3.3. PENGEMBANGAN MODEL

dokumen-dokumen yang mirip
Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk

4.3. PENGEMBANGAN MODEL

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

matematis. Formulasi matematis ini menunjukkan keterkaitan antara setiap variabel yang saling berinteraksi.

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Gambar 2.5: Hasil uji sensitivitas 2.4. HASIL ANALISIS

Tabel 6.1 Neraca Daging Indonesia Tahun Berdasarkan pada Kondisi Eksisting...

MODEL KELEMBAGAAN PERTANIAN DALAM RANGKA MENDUKUNG OPTIMASI PRODUKSI PADI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

SISTEM PRODUKSI PAKAN DAN

RINGKASAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

tokoh masyarakat. Estetika dan peningkatan pendapatan rumah tangga menjadi faktor pendorong RT lain untuk mereplikasi model.

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

PENGEMBANGAN MODEL RANTAI PASOK PRODUKSI BERAS UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Lembar Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi...

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

VII DAMPAK PENCAPAIAN KEBIJAKAN GERNAS DAN PENERAPAN BEA EKSPOR KAKAO TERHADAP KINERJA INDUSTRI HILIR DAN PENERIMAAN PETANI

Penguatan Peran Petani untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan dan Pencapaian Target Swasembada Pangan

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu.

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

Gambar 6.1: Diagram black box Sistem Pencapaian Swasembada Daging

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

Simulation Model for Irrigation System Development of Corn Crop in Paddy Field and Dry Land (Case Study at Corn Farming in Kediri, East Java)

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

KEMENTERIAN PERTANIAN

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA. Yogyakarta, 6 Februari 2007

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA. Kerangka Berpikir

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKAN ANALISIS ELASTISITAS HARGA PUPUK TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI

PEMERINTAH KABUPATEN

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan. dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

SWASEMBADA BERAS YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PANEN PADI HIBRIDA TAHUN 2015

Pengembangan Perkebunan Kakao Menggunakan Model Sistem Dinamik Produksi Kakao di Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

8.2. PENDEKATAN MASALAH

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati

Transkripsi:

Selain teknologi pemupukan dan OPT, mekanisasi merupakan teknologi maju yang tidak kalah penting, terutama dalam peningkatan kapasitas kerja dan menurunkan susut hasil. Urbanisasi dan industrialisasi mengakibatkan tenaga kerja pertanian semakin terbatas, sehingga mekanisasi menjadi solusi mengatasi permasalahan tenaga kerja. Disamping itu, mekanisasi bermanfaat mengurangi susut hasil dan pascapanen. Dengan menekan susut produksi dan pascapanen maka akan dimungkinkan untuk meningkatkan tingkat produksi nasional. Insentif produksi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan motivasi petani dalam membudidayakan. Insentif dapat berupa subsidi harga pembelian pupuk dan bantuan benih. Insentif pada sisi hilir yang penting adalah harga yang menguntungkan di tingkat produsen. Oleh karena itu, pemerintah harus mengatur agar di dalam struktur pasar harga jual yang diterima petani masih memberi margin keuntungan usahatani agar petani bersemangat membudidayakan secara berkelanjutan dengan teknologi yang direkomendasikan dan penggunaan sumberdaya yang optimal. 3.3. PENGEMBANGAN MODEL Identifikasi sistem merupakan salah satu tahapan dalam pengembangan model, tahapan ini menghubungkan kebutuhankebutuhan dengan permasalahan yang dihadapi sebagai mata rantai yang digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebabakibat (causal loop), sebagaimana tergambar di bawah ini. 45

Insentif produksi meknisasi budidaya Harga Pertambahan lahan Luas lahan Penyuluhan Benih PRODUKSI JAGUNG (ton/thn) () Peningkatan produktivitas Produktivitas Pupuk Penurunan produktivitas OPT () Iklim Losses () Permintaan () Harga Mekanisasi pasca panen Konsumsi Diversifikasi pangan Gambar 3.2: Diagram causal loop produksi Penggunaan lain Jumlah penduduk () Industri () Pertumbuhan penduduk Analisis selanjutnya adalah melanjutkan interpretasi diagram causal loop ke dalam kotak gelap (black box); sebagaimana terdapat pada gambar 3.3. Terdapat 5 variabel dalam tahapan ini yaitu: Variabel input terkendali, Variabel input tak terkendali, Variabel output dikehendaki, Variabel output tak dikehendaki dan Variabel kontrol sistem. Variable input berasal dari luar sistem dan dalam sistem, meliputi input terkendali dan tak terkendali. Variabel output meliputi output dikehendaki dan output tak dikehendaki. Parameter disain sistem produksi nasional merupakan proses yang mempengaruhi input menjadi output. Variabel input merupakan parameter yang dapat diintervensi melalui kebijakan agar tercapai output yang dikehendaki yaitu tercapainya swasembada berkelanjutan, dengan sasaran pada tahun 2014 produksi sebesar 29 juta ton. Simulasi sistem merupakan tahapan pendekatan sistem dengan menggunakan suatu model yang merupakan penggambaran dari dunia nyata untuk mengetahui perilaku sistem. Selain itu, juga bisa diketahui pengaruhnya pada komponenkomponen dari suatu perlakuan yang dicobakan pada 46

