BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu melihat plak gigi. Disclosing agents seperti Erythrosine Disclosing

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. permukaan gigi yang tidak bersifat self cleansing (membersihkan gigi), self cleansing

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

Mengenal Xylitol Gula Langka yang Menyehatkan

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

Fase pembentukan gigi ETIOLOGI Streptococcus mutans,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. karies gigi (Anitasari dan Endang, 2005). Karies gigi disebabkan oleh faktor

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi juga merupakan hasil interaksi antara kondisi fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak merupakan penyebab utama dari penyakit periodontal (Manson

BAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu ,

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengandung bahan dasar alami ataupun sintetik sebagai bahan antibakteri yang

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Plak gigi memegang peranan penting dalam proses karies gigi dan inflamasi

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Gigi Plak adalah suatu lapisan bening, tipis, dan terdiri dari mucus serta kumpulan bakteri yang menyelimuti permukaan gigi. Plak gigi tidak dapat dilihat secara langsung, dengan demikian dibutuhkan suatu senyawa yang digunakan untuk membantu melihat plak gigi. Disclosing agents seperti Erythrosine Disclosing Solution dan Fluorescein Liquid digunakan untuk mewarnai plak gigi sehingga memudahkan untuk melihat plak gigi. Plak gigi akan terbentuk dalam waktu yang singkat setelah gigi dibersihkan, maka disclosing agents digunakan secara rutin sebagai indikator ada tidaknya plak gigi. 16,17 Sel-sel epitel rongga mulut yang telah mengalami deskuamasi, sel-sel leukosit PMN (Polymorphonuclear leukocyte), makrofag dan bakteri merupakan penyusun dari plak. Sel-sel ini terdapat di dalam matriks ekstraseluler yang terdiri dari protein, polisakarida dan lemak. Komponen anorganik yang terdapat pada plak adalah kalsium, fosfat, magnesium, sodium dan potassium. 18,19 Menurut lokasinya, plak dapat diklasifikasikan antara lain: plak supragingiva dan plak subgingiva. Plak supragingiva berada pada atau diatas margin gingiva dan mungkin juga kontak langsung dengan margin gingiva. Sedangkan plak subgingiva berada dibawah margin gingiva, antara gigi dengan sulkus gingival. 20 8

9 2.1.1 Proses Terbentuknya Plak Tahap pembentukan plak melalui serangkaian proses, antara lain : 1) Perlekatan glikoprotein pada email, dan terjadinya pembentukan pelikel. 2) Perlekatan bakteri pada pelikel( kolonisasi awal). 3) Peningkatan banyaknya plak oleh kelipatan bakteri (kolonisasi akhir). 20,21 Pada tahap pembentukan pelikel, beberapa saat setelah pembersihan gigi terbentuk lapisan tipis dari protein saliva, sebagian besar glikoprotein, disimpan pada permukaan gigi. Lapisan ini disebut pelikel saliva acquired, yang tipis (0,5 μm), lembut, tidak berwarna dan transparan. Melekat pada permukaan gigi dan dapat dihilangkan hanya dengan gesekan ringan. Pada awal pembentukan pelikel masih terbebas dari bakteri. Pelikel saliva berfungsi sebagai pelindung. Pada awalnya, glikoprotein saliva kalsium saliva dan ion fosfat diserap pada permukaan enamel dimana proses ini merupakan kompensasi dari hilangnya gigi oleh atrisi dan erosi. Pelikel juga mengandung antibakteri antara lain Ig G, Ig A, Ig M, komplemen dan lisozym. 20,22 Dental pelikel terbentuk pada permukaan yang juga menyediakan substrat yang mendukung akumulasi bakteri pada bentukan plak. Berbagai macam bentuk interaksi bakteri dengan saliva antara lain: Bakteri dapat mengikat reseptor yang berada pada pelikel melalui perlekatan. Meskipun, pada komponen yang sama terbebas dari saliva juga mengikat bakteri dan menghalangi pengikatannya dengan gigi dan membersihkannya dari rongga mulut. Komponen saliva juga berinteraksi dengan bakteri melalui berbagai macam pengikatan yang menyebabkan aglutinasi

