KEPEN TINGAN PAKISTAN DALAM PENGEMBANGAN NUKLIR (PERIODE )

dokumen-dokumen yang mirip
mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

Pendahuluan. Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

UNIVERSITAS INDONESIA

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan

Realisme dan Neorealisme I. Summary

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan

BAB V PENUTUP Kesimpulan

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

LATAR BELAKANG, PROSES, DARI KONFLIK ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN SEMPAI SAAT INI. Oleh: Yasir M Hadi

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memilih judul skripsi DAMPAK KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA DENGAN PEMERINTAH AUSTRALIA DALAM BIDANG

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

LEGALITAS PENGGUNAAN PELURU KENDALI BALISTIK ANTARBENUA (INTERCONTINENTAL BALLISTIC MISSILE) DALAM PERANG ANTARNEGARA

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB II GAMBARAN UMUM

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI. Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

BAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

variable yang nyata di dalam tubuh SAARC. India sebagai pivotal power di kawasan memang sudah melakukan beberapa upaya untuk mendukung integrasi

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

REALISM. Theoretical Intrepretations of World Politics. By Dewi Triwahyuni

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

FAKTOR FAKTOR YANG MENDORONG PAKISTAN UNTUK MELAKUKAN KERJASAMA MILITER DENGAN RUSIA PADA TAHUN

Peningkatan Kerjasama Indonesia India

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. < diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

STRATEGI KONTRATERORISME AMERIKA SERIKAT TERHADAP ISIS DI IRAK SKRIPSI

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

Transkripsi:

KEPEN TINGAN PAKISTAN DALAM PENGEMBANGAN NUKLIR (PERIODE 2008-2012) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh : Muammar 107083003268 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 i

ii

iii

iv

ABSTRAK Skripsi ini membahas permasalahan seputar Kepentingan Pakistan dalam Pengembangan Nuklir (Periode 2008-2012). Skripsi ini mencoba menjelaskan keterkaitan antara strategi nuklir yang diterapkan oleh Pakistan dalam upaya meraih ambisinya. Dengan menggunakan metode kualitatif, penulisan skripsi ini hanya menggunakan data sekunder yang ditelusuri melalui studi kepustakaan serta dikaji dengan menggunakan konsep Kepentingan Nasional, Security Dilemma dan teori Defense-Offense. Tulisan ini menguraikan sejarah yang melatarbelakangi konflik Kashmir yang disertai intervensi Pakistan dan India. Setelah ikut campur kedua negara tersebut, Konflik Kashmir semakin tak menentu. Wilayah Kashmir bahkan menjadi terbelah dimana sebagian dikuasai India sementara sisanya di bawah kendali Pakistan. Beberapa kali Pakistan dan India membicarakan penyelesaian atas sengketa Kashmir namun selalu mengalami jalan buntu. Bahkan, kedua negara sempat mengalami perang yang dilatari oleh isu tersebut yakni tahun 1947, 1965 dan 1971. Pakistan yang mengalami kekalahan atas perang tersebut mulai berpikir bahwa kepemilikan nuklir merupakan langkah strategis untuk dapat menekan New Delhi. Kepemilikan senjata nuklir Pakistan terbukti dapat memberikan potensi ancaman bagi India. Setelah kekalahan pada perang tahun 1971, praktis kedua negara hampir tidak pernah lagi terlibat dalam perang terbuka dengan skala besar. India malahan membujuk Pakistan agar selalu membicarakan solusi damai mengenai dinamika hubungan kedua negara. Dari analisa yang dipaparkan dalam skripsi ini, diketahui bahwa kepentingan Pakistan dalam mengembangkan nuklir memiliki tiga tujuan utama: Pertama, mempertahankan kedaulatan atas Wilayah Kashmir, Kedua, mengimbangi kekuatan India di Regional Asia Selatan dan Ketiga, internasionalisasi isu Kashmir. Kata Kunci : Kepentingan, Nuklir, Pakistan, India, Strategi, Keamanan, Rudal. v

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr Wb. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahman dan rahim-nya yang tidak pernah berhenti mengalir, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kepentingan Pakistan dalam Pengembangan Nuklir (Periode 2008-2012) Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita semua menjadi pribadi muslim yang berpengetahuan dan berperadaban. Terwujudnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Alm. Bapak H. Djamaluddin semoga diampuni dosa, dilapangkan kuburnya, diterima segala amal ibadah dan buat Mama Hj. Aisyah semoga selalu diberikan kesehatan serta diringi dengan kebajikan. Keduanya sebagai anugerah terbesar yang telah Allah berikan kepada nanda. Curahan cinta, kasih, dan sayang sejak nanda masih belum lahir hingga akhir hayat kalian adalah sekelumit alasan kenapa nanda harus menjadi seorang muslim yang berguna untuk agama dan bangsa. Rabbighfirly waliwalidayya warhamhumaa kama rabbayani soghira. 2. Keluarga besar di rumah. Kak Maghfirah, Bang Nurmiswari, Dek Mal dan Dek Kal yang tak pernah lelah menyertai nanda dengan semangat dan nasihat hingga sebagian besar impian penulis bisa tercapai untuk kini dan nanti. 3. Ibu Debbie Affianty, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing penulis dalam memahami permasalahan di dalam skripsi ini, meluangkan waktu untuk membaca, dan memberikan masukan yang cukup berarti, serta dengan penuh pengertian mau mendengarkan pandangan pribadi penulis sehingga proses penulisan skripsi ini menjadi sangat memorable bagi penulis pribadi. 4. Dosen dan Staff di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional yang selalu mendukung penulis dalam proses belajar maupun beraktualisasi diri diantaranya Bapak Teguh Santosa, MA, Bapak Kiki Rizky, Ph.D.,Bapak Adian Firnas, Bapak Agus Nilmada yang selalu membuka cakrawala pemikiran dan pemahaman penulis selama masa studi. Ibu Dina Affrianti, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang selalu ramah sekaligus jeli dalam memberi masukan. Serta terakhir, tak lengkap rasanya kalau tak saya sebutkan nama Bapak Jajang Saprijal yang selalu siap siaga memberikan reminder deadline, vi

membantu kelengkapan berkas dan selalu sepenuh hati melayani keperluan mahasiswa HI. 5. Teman-teman di jurusan HI terkhusus untuk Moka, Bayu, Fuad, Hendrik, ii, Yadi, Shobah, Fatih selaku teman kosan yang selalu berbagi cerita. Ichsan Dalimunthe, Reval, Hafiz Al-asad serta semua teman-teman HI Angkatan 2007 A maupun B. 6. Keluarga besar Himmah Bang Jamhur, Bang Andri, Adli, Bustamam, Furkon dan semuanya yang tidak memungkinkan disebut satu-persatu. Intinya, kalian adalah The Best Things that I have. Terima kasih sebesar-besarnya penulis hanturkan kepada Alm Maera Puspita Sari yang semasa hidupnya selalu menyemangati penulis. Allahumma ghfirlahaa amiiin. 7. Keluarga besar Kompa Jaya Bang Deni, Hijrah, Fauzan, Arbi, Iqbal, Hedi dan semuanya yang selalu memiliki cita-cita perjuangan yang sama dengan penulis terkait membangun Aceh di masa yang akan datang. 8. Bona, Khaidir, Dian, Fikri, Nurul Huda, Irfan sebagai teman kecil yang selalu berbagi canda dan tawa. Serta keluarga besar Alumni Assalaam. Terima Kasih atas inspirasinya. Penulis memahami bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Demikian, semoga skripsi ini bisa memberikan paradigma baru yang bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri. Wassalamualaikum.Wr.Wb Jakarta, Juli 2014 Muammar vii

