BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ringan sampai efek yang berat (Dickinson et al., 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam. dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti anak normal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kebutuhan dasarnya agar bisa belajar mandiri. Anak bukan. yang berbeda dengan orang dewasa (Mansur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata. yang muncul dalam masa perkembangan (Depkes, 2010).

BAB V PEMBAHASAN. tunagrahita ringan dan sedang di SLB Negeri Surakarta dilakukan pada bulan

METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional (non

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan, perawatan, dan kontrol dari orang lain (Kartono, 2009). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau

Asri Atyanta*, Farichah Hanum**,Musri Amurwaningsih***

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada.

KEMANDIRIAN ANAK INTELLECTUAL DISABILITY TERKAIT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. standar dan ekspektasi individu tersebut (WHO, 1993). Pengukuran kualitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Anak retardasi mental memperlihatkan fungsi intelektual dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan berupa survei deskriptif inferensial yaitu teknik statik yang

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif dengan pendekatan survei (Arikunto, 2013). intervensi (Nursalam, 2013). Seperti pada penelitian gambaran

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP IBU TENTANG TOILET TRAINING

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. struktur kelengkapan fisik(unicef, 2013).Disabilitas dapat disebabkan. melakukan aktivitas secara selayaknya anak normal.

BAB1 PENDAHULUAN. Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2006). Desain penelitian ini dipilih

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG FAMILY SOCIAL SUPPORT TO CHILDREN WITH MODERATE MENTAL RETARDATION

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental secara analitik korelasi dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu hanya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SLB Negeri 1 Bantul. Rungu/Wicara (B), Tuna Grahita (C), Tuna Daksa (D) dan Autisme.

KATA PENGANTAR. dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orang

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB III METODE PENELITIAN. secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Tunagrahita Di SDLB C Budi Nurani Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal

Bab 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu aspek perkembangan pada anak yang seyogyanya

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangtempel Kec. Semarang Timur, Semarang dan Bidan Praktik Mandiri

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retardasi mental merupakan keadaan yang memerlukan perhatian khusus, dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam memfungsikan dirinya sehingga akan menggangu adaptasi normal terhadap lingkungan. Biasanya anak terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama yang menonjol ialah intelegensi yang terbelakang (Maramis, 2005). Fungsi diri pada anak normal yang berkembang baik adalah melakukan aktivitas fisik serta sensorik, seperti motorik umum (duduk, merangkak, berdiri, berjalan sendiri), bahasa (mengucapkan kata yang didengar, dua kata ungkapan yang mewakili kalimat), pribadi dan sosial (senyum responsif, makan secara mandiri, minum menggunakan cangkir, menggunakan sendok, mengontrol buang air besar, berpakaian sendiri) (Selikowitz, 2001), namun pada anak dengan retardasi mental akan mengalami keterlambatan dibanding anak normal yang sebaya. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak adekuatnya perilaku mengurus dan merawat diri, bersosialisasi dengan teman sebaya, berkomunikasi serta keterampilan-keterampilan adaptif yang lainnya (Shea, 2006). Perawatan diri merupakan hal yang sangat penting karena berkaitan dengan diri sendiri dan termasuk dalam kebutuhan dasar manusia yang paling dasar. Perawatan diri bertujuan untuk merawat diri dengan cara sedemikian rupa 1

2 sehingga dapat menikmati hidup ini dengan penuh arti bagi diri sendiri. Ini berarti untuk menjaga agar tidak timbul masalah sangat dibutuhkan kemandirian dari masing-masing individu untuk mencapai perawatan diri yang optimal. Kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara mandiri sering merupakan kunci untuk dapat aktif ke komunitas, sehingga diperlukan perhatian khusus pada anak retardasi mental, dikarenakan keterbatasannya dalam melaksanakan fungsi kemandirian perawatan diri (Smeltzer, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Liu, et al. (2009), menunjukkan bahwa anak dengan retardasi mental akan mengalami keterbatasan fungsi dalam perawatan diri, yaitu sebanyak 39,62% anak dengan retardasi mental membutuhkan bantuan dalam merawat kebersihan gigi. Menurut Potter & Perry (2005), salah satu faktor yang penting dalam kemandirian perawatan diri seseorang adalah dukungan sosial. Pada dasarnya orang tua pada anak dengan retardasi mental, seperti kebanyakan orang tua yaitu ingin membesarkan anaknya dengan penuh cinta dan mengasuhnya di lingkungan yang mendukung untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak, serta meningkatkan fungsi dari anak tersebut dengan memberi dukungan-dukungan seperti dukungan emosi dan fisik, mendukung untuk anak ikut program-program khusus seperti pedidikan khusus untuk penderita retardasi mental (Johnson, et al., 2006). Perlakuan seperti ini akan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan anak untuk melakukan perawatan diri secara mandiri, hal ini sesuai dengan penelitian Kelly (2011) bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial dan kemampuan untuk melaksanakan perilaku sehat yang adaptif. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Riegel, et al. (2007) menunjukkan bahwa dukungan sosial berpengaruh