10 yang mampu meningkatkan kemampuannya dalam membersihkan rongga mulut. 22 Pada tahap kolonisasi awal, terjadi sangat cepat, hanya membutuhkan waktu beberapa menit, setelah itu pelikel langsung terdeposit oleh populasi bakteri. Bakteri dapat terdeposit secara langsung pada enamel tetapi selalu terjadi perlekatan dengan pelikel dan agregasi bakteri juga dilapisi oleh glikoprotein saliva. Pada orang primitif dimana dietnya yang alami dari makan yang keras dan berserat pada permukaan oklusal dan area kontak dari subyek cukup mengenai seluruh permukaan sehingga deposit bakteri sangat minimal. Ketika dietnya lunak gigi yang digunakan hanya terkena sedikit atau tidak sama sekali dan mendorong terjadinya deposit dari bakteri. Akumulasi terbesar pada sisi yang tersembunyi pada bagian yang tidak terkena gesekan dan pergerakan dari lidah. 22,23 Pada regio interdental yang berada dibawah daerah kontak merupakan sisi yang memiliki ketebalan plak terbesar. Pada beberapa jam pertama jenis Streptococcus dan sedikit perlekatan dari Actinomyces pada pelikel yang merupakan awal dari kolonisasi. Pada awal ini, jenis bakteri yang baru dari saliva atau sekitar membran mukosa yang muncul pada bakteri secara alami dari permukaan gigi dan perlekatan oleh interaksi dengan kesiapan perlekatan bakteri plak. 21,23 Dua tahap awal pembentukan plak ini membutuhkan waktu 2 hari. Pada tahap kolonisasi sekunder dan maturasi plak, memasukkan plak pada bagian belakang bentukan dari plak utama dan mengambil keuntungan dari perubahan lingkungan yang terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan metabolisme plak utama. Pertama, pada proses ini, terdapat sisa ruang intersisial dibentuk oleh interaksi bakteri. Kedua,

11 setelah 4-7 hari sebagai tanda pembentukan plak yaitu adanya inflamasi gingiva yang terus berkembang. Selama proses ini kondisi lingkungan akan berubah secara bertahap sehingga menyebabkan perubahan selektif yang lebih jauh. Hal ini termasuk pembukaan sulkus gingiva yang merupakan bagian dari pertumbuhan bakteri yang lebih dalam ditandai dengan aliran cairan dari sulkus gingiva. 24 Bakteri lain memilki kebutuhan metabolisme berbeda untuk masuk ke dalam plak dan ini termasuk gram negatif bentuk batang seperti jenis Prevotella, Fusobacterium dan Bacteroides. Setelah 7-14 hari kompleksibilitas dari plak semakin meningkat lebih jauh dengan adanya gambaran bakteri motil. Interaksi bakteri yang lebih jauh mengakibatkan perbedaan jumlah dan jenisnya. Sehingga mikroflora yang didirikan dengan adanya sebuah keseimbangan dari organisme atau ekosistem mikroba pada permukaan gigi. Plak yang matur merupakan kumpulan yang penuh dengan segudang jenis bakteri indigenous dan ini membuat kesulitan jenis bakteri exogenous untuk berkolonisasi. 20,22 2.1.2 Pengaruh Plak Gigi Terhadap Jaringan Periodontal Plak melekat pada tempat yang berbeda pada permukaan gigi, sehingga menyebabkan pengarah yang berbeda pada gigi dan jaringan periodontal, contohnya : 25 1. Supragingiva dapat menjadi penyebab utama terjadinya gingivitis dan kalkulus. 2. Plak supragingiva dan plak subgingiva yang melekat pada gigi dapat menyebabkan pembentukan kalkulus dan karies akar. 3. Subgingiva yang berhubungan dengan jaringan lunak mengakibatkan kerusakan

12 jaringan lunak yang akan berlanjut sebagai periodontitis. 4. Plak dapat mengakibatkan terjadinya penyakit periodontal melalui produk metabolisme bakteri yang terdapat dalam plak. Produk metabolisme bakteri yang dimaksud adalah : a) Endotoksin Misalnya : lipopolisakarida yang dihasilkan oleh, kelompok bakteri gram negatif. Lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif dapat mengakibatkan hilangnya perlekatan jaringan lunak terhadap permukaan gigi. b) Enzim bakteri Misalnya: tripsin. Tripsin membantu invasi bakteri pada jaringan periodontal sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal tersebut. Terjadinya penyakit periodontal yang diakibatkan oleh adanya akumulasi plak pada permukaan gigi dapat dikurangi dengan berbagai cara. Salah satu cara untuk mengurangi terjadinya penyakit periodontal tersebut ialah dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang bersifat antiplak. 2.2 Beberapa Macam Bahan Antiplak Bahan antiplak merupakan bahan kimia yang memiliki sifat antibakteri karena memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab plak sehingga dapat mengurangi akumulasi plak pada permukaan gigi. Bahan-bahan kimia tersebut biasanya terdapat dalam bentuk pasta gigi, obat kumur, permen hisap dan permen karet, yang masing-masing mengandung bahan aktif (active agents) sehingga dapat membantu mengurangi jumlah plak. 18