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..1 B. Pertanyaan Masalah...10 C. Tujuan Penelitian...10 D. Tinjauan Pustaka... 10 E. Kerangka Pemikiran.. 12 F. Metode Penelitian..21 G.Sistematika Penulisan...23 BAB II : SEJARAH KASHMIR DAN KONFLIK INDIA-PAKISTAN 2.1 Wilayah Kashmir A. Kondisi Geografis. 24 B. Masyarakat Kashmir. 25 C. Awal Konflik Di Kashmir. 25 2.2 Perang India Pakistan A. Perang Tahun 1947 Dan 1965...29 B. Perang Tahun 1971....35 BAB III: STRATEGI KEBIJAKAN NUKLIR PAKISTAN 3.1 Sejarah Pembangunan Nuklir Pakistan....39 A. Peranan Abdul Qadeer Khan Dalam Pengayaan Uranium...43 B. Pengembangan Senjata Misil Pakistan..48 C. Kerjasama Pakistan Dengan Cina....50 3.2 Perkembangan Nuklir Pakistan-India (2008-2012) A. Perkembangan Nuklir Pakistan. 55 B. Perkembangan Nuklir India..59 BAB IV : KEPENTINGAN PAKISTAN DALAM MENGEMBANGKAN NUKLIR KAITANNYA DENGAN WILAYAH KASHMIR 4.1 Mempertahankan Kedaulatan Atas Wilayah Kashmir.66 4.2 Strategi Mengimbangi Kekuatan India Di Regional Asia Selatan...71 4.3 Internasionalisasi Isu Kashmir. 75 viii

DAFTAR SINGKATAN PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa WGU Weapon Grade Uranium PDB Produk Domestik Bruto LoC Line of Control MBT Main Battle Tank PAEC Pakistan Atomic Energy Comision IAEC International Atomic Energy Comission ICBM Intercontinental Ballistic Missile NPT Non Prolifeation Treaty PINSTECH Pakistan Institute of Science and Technology KANUPP Karachi Nuclear Power Plant BNFL British Nuclear Fuels Limited SGN Saint-Gobain Techniques Nouvelles HEU High Enrichly Uranium UCN Ultra-Centrifuge Nederland ERL Engineering Research Laboratories HAM Hak Asasi Manusia SIPRI Stockholm International Peace Research Institute IPFM International Panel on fisi Material TNW Tactical Nuclear Weapon SPD Strategic Plans Division ix

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Daftar Negara dengan Inventaris Hulu Ledak Nuklir..56 Tabel 2 : Potensi Kekuatan Nuklir Pakistan 57 Tabel 3 : Potensi Kekuatan Nuklir India.61 Tabel 4 : Perbandingan Militer Pakistan-India Tahun 2012...65 Taebl 5 : Hasil Tanaman Buah di Kashmir.70 x

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Skripsi ini akan berfokus menganalisa tentang kepentingan pengembangan nuklir Pakistan periode 2008-2012 yang dijelaskan dengan perkembangan teknik nuklir dan kemampaun rudalnya serta beberapa tujuan yang hendak dicapai. India merupakan negara yang terletak di Benua Asia Bagian Selatan yang berbatasan dengan Laut Arab di penjuru Barat Daya, Teluk Benggala di Bagian Tenggara dan Samudera Hindia di Arah Selatan. 1 Perbatasan Utara India sebagian besar berbatasan dengan pegunungan Himalaya yang diapit oleh negara Cina dan Nepal, sementara di Ujung Barat berbatasan dengan Pakistan yang dipisah oleh Gurun Thar dan daratan Punjab. 2 Pakistan adalah negara yang terletak di ujung Laut Arab di Bagian Selatan, berbatasan dengan negara Afghanistan yang diapit oleh pegunungan Karakoram sebelah Utara serta berbatasan dengan India di penjuru Timur. 3 India dan Pakistan merupakan dua negara yang berselisih atas perebutan wilayah Kashmir yang masih berlangsung hingga kini. Kashmir sendiri adalah sebuah daerah yang memiliki luas kurang lebih 222.236 Km, terletak di sub-kontinen Benua India Bagian Utara dan berbatasan dengan Pakistan di sebelah Barat yang dipisah oleh wilayah Kargil. 4 India menguasai 100.569 Km dari wilayah Kashmir yang terdiri dari wilayah Ladakh, Jammu-Kashmir dan 1 India Yearbook 2007, Publications Division, Ministry of Information & Broadcasting, Govt. of India. Hal 2. 2 India Yearbook 2007. Publications Division, Ministry of Information & Broadcasting, Govt. of India. Hal 3. 3 http://countrystudies.us/pakistan/23.htm diaksees pada 9 Juni 2014. 4 Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004 Hal 25. 1

Lembah Kashmir dengan populasi penduduk pada tahun 2001 yaitu 10.069.917 jiwa. 5 Sedangkan Pakistan menguasai 78.932 dari wilayah Kashmir yang terdiri dari distrik Baltistan, Dartistan, Muzaffarabad, Nirpur dan Poonch dengan populasi penduduk sekitar 3.000.000 jiwa. 6 Gambar 1 : Peta Pembagian Wilayah Kashmir 7 Demi mencapai ambisinya menguasai wilayah Kashmir, negara yang sama-sama pernah merasakan penjajahan Inggris itu rela mengerahkan semua upaya politik, hukum dan militer, termasuk menyiapkan strategi lebih ekstrim yaitu penggunaan senjata nuklir. 8 Sejak uji coba nuklir pertama dengan sandi Smiling Buddha pada 18 Mei 1974 di Pokhran, India telah memperlihatkan kemajuan teknologi nuklirnya yang signifikan. 5 Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan, Jurnal Sosial-Politika Vol.6 No.11 Juli 2005 Hal 86. 6 Ibid Hal 87. 7 Kronstadt, K. Alan. India: Domestic Issues, Strategic Dynamics, and US Relations. Congressional Research Service Report for Congress (1 September 2011). Halaman 63. 8 Juwono Sudarsono, Zainuddin Djafar, Fredy B.L Tobing Dkk, Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan Tantangan Masa Depan, Pustaka Jaya, Jakarta, 1996.Hal 81. 2