3 signifikan terhadap perawatan diri pada orang dengan penyakit kronis dan dengan berbagai keterbatasan. Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia berdasarkan Pusdatin Kesejahteraan Sosial Tahun 2008 sebanyak 1.544.184 orang (meliputi cacat fisik, mental, cacat ganda). Serta terdapat 14,6% yang mengalami retardasi mental dari total tersebut. Di Yogyakarta jumlah anak berkebutuhan khusus cukup banyak yaitu sebanyak 40.050 orang. Data Dikpora Yogyakarta tahun 2012 hanya didapatkan data anak yang bersekolah di SLB sebanyak 4274 anak. Hal ini dikarenakan keluarga dan masyarakat yang mempunyai anggota keluarga dengan kebutuhan khusus sering kali menyembunyikannya sehingga mereka tidak dapat tersentuh pelayanan, serta kebanyakan orang tua yang merasa malu dan tertekan oleh stigma dari lingkungan. Sikap ini justru akan membuat anak tidak mampu mengembangkan diri (Dikpora, 2012). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SLB Negeri 1 Bantul didapatkan data bahwa SLB Negeri 1 Bantul ini adalah salah satu SLB yang berada di kawasan Bantul yang salah satunya adalah mendidik anak dengan retardasi mental. SLB ini terbagi dalam beberapa jenjang yaitu mulai dari tingkat TK sampai tingkat SMA, dengan pembagian anak retardasi mental sedang dan ringan berdasarkan menurut IQ anak. Menurut pengamatan dan informasi yang di dapat peneliti dari kepala bagian C (tuna grahita) SLB Negeri 1 Bantul rata-rata dukungan sosial dalam bentuk dukungan instrumen terhadap anak-anak retardasi mental di SLB ini cenderung cukup baik, seperti berpartisipasi aktif dalam menjemput dan mengantar anak, ini terlihat dari data bahwa untuk anak retardasi

4 mental dari jenjang TK sampai dengan kelas 5 SD hampir 50% anak diantar dan dijemput oleh orang tua. Dikarenakan mereka membutuhkan pengawasan lebih khusus. Dalam perawatan diri, rata-rata anak retardasi mental kategori ringan yang sudah berada di kelas 6, SMP dan SMA sudah mandiri dalam melakukan aktivitas perawatan diri sendiri seperti dalam berpakaian, toileting, mandi serta dalam makan, dikarenakan fisik yang mendukung serta intelektual yang lebih baik, hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti kepada 7 siswa kelas 6, terlihat bahwa semuanya memiliki kebersihan pakaian yang baik dan rapi. Namun untuk siswa di bawah kelas 6 masih perlu diberikan bimbingan, serta untuk siswa kategori sedang hanya 50% yang mandiri dalam melakukan perawatan diri. Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan dukungan sosial ditinjau dari tingkat dan kepuasan dukungan sosial terhadap kemandirian perawatan diri pada anak retardasi mental di SLB Negeri 1 Bantul. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah, apakah ada hubungan antara dukungan sosial ditinjau dari tingkat dan kepuasan dukungan sosial dengan kemandirian perawatan diri pada anak dengan Retardasi Mental di SLB Negeri 1 Bantul?

5 C. Tujuan 1. Tujuan Umum: a. Untuk menganalisis hubungan tingkat dukungan sosial terhadap kemandirian perawatan diri pada anak dengan retardasi mental di SLB Negeri 1 Bantul. b. Untuk menganalisis hubungan kepuasaan dukungan sosial terhadap kemandirian perawatan diri pada anak dengan retardasi mental di SLB Negeri 1 Bantul. 2. Tujuan Khusus: a. Mendeskripsikan dukungan sosial responden dari tingkat, sumber, bentuk serta kepuasan dukungan sosial yang diterima anak retardasi mental di SLB Negeri 1 Bantul. b. Mengetahui tingkat kemandirian anak retardasi mental di SLB Negeri 1 Bantul. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah keragaman ilmu pengetahuan dan penelitian khususnya bagi dunia keperawatan anak dan komunitas, dalam hal pentingnya dukungan sosial terhadap kemandirian melaksanakan perawatan diri. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Menambah pengetahuan peneliti tentang pentingnya peran dan dukungan lingkungan keluarga dan sekolah serta mengasah kemampuan peneliti dalam