13 Pasta gigi merupakan bahan antiplak yang paling sering digunakan secara rutin. Bahan-bahan aktif yang terdapat dalam pasta gigi memiliki kemampuan untuk mengurangi plak sehingga dapat mengurangi terjadinya penyakit pada jaringan periodontal. Bahan-bahan aktif dalam pasta gigi tersebut antara lain : Chlorhexidine, Triclosan, Cetylpiridinium chloride, Metalsalts, Sanguinarine, Peroxides, enzymes, dan herbal extracts. 18 Selain penggunaan pasta gigi, penggunaan obat kumur merupakan salah satu cara untuk menghambat pembentukan bakteri dan mencegah terjadinya peradangan gusi. Obat kumur dapat dibedakan atas beberapa golongan berdasarkan bahan aktifnya (active agents), yaitu : Bisguanida, campuran fenol-minyak esensial, Fluoride, Sanguinarine, Cetylpyridiniumchloride. 18 Bahan-bahan kimia yang memiliki sifat antiplak saat ini tidak hanya terbatas dalam bentuk pasta gigi dan obat kumur, tetapi juga terdapat dalam bentuk permen hisap dan permen karet. Konsumsi permen karet memiliki kelebihan dibanding permen hisap, yaitu merangsang sekresi saliva serta meningkatkan kecepatan aliran saliva yang dapat menetralkan asam dan mencegah pengeroposan gigi di atas 40%. Peningkatan produksi saliva juga dapat mengurangi endapan sisa makanan. Bahan yang terdapat dalam permen karet tersebut biasanya tidak mengandung gula (sugar free). 26 Makanan bebas gula seperti permen karet sugar free biasanya menggunakan bahan pengganti gula sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya perlekatan plak pada permukaan gigi. Bahan-bahan pengganti gula tersebut terdiri

14 dari : aspartame, saccharin, fruktosa, acesulfame-k, polioi. 26 Poliol merupakan salah satu dari beberapa bahan pengganti gula yang dikenal sebagai suatu gula alkohol rendah kalori dengan rasa dan struktur menyerupai gula. Yang termasuk dalam golongan poliol adalah :xylitol, sorbitol, mannitol, maltilol, lactilol, isomalt. 27 2.3 Xylitol Xylitol adalah suatu unsur kimia organik yang termasuk ke dalam golongan poliol/polialkohol dan terdiri atas lima atom karbon, sehingga tidak dapat difermentasi oleh mikroorganisme penyebab plak. Xylitol merupakan suatu bahan pengganti gula (gula alternatif) berupa bubuk kristal berwarna putih. Absorpsi xylitol berlangsung secara lambat dan hanya sebagian yang dimetabolisme, maka nilai kalorinya 40% lebih kecil dari pada kelompok karbohidrat lainnya atau sekitar 2,4 kalori. Beberapa sifat yang dimiliki xylitol adalah memberi sensasi dingin (cooling sensation) seperti mentol, memiliki tingkat kemanisan yang sama dengan sukrosa, menghasilkan energi hanya 2,4 kalori (cocok bagi penderita obesitas), tidak memerlukan insulin untuk metabolismenya (cocok bagi penderita diabetes), serta bersifat antikariogenik. Xylitol akan berfungsi secara efektif dalam menghambat pembentukan plak bila dikonsumsi sebanyak 6-12 gram per hari. 27,28

15 Gambar 1. Struktur kimia molekul Xylitol. Dikutip dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2009. Kamus Gizi Pelengkap KesehatanKeluarga. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 29 Xylitol banyak digunakan pada produk-produk kebersihan mulut dan produk-produk lain yang dapat menunjang kebersihan dan kesehatan mulut. USFDA (United States Food and Drug Administration) pada tahun 1963, menyatakan bahwa xylitol tidak mempunyai efek toksik, sedangkan pada tahun 1983 badan penasehat WHO (World Health Organization) dan FAO (Food and Agricultural Organization) menyatakan bahwa konsumsi xylitol setiap hari seumur hidup tidak menimbulkan resiko. Saat ini, lebih dari 35 negara menggunakan xylitol sebagai bahan tambahan pada makanan dan obat-obatan. 27,28 2.3.1 Xylitol sebagai Substansi Alamiah Xylitol merupakan gula alkohol yang banyak terdapat pada sayur-sayuran, buah-buahan dan bahkan diproduksi secara alami dalam tubuh manusia melalui siklus metabolisme glukosa. Melalui metabolisme glukosa tersebut, xylitol dihasilkan sekitar 15 gram perhari. 28,30