Sebagai negara paling luas di Asia Selatan yang mencapai 3,287,590 km dengan populasi 1,104 miliar jiwa, India memegang peranan penting terhadap kestabilan keamanan kawasan Asia Selatan. 9 Negara yang masyarakatnya memiliki pendapatan 2,880 Dollar AS ini secara ekonomi berada di atas negara-negara tetangga di kawasan Asia Selatan. 10 Sementara Pakistan yang memiliki luas area 796,100,000 km dengan pendapatan rakyatnya rata-rata 2.060 Dollar AS, 11 tentu menganggap bahwa India menjadi lawan yang tidak mudah untuk dihadapi. Apalagi, negara yang beribukota di New Delhi tersebut setiap tahun mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkontribusi pada tingkat belanja alat militer. 12. Keseriuasan India dalam menguatkan alat tempurnya terlihat dari belanja militer negara tersebut pada tahun 2010 yang menembus angka 31,9 Miliar Dollar AS, dengan persentasi peningkatan 54,3 persen dibanding tahun 2001 silam. 13 Alokasi anggaran pertahanan India berasal dari 2,7 persen Produk Domestik Bruto (PDB) serta menempati urutan kelima sebagai negara yang cukup besar dalam kegiataan pendanaan kegiatan militer, termasuk pegembangan senjata nuklir. 14 Dalam politik internasional, eksistensi senjata nuklir merepresentasikan suatu alat untuk membuktikan kekuatan sebuah negara yang dapat menekan negara lainnya. 15 Nuklir dipercaya sebagai instrumen yang dapat meraih ambisi politik dan ekonomi maupun menyelesaikan 9 Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama 1993 Hal 126. 10 Bradshaw Dkk, Contemporary World Regional Geography. McGraw-Hill, New York 2007. Hal 300. 11 Ibid Hal 287. 12 Robert E Looney, Defence Expenditures And Economics Performance In South Asia : Tests of Causality and Interdependence, Jurnal Conflict Management And Peace Science Vol 11 no. 02 1991.Hal 8 13.Laxman Kumar Behera, India's Defence Budget 2010-11:An Analysis, Journal of Defence Studies Vol 4 No. 2 2010. Hal 55-56. 14 News.viva.co.id/news/read/215170-4-negara-asia-dengan-belanja-militer-terbesar Diakses pada 24 Agustus 2012 15 Devin T, Hagerty, The Consequences of Nuclear Proliferation, MIT Press, Washington,1998. Hal 106. 3

sengketa atas suatu territorial. Berkaitan dengan hal tersebut, sebagai negara yang pernah mengalami beberapa pengalaman buruk manakala berhadapan dengan India (khususnya perang tahun 1947, 1965 dan 1971), Pakistan di bawah pimpinan Presiden Zia-ul Haq mulai menganggap bahwa kepemilikan senjata nuklir merupakan strategi jitu untuk menekan India, khususnya dalam perebutan wilayah Kashmir. Dibandingkan Pakistan, India jelas memiliki kapabilitas militer yang lebih mumpuni. Pengalaman dan kekuatan konvensional militer India serta kemahiran dalam pengoperasian alat militer seperti tank perang, senapan otomatis, roket, mortir, granat dan sejumlah perlengkapan militer lainnya, tentu menjadi ancaman serius bagi Pakistan 16. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan bargaining position atas India, Pakistan terus berusaha meningkatkan kekuatan militernya, baik persenjataan konvensional maupun melalui strategi senjata nuklir. Strategi aliansi militer pasca Perang Dingin dianggap tidak relevan lagi dengan kondisi dan situasi keamanan internasional saat ini. Dalam rangka memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) konvensional, impor senjata adalah pilihan masuk akal dalam upaya perimbangan kekuatan lawan. 17 Sikap ini terlihat dari kerjasama Pakistan dengan beberapa negara seperti Cina di bidang militer dalam pembelian tank tipe Norinco 90-II yang kemudian diadopsi dalam bentuk tank Al Khalid MBT 2000 hasil buatan dalam negeri. 18 Diperkirakan hampir 60 persen alat persenjataan Pakistan berasal dari Cina. 19 Kerjasama bilateral antara Pakistan dan Cina sangat rutin dilakukan sebagai bentuk keseriusan Cina 16 Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004. Hal 34. 17 Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama 1993. Hal 79-80. 18 http://www.militaryfactory.com/armor/detail.asp?armor_id=181 diakses pada 20 Agustus 2013. 19 Daffri Agussalim dan Muhammad Fais Alfadh : Kekayaan Dan Supremasi Politik, Menguatnya Ancaman Konflik Terbuka Dalam Gelimang Globalisasi.Jurnal Verity Vol 3 No. 5 Januari-Juni 2011. Hal 11. 4

membantu Pakistan dalam mengembangkan persenjataanya. Ini merupakan lanjutan persaingan senjata antara Pakistan dengan India. Selain melengkapi diri dengan senjata konvensional, kedua negara yang bertikai akibat konflik historis itu kemudian mulai berlomba meningkatkan teknologi persenjataan nuklir sebagai sebuah strategi deterrence (penangkalan). Teknologi nuklir selama periode Perang Dingin dan setelahnya cenderung berfungsi sebagai pencegah yang dapat menahan satu pihak dengan pihak lainnya untuk tidak saling menyerang. 20 Bagi kedua negara, perjuangan menguasai tanah Kashmir menjadi agenda utama yang tertuang dalam sejumlah kebijakan luar negeri, tak terkecuali dengan perlombaan adu kekuatan nuklir. 21 Pakistan yang memulai pembangunan proyek nuklir tahun 1956 melalui Pakistan Atomic Energy Commission (PAEC) mendapat kucuran dana atas Atoms for Peace Proposal inisiasi Presiden Amerika Serikat Dwight Eisenhower, mengikuti jejak India yang lebih dulu membangun fasilitas nuklir di bawah Indian Atomic Energy Commission (IAEC) pada 15 April 1948. 22 Dalam perkembangannya, kedua negara pernah menjalin hubungan dengan sejumlah negara sebagai upaya meningkatkan kapabilitas nuklir, termasuk kerjasama dalam pengembangan rudal yang berfungsi untuk mengangkut hulu ledak nuklir. Pakistan melakukan kerjasama dengan Korea Utara dalam penyempurnaan Rudal Ghauri 1 di pertengan tahun 1980an dan adopsi Rudal M-11 buatan Cina ke dalam tipe Hatf 3 (Shaheen 1) di tahun 190an. 23 20 Ambarwaty dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional, Rajawali Press, Jakarta, 2009, Hal 96. 21 Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun 2005. Hal 75 22 Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Hal 78 23 Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Hal 79 5