6 melakukan penelitian di bidang keperawatan, serta terjun langsung di masyarakat. b. Bagi Orang Tua dan Keluarga Memberikan masukan pada orang tua akan pentingnya peran serta orang tua beserta keluarga dalam mendukung kemandirian melaksanakan perawatan diri anak retardasi mental. c. Bagi Pengelola SLB Memberikan masukan kepada pengelola SLB akan pentingnya dukungan sosial dari pihak warga sekolah terhadap kemandirian melaksanakan perawatan diri pada anak dengan retardasi mental. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini dititik beratkan pada hubungan dukungan sosial anak retardasi mental dengan kemandirian perawatan diri, penelitian yang sama sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Penelitian yang hampir sama dengan penelitian yag dilakukan oleh peneliti antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2007) dengan judul Hubungan Antara Dukungan Sosial Anak Retardasi Mental dengan Kemampuan Sosialisasi di SLB Bhakti Kencana Krikilan Berbah Sleman. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian potong lintang (cross sectional) non eksperimental dengan metode analitik korelasi dan pendekatan kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah anak-anak di SLB Bhakti Kencana Krikilan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eklusi yaitu

7 sebanyak 47 orang. Metode dalam pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dukungan sosial yang disusun berdasarkan teori House dan melakukan observasi kemampuan sosialisasi anak retardasi mental dengan menggunakan pedoman tes VSMS (Vineland Social Maturity Scale). Uji korelasi dengan menggunakan Pearson Product Moment. Persamaan dalam penelitian ini adalah subyeknya anak retardasi mental, jenis penelitian dan variabel independent. Adapun perbedaannya adalah variable dependent, waktu dan tempat. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Istanti (2006), dengan judul Kemampuan Perawatan Diri Anak Retardasi Mental di SLB C Wiyata Dharma II Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan perawatan diri anak RM ringan dan sedang di SLB C Wiyata Dharma II Yogyakarta yang tinggal di panti dengan yang di rumah. Dengan menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengambilan sampel Purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel RM ringan 17 orang dan RM sedang 12 Orang. Data diambil dengan pengamatan menggunakan check list yang diadaptasi dari Vineland. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan perawatan diri anak RM ringan dan sedang di SLB C Wiyata Dharma II yang tinggal di panti dengan yang tinggal di rumah. Kemampuan Anak RM ringan yang tinggal di rumah: baik 17,65% dan sangat baik 23,53%; yang tinggal di panti: cukup 17,65% dan sangat baik 23,53%. Kemampuan anak RM sedang yang tinggal di rumah: cukup 16,67%, baik

8 33,33% dan sangat baik 16,67%; yang tinggal di panti: kurang baik, baik dan sangat baik bernilai sama 8,33%. Persamaan penelitian ini adalah subjek yang diteliti, jenis penelitian yaitu penelitian cross sectional, serta pada variabel perawatan diri. Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel dependent, waktu dan tempat. 3. Penelitian yang dilaksanakan oleh Dwiantoaji (2011) dengan judul Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Derajat Depresi pada Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian sebanyak 457 siswa kelas V SDN di Kota Yogyakarta yang dipilih secara multistage random sampling. Data dikumpulkan menggunakan Child Depression Inventory (CDI) dan Social Support Questionnaire (SSQ). Analisis data menggunakan Spearman Rank. Hasilnya adalah siswa mendapat banyak dukungan dari teman sebaya (55,1%). Siswa merasa puas mendapat dukungan dari teman sebaya (63,5%). Sebanyak 33,9% siswa SDN di Kota Yogyakarta mengalami depresi tinggi. Tidak ada hubungan antara jumlah pemberi dukungan sosial teman sebaya dengan derajat depresi siswa (r= 0,051; p>0,05). Ada hubungan negatif antara kepuasan dukungan sosial teman sebaya dengan derajat depresi siswa (r= -0,546; p<0,05). Bentuk dukungan sosial teman sebaya yang mempunyai korelasi paling kuat terhadap penurunan derajat depresi siswa adalah dukungan penghargaan (r= -0,615; p<0,05). Persamaan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian, dan variabel

9 independent. Adapun perbedaannya adalah variable dependent, subjek penelitian, waktu dan tempat. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Riegel, et.al (2007) dengan judul Social Support Predicts Success in Self-Care in Heart Failure Patients with Excessive Daytime Sleepiness. Dengan menggunakan metode penelitian yaitu cross-sectional pada 117 pasien dengan gagal ginjal. Dukungan sosial diukur dengan kuisoner berskala Likert. Self Care diukur dengan Self Care-HF Index (SCHFI), yang mencerminkan pengambilan keputusan yang diperlukan untuk merespon HF. Sedangkan untuk mengantuk diukur menggunakan Epworth Sleepines Scale (ESS). Analisis regresi linier digunakan untuk menguji kontribusi dukungan terhadap manajemen perawatan diri pada pasien HF yang mengantuk dan tidak mengantuk. Hasil dari penelitan ini dukungan sosial merupakan prediktor yang signifikan terhadap perawatan diri pada pasien dengan HF yang mengantuk berlebihan pada siang hari. Ketika hubungan itu diuji ulang pada mereka yang tidak mengantuk, hubungan tidak tampak jelas. Persamaan pada penelitian ini adalah variabel independent, jenis penelitiannya yaitu penelitian cross sectional. Sedangkan untuk perbedaanya adalah subjek penelitiannya, variable dependent, waktu dan tempat.