beberapa komponen. Struktur model produksi yang digambarkan dalam diagram stock flow terdapat pada gambar 3.4. Validasi model bertujuan untuk menguji kebenaran struktur model untuk menunjukkan kesalahan minimal dibandingkan data aktual yang dilakukan menggunakan teknik statistik. Model yang dihasilkan dari simulasi sistem dibandingkan dengan kondisi saat ini (existing condition) untuk melihat perbedaan antara keduanya dan sekaligus tingkat validitas model yang dibangun (Hartrisari, 2007). Kesahihan suatu model dapat ditentukan dengan menghitung nilai MSE (mean square error), Model dianggap valid apabila perilaku historis variabelvariabel yang dipergunakan dalam model mirip atau memiliki trend yang sama. Model dianggap valid bila MSE < 5% (Suryani, 2006). Hasil uji validasi pada struktur model yang dibuat menunjukkan bahwa model valid, karena nilai MSEnya < 5 %; baik dari produksi maupun luas lahan. Sebagaimana ditunjukkan dari tabel 3.4 dibawah ini. Tabel 3.4: Hasil uji validasi model Tahun Produksi (ton) Tahun Luas lahan (ha) St (Prediksi) At(aktual) (StAt)/At St (Prediksi) At(aktual) (StAt)/At 2006 12.582.175 11.609.943 0,007013 2006 3.625.987 3.345.805 0,007013 2007 13.315.373 13.287.527 0,000004 2007 3.626.191 3.630.324 0,000001 2008 14.048.654 15.918.977 0,013804 2008 3.626.395 4.001.724 0,008797 2009 14.782.018 17.629.748 0,026092 2009 3.626.599 4.160.659 0,016476 2010 15.515.463 18.327.636 0,023544 2010 3.626.803 4.131.676 0,014932 2011 16.248.991 17.629.033 0,006128 2011 3.627.007 3.861.433 0,003686 MSE 0,012764 MSE 0,008484 47

INPUT LINGKUNGAN 1. Iklim 2. 3. Lahan 4. Bencana Alam atau Serangan Hama Penyakit INPUT TAK TERKONTROL 1. Jumlah Penduduk 2. Harga Pasar Jagung 3. Ketersediaan Jagung INPUT TERKONTROL 1. Pupuk 2. Benih 3. Pengendalian OPT 4. Irigasi 5. Penanganan Pasca Panen 6. Penyuluhan 7. Insentif Produksi 8. Lahan SISTEM PRODUKSI JAGUNG NASIONAL OUTPUT YANG DIHARAPKAN 1. Swasembada Jagung Berkelanjutan 2. Supply Yang Memadai 3. Demand Terpenuhi 4. Rantai Pasok Jagung Efisien 5. Biaya Investasi terjangkau OUTPUT YANG TIDAK DIHARAPKAN 1. Fluktuasi Harga Pasar Tinggi 2. Biaya Investasi Tinggi 3. Import Tinggi PENGELOLAAN Gambar 3.3: Diagram input output sistem produksi nasional 48

KEBUTUHAN PRODUKSI Susut_skrg Penurunan_susut SURLUS Kebuthn_lain Laju_naikkons Laju_turunkons Susut_pascapanen Lajulahan_naik Lajulahan_turun Jml_pddk Kons_Lgsg Kebuthan_industri Lajunaik_lain Lajuturun_lain Luas_lahan LajuYield_naik Pertumb_pddk Lajunaik_industri Jum_pddk1 Diversifikasi_Pgn_Giz LajuYield_turun Perubhn_pola_kons Lajuturun_industri Kekeringan Yield_ Pertumb_indmakanan Substitusi_jagng Pembukaan_lahan Banjir hibrida Iklim Pertumb_indpakan Prod_lok Fraksi_hibrida prod_hib Penyuluhan komposit Serangan_OPT Delay_bukalahan Pupuk_berimbang Lokal Prodl_kom Fraksi_komposit Pengendalian_OPT Fraksi_Lokal Adopsi_Pupuk Peningkatan_penyuluhan Gambar 3.4: Struktur model produksi Analisis sensitivitas model dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana model dapat digunakan apabila ada perubahan pada asumsi atau sejauh mana kesimpulan hasil model dapat berubah bila variable model berubah. Model dikategorikan sensitif jika perubahan nilai variabel input menyebabkan perubahan output model (Hartrisari, 2007). Gambar 3.5: Analisisi sensitivitas 49