Sedangkan India terlibat kerjasama dengan Amerika Serikat, Prancis dan Jerman dalam pembuatan Rudal Agni 1 dan sistem pusat pengendalian ruang angkasa negara itu. Baik Pakistan maupun India menyadari bahwa dari segi potensi ancaman, kekuatan daya ledak thermo nuklir bukan satu-satunya gejala yang memberi pengaruh penting bagi terciptanya kondisi bahaya terhadap lawan, tetapi daya jangkau dan ketepatan sasaran juga memiliki pengaruh yang sama pentingnya. 24 Oleh karena itu, kedua negara hingga kini masih terus berlomba menguasai teknologi rudal yang lebih maju seperti pengembangan Rudal anti balistik AD-2 dan Rudal ICBM (Intercontinental Ballistic Missile) jenis Surya II milik India dan Ghauri III di pihak Pakistan. Daya jelajah rudal-rudal tersebut dilaporkan mampu mencapai kota penting di India maupun Pakistan. 25 India yang bukan anggota NPT(Nuclear Non-Proliferation Treaty) telah melakukan uji coba nuklir pertamanya di tahun 1974, kemudian direspon oleh Pakistan dengan pembangunan fasilitas nuklir secara bertahap. 26 Selang 24 tahun kemudian, tepatnya tahun 1998, India kembali melakukan uji coba Agni II yang direspon oleh Pakistan dengan unjuk kekuatan Rudal Ghauri II dengan kemampuan jelajah mencapai 2000 km. 27 Meski hubungan kedua negara selalu dibayang-bayangi dengan bentuk ancaman, proses dialog terkait sengketa Kashmir masih terus dijalani, seperti dialog antara diplomat tinggi India dan Pakistan yang dilaksanakan bulan Juni 2011 di Islamabad. Kedua pejabat negara tersebut 24 Ambarwaty dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam studi hubungan Internasional, Hal 98. 25 http://thediplomat.com/2013/08/indias-missile-defense-is-the-game-worth-the-candle/ diakses pada 2 April 2014 26 Zafar Iqbal Cheema, Pakistan s Nuclear Use Doctrine and Command and Control, in Planning the Unthinkable: How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons, Ithaca, New york: Cornell University Press, 2000. Hal. 159. 27 Zafar Iqbal Cheema, Pakistan s Nuclear Use Doctrine and Command and Control, Hal 159. 6

sepakat membahas solusi perdamaian dan keamanan, termasuk langkah-langkah pembangunan kepercayaan Jammu dan Kashmir, serta promosi pertukaran persahabatan. 28 Hal ini tidak lepas dari peran Presiden Pakistan Asif Ali Zardari yang bersikap terbuka atas upaya perundingan damai, khususnya pasca bom Mumbai tahun 2008 yang menewaskan 166 orang. 29 Setelah tragedi tersebut, hampir tidak ada niat dan upaya dari kedua belah pihak untuk saling melakukan dialog damai. Begitu pula soal perkembangan proyek nuklir, Asif Ali Zardari dalam pidatonya 22 November 2008 mengatakan tidak akan terlebih dulu menggunakan senjata nuklir untuk menyerang lawannya. Ia bahkan berusaha untuk meyakinkan parlemen Pakistan atas kebijakannya tersebut. 30 Meski demikian, Zardari tidak menyangkal akan terus memperkuat sistem pertahanan Pakistan demi mengantisipasi situasi ancaman. Hal ini terlihat pada pengembangan transformasi Rudal Hatf V yang diuji coba tahun 2012. Rudal tersebut diperkirakan mampu mencapai jarak 1.400 kilometer (900 mil) yang bisa meluluhlantakkan wilayah di India. 31 Lagi-lagi, uji coba ini dilakukan atas aksi New Delhi yang sebelumnya melakukan tes rudal balistik berkemampuan nuklir Agni V dengan daya jelajah 5.000 Km. 32 Rudal dengan biaya 480 Juta Dollar AS tersebut diyakini mampu membawa hulu ledak seberat 1,5 Ton. 33 Persaingan kedua negara tampaknya akan terus berlanjut seiring dengan pemahaman potensi ancaman. Menarik untuk dianalisa sejauh mana kebijakan penerapan nuklir ini 28 http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/06/18/lmydax-diplomat-pakistanindia-berunding-diislamabad diakses pada 17 Maret 2014 29 http://www.hindustantimes.com/india-news/mumbai/mumbai-remembers-26-11-victims-four-years-on/article1-964329.aspx diakses pada 17 Maret 2014. 30 http://blogs.reuters.com/pakistan/2008/11/22/zardari-says-ready-to-commit-to-no-first-use-of-nuclear-weapons/ diakses pada 19 Maret 2014. 31 http://international.okezone.com/read/2013/04/10/413/789363/pakistan-uji-coba-misil-balistik-yang-sangguphantam-india diakses pada 19 Maret 2014. 32 Zafar Iqbal Cheema, Pakistan s Nuclear Use Doctrine and Command and Control, in Planning the Unthinkable: How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons. Hal 32. 33 http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120418_indianuke.shtml diakses pada 21 Maret 2014 7

mempengaruhi hubungan kedua negara. Peningkatan kekuatan militer kedua negara tersebut seakan memberi gambaran kepada dunia internasional dan wilayah lainnya di Asia Selatan bahwa potensi meletusnya perang lebih dahsyat masih ada dan akan berlangsung di masa mendatang. Pakistan sebagai negara yang berada di bawah India dalam bidang kekuatan militer tampaknya tidak mau ketinggalan dengan kemajuan yang diperoleh India. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini penelitian hanya dibatasi dari sudut pandang kebijakan Pakistan yang berupaya melawan dominasi India di Asia Selatan dalam perebutan wilayah Kashmir tahun 2008-2012. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi pemilihan tahun tersebut. Pertama, mundurnya Presiden Pervez Musharraf dan diangkatnya Asif Ali Zardari tahun 2008 menyebabkan perubahan pada formasi kontrol nasional pengendali senjata nuklir. Zardari menyerahkan kepemimpinan National Command Authority (NCA) kepada Perdana Menteri Yusuf Raza Gailani. NCA sendiri merupakan badan yang dibentuk untuk mengawasi senjata nuklir Pakistan dan merumuskan kebijakan nuklir. Kedua, pasca bom Mumbai yang terjadi bulan November 2008, konstelasi politik dan keamanan kedua negara sempat memanas. Serentetan konflik bersenjata antara pasukan India dan Pakistan kerap terjadi seperti yang berimbas pada gagalnya upaya diplomasi damai menyangkut wilayah Kashmir. Sementara di tahun 2012, jumlah hulu ledak nuklir Pakistan semakin bertambah. Data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menyebutkan Pakistan menempati urutan keenam sebagai negara yang memiliki jumlah hulu ledak terbanyak yaitu diperkirakan 100 sampai 120 hulu ledak. 34 Sedangkan India hanya memiliki 90 sampai 110 hulu ledak. Selain itu, di tahun tersebut terdapat suatu peristiwa penting bagi perkembangan program nuklir Pakistan. Negara 34 http://www.sipri.org/yearbook/2013/files/sipriyb13summary.pdf 8

