TRANSIENT, VOL.5, NO. 3, SEPTEMBER 2016, ISSN: 2302-9927, 286 [16]. IEEE Recommended Practice for Protection and Coordination of Industrial and Commercial Power System, IEEE Standart 242-1986. [17]. Alstom, Network Protection and Application Guide, Stafford, England, 1987. [18]. M.Gers, Juan dan J.Holmes, Edward Protection of Electricity Distribution Networks. United Kingdom. 1998.