tersebut berhasil melakukan uji coba Rudal Hatf XI berkemampuan nuklir yang memiliki akurasi tinggi. 35 B. Pertanyaan Penelitian Penelitian ini akan mencari jawaban dari pertanyaan penelitian, sebagai berikut : Apa Kepentingan Pakistan dalam Mengembangkan Nuklir Periode 2008-2012? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bentuk strategi Nuklir Pakistan dalam upaya perebutan wilayah Kashmir dengan India. 2. Untuk mengetahui apa saja kepentingan Pakistan terkait pengembangan nuklir. D. Tinjauan Pustaka Penulisan skripsi yang bertemakan tentang kepentingan Pakistan dalam mengembangkan nuklir sebagai upaya perebutan Kashmir ini sebenarnya bukan tema baru dalam penulisan karya ilmiah. Tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan tema serupa pernah dilakukan oleh sejumlah mahasiswa. Tesis mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia yang ditulis oleh Syaifuddin dengan judul Kebijakan Luar Negeri Pakistan Terhadap India Dalam Upaya Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir (1998-2003) menyinggung persoalan konflik Kashmir yang berimbas pada hubungan India dengan Pakistan setelah era Perang Dingin. India memegang 35 Suara Pembaruan, 26 April 2012 9

peranan penting sebagai kekuatan yang mendominasi wilayah Asia Selatan sehingga negara tersebut disebut sebagai negara core, sementara Pakistan sebagai negara bargainer disebut sebagai negara periphery. Tesis itu juga menjelaskan bagaimana kebijakan luar negeri Pakistan terkait hal di atas kemudian dirumuskan dalam dua agenda yang menjadi prioritas, yaitu pertahanan yang memadai dalam menghadapi negara tetangga (India) yang relatif lebih kuat dan prioritas meningkatkan bargaining position terhadap India dalam masalah Kashmir. Ada pula skripsi mahasiswa Universitas Indonesia yang ditulis oleh Muhammad Taufiq dengan judul Penerapan Nuklir Pakistan Terhadap India Dalam Penyelesaian Masalah Kashmir : Analisis Tahun 1989-1998. Dalam skripsinya, Taufiq memaparkan alasan Pakistan menggunakan pilihan strategi senjata nuklir dalam menghadapi dominasi kekuatan India di Asia Selatan. Faktor tersebut yakni kekalahan perang Pakistan menghadapi India tahun 1947 dan 1965 yang memaksa negara tersebut memperbaiki alutsistanya serta alternatif senjata lain yaitu nuklir. Pengaruh munculnya self determination di Kashmir pasca Perang Dingin serta faktor perubahan geopolitik strategik Amerika Serikat dan Cina di Asia Selatan, merupakan faktor-faktor dominan lainnya yang mendorong penerapan strategi nuklir Pakistan. Tema yang sama juga pernah ditulis oleh Irmawan Effendi dengan judul Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik yang dimuat di Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun 2005. Tulisan Irmawan tersebut cenderung menyoroti perkembangan nuklir dan uji coba rudal Pakistan yang beberapa kali memunculkan respon dari India yakni berupa gagalnya upaya diplomasi atas permasalahan wilayah Kashmir. 10

Yang membedakan skripsi ini dengan beberapa karya ilmiah di atas, penulis lebih menekankan pada aspek latar belakang kepentingan Pakistan dalam merebut wilayah Kashmir dari India dengan memakai strategi nuklir periode 2008 hingga 2012. E. Kerangka Pemikiran Dalam membahas kepentingan Pakistan mengembangkan nuklirnya, digunakan Teori Offense-Defense, Konsep Security Dilemma, Kepentingan Nasional dan Nuklir Sebagai Instrumen Power. 1. Teori Defense-Offense Kajian terhadap teori defense-offense dalam konteks hubungan antar negara mendapat perhatian serius bagi para pengkaji kebijakan dalam kaitannya dengan penggunaan kekuatan militer, termasuk strategi nuklir. Ilmuwan yang menaruh perhatian lebih pada teori ini yakni Robert Jervis. Jervis berpandangan ; When we say that offense has advantage, we simply mean that it is easier to destroy other s army and take its territory that it is to defend one s own. When the defence has the advantage, it is easier to protect and to hold than it is to move forward, destroy and take, 36 "Ketika kita mengatakan pertahanan memiliki keunggulan, kita dengan sederhana mengartikan bahwa hal tersebut lebih mudah untuk menghancurkan tentara lain dan mengambil wilayahnya guna membela diri sendiri. Ketika pertahanan memiliki keuntungan, hal tersebut lebih mudah untuk melindungi dan menahan daripada untuk bergerak maju, menghancurkan dan mengambil (wilayah)," Penjelasan Jervis di atas bisa dipahami bahwa pilihan bersikap ofensif memiliki keuntungan saat lawan cenderung memiliki kekuatan militer yang tak sebanding dengan negara 36 Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Mac Millan Publishing Company, NewYork, 1994, hal. 315 11

agresor sehingga konsekuensi logisnya, negara penyerang tersebut dapat dengan mudah menguasai lahan dan mempertahankan wilayah yang lain. Sementara sikap defensif cenderung dimiliki negara dengan sistem pertahanan kuat dengan implikasi negara tersebut lebih menguntungkan baik dalam segi materi maupun taktik untuk mengambil tindakan defensif ketimbang melakukan penyerangan. Lebih lanjut, Jervis menjelaskan keyakinan tentang kehadiran perang akan terjadi apabila ofensif lebih memiliki keuntungan yang dilandasi atas faktor berupa potensi mendapatkan kemenangan dalam waktu singkat. 37 Konsekuensi dari hal tersebut dapat mengurangi kesempatan kerjasama karena perang lebih menguntungkan bagi penyerang, perang juga diharapkan dalam waktu singkat, insentif dalam menggunakan senjata modern dan canggih, dengan begitu negara pasti memilih sekutu yang mampu mendukung proses perang dapat berlangsung singkat dan cepat walaupun memiliki daya musnah massal karena menghasilkan banyak korban. 38 Menurut Jervis pula dua faktor utama yang mempengaruhi keuntungan untuk memilih strategi defensif atau ofensif yakni faktor geografi dan teknologi. 39 Kondisi geografis yang sulit seperti wilayah pegunungan atau perbukitan yang terjal membuat lawan sulit untuk menyerang. Sementara dalam bidang teknologi, kemampuan sebuah negara dalam menciptakan senjata nuklir misalnya, memberi keuntungan negara tersebut untuk menekan negara lainnya. Dalam kaitannya, Pakistan sebagai negara yang selalu merasa terancam dengan fasilitas nuklir India, semasa 37 Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Hal 317. 38 Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Hal 317 39 Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Hal 323. 12

Presiden Zia-ul Haq mulai memandang bahwa kepemilikan nuklir menjadi pencegah atas upaya penekanan yang dilakukan India menyangkut perebutan wilayah Kashmir. 40 2. Security Dilemma Konsep Security Dilemma (dilema keamanan) dalam ranah hubungan internasional kerap dijadikan sebagai alat analisa atas terjadinya konflik hingga perang terbuka. Robert Jervis menjelaskan bahwa dilema keamanan merupakan situasi dimana sebuah negara berusaha meningkatkan keamanan dengan mengurangi keamanan pihak lain. 41 Jika sebuah negara menerapkan sistem senjata yang tergolong ofensif, lalu respon yang diberikan negara lain adalah melakukan hal yang serupa, yaitu penempatan senjata ofensif juga, maka kemampuan negara untuk melindungi wilayahnya akan berkurang dan cenderung lebih rentan keamanannya dibandingkan sebelum merespon penempatan senjata tersebut. 42 Jervis sebagaimana dikutip Glaser, Charles L & Kaufmann C, melihat kondisi dilema keamanan akan muncul dalam dua situasi. Pertama, saat kekuatan militer ofensif maupun defensif tidak dapat dibedakan, dimana pada kondisi ini objektifitas terhadap negara lain menjadi sangat terbatas, misalnya dengan melihat jenis kekuatan militer yang digunakan untuk disebarkan. 43 Kondisi kedua muncul kala negara melihat strategi ofensif lebih menguntungkan, maka tindakan untuk menyerang pertama kali memberikan keuntungan lebih jika dibanding defensif. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh negara yang memiliki kekuatan besar untuk 40 Profile: Muhammad Zia ul-haq http://www.historycommons.org/entity.jsp?entity=muhammad_zia_ul-haq diakses pada 20 Juni 2014. 41 Jervis Robert, Jurnal World Politics: Cooperation Under the Security Dilemma, Volume 30, Issue 2 (J an, 1978), Hal 167. 42 Jervis Robert, Jurnal World Politics: Cooperation Under the Security Dilemma, Volume 30, Issue 2 (J an, 1978), Hal 168. 43 Charles L. Glaser and Chaim Kaufmann, Jurnal International Security : What is the Offense-Defense Balance and Can We Measure it? Vol. 22, No. 4 (Spring, 1998), Hal 45-46 13

melakukan pre-emptive strike yakni sebuah upaya untuk mengantisipasi strategi serangan dari lawan terlebih dahulu. 44 Begitupula dalam urusan kerjasama antar negara, Robert Jervis berpendapat. if they cooperate to trap the stag, they will eat well. But if one person defects to chase a rabbit-which he likes less than stag-none of the others will get anything. Thus, all actors have the same preference order, and there is a solution that gives each his first choice: (1) cooperate and trap the stag (international analogue being cooperation and disarmed); (2) chase a rabbit while others remain at their posts (maintain a high level of arms while others are disarmed); (3) all chase rabbits (arms competition and high risk of war); and (4) stay at the original position while another chases a rabbit (being disarmed while others are armed). 45 Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam situasi security dilemma suatu negara dapat membuat pilihan dalam berinteraksi, yaitu pertama, suatu negara yang merasa takut atau terancam, maka akan menimbulkan tindakan aksi-reaksi antar negara yang dapat menghilangkan makna kerjasama. Keadaan seperti ini tidak akan dapat ditopang oleh rasa percaya dan pemahaman individu terhadap kepentingan bersama yang diakomodasi secara bersama-sama. Kedua, situasi anarki memaksa negara untuk mencari kekuasaan di luar batas nasional dan memaksakan nilai-nilai ideologi yang dianut melalui tindakan intervensi untuk menyebarkan pengaruhnya kepada negara lain. Ketiga, penyebaran pengaruh oleh negara-negara yang memiliki kepentingan terhadap negara-negara yang lebih lemah lainnya memaksa beberapa negara untuk saling berhadapan dalam perebutan pengaruh atau menciptakan daerah penyangga demi kepentingan geopolitik. Keempat, berupaya untuk menyerang guna mengambil sikap atas 44 Charles L. Glaser and Chaim Kaufmann, Jurnal International Security : What is the Offense-Defense Balance and Can We Measure it?. Hal 48 45 Robert J Art, Robert Jervis, Internastional Politics : Enduring concept and contemporary Issues, Pearson Longman press, New York, 2007. Hal 177. 14

perilaku lawan yang meningkatkan persenjataan. 46 Berdasarkan pilihan-pilihan tersebut, suatu negara harus memperhatikan strategi yang akan digunakan dalam situasi security dilemma. Dalam proses ini setiap pihak sama-sama merasa terancam. Kesiagaan defense salah satu pihak dianggap bukti motif offensive oleh pihak lain, yang selanjutnya mempersenjatai diri sebagai tanggapannya. Semua pihak berusaha untuk saling mengungguli sehingga menumbuhkan perlombaan senjata dan pasukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Perlombaan ini menciptakan security dilemma. Maka dalam konteks hubungan Pakistan dengan India, Pakistan merasa terancam dengan eksistensi nuklir India sehingga kondisi dilema keamanan ini memaksa Pakistan untuk ikut menerapkan strategi serupa. Sebagai negara yang selalu merasa terancam atas kemajuan militer India, maka strategi pengembangan nuklir untuk sama-sama berada dalam posisi satu level merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan oleh Pakistan. 3. Teori Kepentingan Nasional Konsep kepentingan nasional sering digunakan untuk mendeskripsikan, meramalkan maupun menganjurkan perilaku luar negeri suatu negara. Salah satu ilmuwan yang terkenal dengan konsep ini adalah Hans J. Morgenthau. Ia menjelaskan kepentingan nasional sebagai berikut: The fundamental objective ultimate determinant that guides the decision maker of a state is foreign policy. The national interest of state is typically a highly generalized conception of those alignment that constitute the statemost vital needs. These include self preservation,independence, territorial integrity, military security and economic wellbeing. 47 Dari definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa prioritas kepentingan nasional setiap negara berbeda antara satu dengan negara lainnya, tergantung pada kebutuhan negara yang 46 Robert J Art, Robert Jervis, Internastional Politics : Enduring concept and contemporary Issues. Hal 177-178 47 Morgenthau, J Hans, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace, University of California, McGraw-Hill, 1993. Hal 137-138. 15

bersangkutan. Namun para ahli cenderung menempatkan masalah survival dan self preservation sebagai prioritas utama. 48 Menurut Robert Gilpin tujuan mendasar serta faktor paling menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik dan ekonomi luar negeri adalah kepentingan nasional. 49 Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum, tetapi merupakan unsur yang menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi negara. Dalam konsep ini, ada lima kategori umum yang dijadikan sasaran yang hendak dituju yaitu: (1) self preservation, yaitu hak untuk mempertahankan diri; (2) independent, yang berarti tidak dijajah atau tunduk pada negara lain; (3) military security, berarti tidak ada gangguan dari kekuatan militer lain; (4) territorial integrity, atau keutuhan wilayah dan (5) economic wellbeing atau kesejahteraan ekonomi. 50 Dalam hal ini nuklir India membuat Pakistan merasa khawatir sehingga mengambil tindakan preventif guna mengantisipasi berbagai macam permasalahan yang muncul akibat adanya ancaman tersebut. Kepentingan nasional disini bisa diterjemahkan sebagai keinginan politik yang dirasa sangat perlu untuk dilindungi dan diperjuangkan. Kepentingan ini bisa berupa keutuhan wilayah atau territorial integrity, khususnya wilayah Kashmir. 4. Nuklir Sebagai Instrumen Power Kepemilikan senjata nuklir menjadi tolak ukur bagi kekuatan dan perkembangan teknologi militer suatu negara yang dapat meningkatkan bargaining position dalam percaturan politik internasional. 51 Karena efek ledakannya yang dahsyat, negara-negara cenderung menahan diri untuk saling menyerang. 48 Mas oed Mochtar, Ilmu Hubungan Internasional-Disiplin dan Metodologi, LPP3ES, Yogyakarta, 1990 Hal 141. 49 Stuart S. Malawer, The Political Economy of International Relations by Robert Gilpin, Maryland Journal of International Law Volume 12 tahun 1988 Hal 1988. 50 Hans J, Morgenthau, Politic Among Nations, Hal 142. 51 A.R. Sutopo, Perkembangan Pemikiran Strategi Nuklir Barat, Jurnal Analisa, No. 2, Tahun 1986. 16

Menurut Robert McNamara, perang nuklir hampir pasti tidak bisa dibatasi dan akan menyulut perang yang lebih besar dengan konsekuensi kehancuran dunia secara totalitas. Beberapa para ahli berpendapat bahwa negara akan berusaha untuk mengembangkan nuklir jika mereka tidak memiliki alternatif lain dalam menghadapi sebuah ancaman militer yang sangat serius bagi keamanan negaranya. 52 Scott D. Sagan dalam artikelnya memaparkan ada 3 alasan atau pendekatan yang dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena tersebut. Pertama, The Security Model yang berfokus pada upaya negara untuk meningkatan keamanan nasionalnya dari ancaman pihak asing terutama dari ancaman nuklir. 53 Dasar dari pendekatan ini adalah pemikiran realis yang menyatakan bahwa setiap negara harus mampu menjaga kedaulatannya serta keamanan nasionalnya sendiri. 54 Hal ini dikarenakan oleh ancaman terhadap daya rusak yang dapat ditimbulkan oleh senjata nuklir mendorong setiap negara untuk meningkatkan kemampuannya guna mengimbangi negara lain yang mengembangkan nuklir dengan menimbulkan deterrence. Secara umum, deterrence dapat diartikan sebagai ancaman yang berpotensi menimbulkan lebih banyak kerugian dibandingkan keuntungan apabila suatu pihak melakukan serangan, sehingga membuatnya memutuskan untuk tidak melakukan serangan tersebut Kedua, The Domestic Politics Model yang menekankan pada pemanfaatan nuklir sebagai alat politik serta tarik-menarik kepentingan antar elit politik di dalam negeri ketika suatu kelompok elit mampu mempengaruhi arah kebijakan suatu negara untuk menggunakan nuklirnya 52 http://history.defense.gov/mcnamara.shtml diakses pada 6 Juni 2014. 53 Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security, Vol. 21,No. 3. Winter, 1996-1997, Hal. 54. 54 Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security. Hal 67 17

demi kepentingan kelompok tersebut. 55 Dalam hal ini, setiap aktor selalu aktif dalam memaksakan kepentinganya sehingga seringkali terjadi benturan antar kepentingan. Ketiga, The Norms Model berfokus pada penggunakaan nuklir sebagai sebuah simbol modernitas serta identitas suatu bangsa di dunia internasional. Pengambilan keputusan mengenai penggunaan nuklir mencerminkan perilaku negara di dunia internasional karena lewat proses pengambilan keputusan ini membentuk identitas dan simbolisasi tertentu bagi Negara tersebut. Dalam hal ini arah kebijakan suatu Negara tidak ditentukan oleh pemimpin bangsa atau elit politik tapi oleh norma yang berlaku. 56 Dari penjelasan di atas, sebuah kenyataan betapa strategisnya nilai guna dari kepemilikan nuklir telah menciptakan sebuah power atas suatu negara. Strategi nuklir tidak hanya dikotakkan sebagai sebuah unsur strategis karena terjadinya perang, namun karena penggunaan sebagai deterrence yang efektif untuk mengatur tindakan dari negara lain, menjadi sebuah indikator yang jelas untuk menentukan dsn memetakan kekuatan sebuah negara. 57 Kekuatan penghancur nuklir memang memberikan dampak yang sangat mengerikan. dengan satu megaton (1000 kiloton) ledakan nuklir, dapat mengakibatkan suhu 100 juta derajat celcius atau sebanding dengan empat sampai lima kali lipat suhu permukaan matahari. Jika dengan bom atom Hiroshima dan Nagasaki yang berkekuatan ledakan 15 Kiloton telah membunuh sedikitnya 150.000 jiwa, maka dengan jumlah nuklir yang dimiliki Pakistan dan India 55 Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security. Hal 68. 56 Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security. Hal 69-71 57 Nasution Dahlan, Politik Internasional:Konsep dan Teori. Airlangga. Jakarta: Airlangga 1991,Hal 36 18

tentu sudah mampu menghancur-leburkan anak benua India sendiri. 58 Menyadari potensi tersebut, maka kedua belah pihak hingga saat ini masih saling menahan untuk sama-sama menyerang F. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis akan menjawab pertanyaan dalam penulisan ini melalui metode penelitian kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin, metodologi kualitatif merupakan jenis metode yang tidak diproduksi melalui prosedur statistik atau bentuk numerik. 59 Gumilar Rusliwa Somantri menjelaskan penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas. 60 Penulis berusaha memahami strategi kebijakan nuklir Pakistan dalam rangka mempertahankan wilayah Kashmir dari ambisi India. Pada penelitian ini metode yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif analitis yaitu kegiatan penelitian dalam Hubungan Internasional dengan melihat permasalahan yang ada dan dikaitkan dengan teori dalam Hubungan Internasional. 61 Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis hanya menggunakan sumber sekunder yang berasal dari riset kepustakaan (library research). 58 Ahmed, Samina, Public Opinion and Nuclear Plunge for South Asia, Asian Survey, Vol XXVII, No.8, Agustus 1998, Hal 142. 59 Staruss and Corbin, Basics of Qualitative Research : Grounded Theory Procedures and Tehnique, Newbury Park, Sage Publication, 1990. 60 Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9, No. 2, Desember 2005: Hal. 58. 61 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Rineka Cipta, Edisi revisi VI, Jakarta, 2006. 19

Penulis mendapatkan data dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai perpustakaan yang dikunjungi, seperti Perpustakaan Freedom Institutte, Perpustakaan FISIP UI, Perpustakaan CSIS dan perpustakaan lainnya. Selain itu untuk mendapatkan data, penulis menggunakan sumber melalui bahan bacaan dari jurnal-jurnal ilmiah, berita-berita dalam koran, dan situs-situs internet yang dapat mendukung penelitian ini. Langkah selanjutnya dalam metode ini yakni melakukan analisis data yang telah dikumpulkan kemudian diklasifikasi dengan topik pembahasan yang dibutuhkan. Setelah itu data tersebut bisa dipahami dan ditampilkan dalam bentuk kesimpulan-kesimpulan sederhana untuk menjelaskan hasil penelitian. Dengan menggunakan data-data tersebut penulis akan menjawab pertanyaan penelitian mengenai kepentingan Pakistan dalam Mengembangkan Nuklir periode 2008-2012. 20

G. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Pertanyaan Penelitian C. Tujuan Penelitian D. Tinjauan Pustaka E. Kerangka Pemikiran F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan Bab II : Gambaran Umum Kashmir dan Konflik India-Pakistan. 2.1.Wilayah Kashmir. A) Kondisi Geografis B) Masyarakat Kashmir C) Awal Konflik Di Kashmir. 2.2 Perang India-Pakistan A)Perang Tahun 1947 Dan 1965 B)Perang Tahun 1971. Bab II : Strategi Kebijakan Nuklir Pakistan. 3.1 Sejarah Pembangunan Reaktor Nuklir Pakistan A. Peranan Abdul Qadeer Khan Dalam Pengayaan Uranium B. Pengembangan Rudal Ghauri Dan Hatf C. Kerjasama Pakistan Dengan Cina Dan Korea Utara. 3.2 Kekuatan Nuklir Pakistan (2008-2012) A. Kapabilitas Nuklir Pakistan B. Kapabilitas Nuklir India Bab IV : Kepentingan Pakistan Mengembangkan Nuklir Dalam Wilayah Kashmir A.Memperoleh Kedaulatan Atas Wilayah Kashmir B. Strategi Mengimbangi Dominasi Kekuatan India di Regional Asia Selatan C.Internasionalisasi Isu Kashmir Merebut Bab V : Kesimpulan Daftar Pustaka 21

BAB II Gambaran Umum Kashmir dan Konflik India-Pakistan 2.1 Wilayah Kashmir A. Kondisi Geografis Kashmir Wilayah Kashmir merupakan daerah yang terbentang di utara subkontinen India, memiliki keadaan alam bergunung-gunung yang dialiri dengan banyak sungai antara lain Indus, Jhellum, Khenab, Shyok dan Zaskar. 62 Pada tahun 1947, sebelum 45 persen dikuasai utara India, wilayah bernama lengkap Jammu dan Kashmir tersebut memiliki luas 85,806 Mil atau sekitar 222,979 km. Dengan keadaan geografis tersebut, Kashmir dikenal sebagai Princely State (Negara Kepangeranan) paling luas di bawah kekuasaan Kerajaan British India. 63 Setelah dikeluarkannya Resolusi PBB tahun 1949, wilayah Kashmir terbagi atas dua bagian: Jammu Kashmir (India) dan Azad Kashmir (Pakistan). Wilayah Jammu Kahmir meliputi distrik Ladakh dan lembah Kashmir sementara Azad Kashmir terdiri atas Baltistan, Dartistan, Muzaffarabad, Gilgit dan Pooch. 64 Wilayah yang berseberangan dengan gunung Himalaya dan Karakorum ini berbatasan dengan Tibet di sebelah Utara, Cina Sinkiang di bagian Timur, Himachal dan Punjab di sebelah Selatan serta di bagian Barat berbatasan dengan Pakistan. 65 B. Penduduk Kashmir Penduduk wilayah Kashmir sering dipanggil dengan sebutan Kashmiree. Data dari sensus penduduk Pemerintah India tahun 2011 menyebutkan jumlah seluruh populasi di wilayah 62 R. W. McColl. Encyclopedia of World Geography, Volume 1, Infobase Publishing, 2005. Hal 75. 63 R. W. McColl. Encyclopedia of World Geography. Hal 76-79 64 http://www.un.org/documents/ga/res/4/ares4.htm diakses pada 14 Juni 2014 65 A.N Raina, Geography of Jammu Kashmir, 3 rd rev, New Delhi, National Books Trust, 1981 Hal 9 22

tersebut mencapai 12,541,302 jiwa dengan pembagian jenis kelamin laki-laki mencapai 6,640,662 orang sedangkan perempuan 5,900,640. 66 Wilayah bagian Azad Kashmir yang berada di bawah Pemerintah Pakistan memiliki penduduk kira-kira 2,5 juta sementara Jammu Kashmir yang dikuasai India dengan jumlah 6,5 juta warga. 67 Mayoritas penduduk Kashmir beragam Islam sedangkan sisanya ada yang memeluk Hindu, Budha, Sikh dan Kristen. 68 Sumber mata pencaharian utama masyarakat di sana yakni dari hasil pertanian dan pariwisata yang mencapai 80 persen dari penghasilan negara. 69 Pada tahun 1946, Sheikh Abdullah melalui Partai Politik National Conference dalam artikel 48 program New Kashmir menetapkan bahwa bahasa nasional Kashmir adalah Kashmiri, Dogri, Balti, Dardi, Punjabi dan Urdu. 70 C. Awal Konflik di Kashmir Pemisahan India-Pakistan menjadi dua negara berdaulat tahun 1947 menimbulkan polemik terhadap pembagian wilayah kekuasaan. Saat itu, lebih dari 500 negara kepangeranan secara bebas boleh menentukan masa depannya untuk bergabung dengan salah satu negara yang ada. 71 Namun ada tiga wilayah yang sulit untuk menentukan pilihan mengingat ketiga negara kepangeranan tersebut tidak memiliki keseragaman antara penguasa dan mayoritas warganya dalam hal agama yang dianutnya. Ketiga princely state tersebut yaitu, Junagadh, Hyderabad, dan Jammu-Kashmir. Junagadh merupakan negara kecil dengan 80% penduduknya beragama Hindu, tetapi penguasanya adalah seorang Muslim yang cenderung pro terhadap Pakistan. Hyderabad 66 http://www.census2011.co.in/census/state/jammu+and+kashmir.html diakses pada 18 Juni 2014 67 Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 12-13 68 Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 15 69 Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan, Jurnal Sosial-Politika Vol.6 No.11 Juli 2005 Hal 89 70 Nishat Anshari, Jammu & Kashmir Linguistic Predica ment http://koshur.org/linguistic/9.html diakses pada 26 Juni 2014. 71 Sisir Gupta, Kashmir: A study in India-Pakistan Relations, New Delhi (The India Council of World Affair, 1967 Hal 23. 23