16 Metabolisme glukosa digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan energi. Pada metabolisme glukosa tersebut terdapat beberapa lintasan alternatif, salah satu lintasan alternatif tersebut ialah asam uronat. Melalui lintasan asam uronat dihasilkan berbagai produk, termasuk xylitol. 30 Sebagai suatu unsur kimia organik, xylitol (C 5 H 12 O 5 ) memiliki perbedaan yang istimewa dibandingkan pemanis alami golongan poliol lainnya karena xylitol memiliki lima atom karbon dan lima gugus hidroksil (pentitol). Struktur tersebut merupakan alasan mengapa mikroorganisme plak tidak dapat memetabolisme xylitol. 30 Mikroorganisme plak lebih menyukai struktur enam atom karbon sebagai sumber energi, seperti pada gula alkohol dan bentuk gula lainnya. Secara umum, alasan penggunaan xylitol ialah karena xylitol memiliki kelebihan, antara lain: 28 a) Seratus persen merupakan pemanis alami b) Memiliki tingkat kemanisan yang sama dengan gula c) Tidak meningkatkan kadar gula dalam darah d) Tidak menimbulkan rasa pahit sesudah dimakan e) Menimbulkan rasa segar f) Sesuai untuk diet dengan kadar karbohidrat yang rendah. g) Tidak bersifat karsinogenik 2.3.2 Efek Xylitol terhadap Pembentukan Plak Gigi Xylitol dapat menghambat pembentukan plak gigi dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri plak Penelitian dan pembahasan mengenai mekanisme

17 penghambatan tersebut dilakukan pada kelompok Streptococcus mutans. Konsumsi xylitol dalam jangka pendek terbukti dapat menurunkan populasi Streptococcus mutans. Sebuah penelitian eksperimental yang dilakukan di sebuah Universitas di Jakarta pada bulan Desember 2005 sampai Januari 2006 didapatkan hasil: dari 48 sampel yang diintervensi mengunyah permen karet yang mengandung xylitol, 39 sampel mengalami penurunan indeks plak, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol terhadap perubahan nilai indeks plak, dengan nilai p lebih kecil dari 0,005. 31 Mekanisme penghambatan pertumbuhan oleh xylitol diawali dengan masuknya xylitol ke dalam tubuh Streptococcus mutans. Kehadiran xylitol dapat mempengaruhi aktifitas fructose phosphotransferase system dalam tubuh Streptococcus mutans. Melalui fructose phosphotransferase system tersebut, xylitol dimetabolisme menjadi xylitol-5-phosphate yang bersifat toksik, sehingga harus dikeluarkan dari dalam tubuh Streptococcus mutans. Rangkaian mekanisme xylitol tersebut menghabiskan energi dalam sel sehingga mengakibatkan pertumbuhan Streptococcus mutans menjadi terhambat. 32 Xylitol dapat mengakibatkan proses metabolisme Streptococcus mutans menjadi terganggu dengan mengurangi sintesa polisakarida ekstraseluler. Berkurangnya sintesa polisakarida ekstraseluler mengakibatkan perlekatan Streptococcus mutans pada permukaan gigi menjadi berkurang sehingga permukaan gigi menjadi lebih mudah dibersihkan dari koloni bakteri tersebut. 32

18 2.4 Fluoride Fluoride merupakan unsur yang penting dalam pembentukan gigi dan tulang. Kekerasan gigi dan tulang ditentukan oleh kadar senyawa-senyawa kalsium yang tinggi di dalam tulang. Fluoride adalah mineral yang secara alamiah terdapat di semua sumber air termasuk laut. Fluoride tidak pernah ditemukan dalam bentuk bebas dialam. Ia bergabung dengan unsur lain membentuk senyawa fluoride. Sumber utama dari Fluoride adalah air, terutama air dari sumur-sumur yang dalam. Pada tahun 1802 telah ditemukan pertama kali Fluoride dalam fosil gigi gajah. Selain terdapat dalam gigi, Fluoride juga dijumpai dalam tulang. 33 2.4.1 Manfaat Fluoride Fluoride ini berperan dalam pembentukan email gigi dan membuat struktur gigi lebih kuat sehingga akan membuat gigi lebih tahan terhadap pengikisan oleh asam. Asam itu sendiri dibentuk ketika bakteri di dalam plak memecah gula dan karbohidrat yang berasal dari makanan. Serangan asam yang berulang-ulang akan merusak gigi yang dapat menyebabkan gigi berlubang. Di sini Fluoride berperan mengurangi kemampuan bakteri untuk membentuk asam. 33 Fluoride bekerja untuk mengontrol karies dini dengan beberapa cara. Fluoride dapat menghambat demineralisasi enamel dan meningkatkan remineralisasi. Bakteri kariogenik metabolisme karbohidrat dan menghasilkan asam sehingga ph rongga mulut menjadi asam dan dapat mengubah struktur enamel. Fluoride dapat menguatkan gigi dengan meningkatkan proses remineralisasi sehingga enamel resisten terhadap asam. Fluoride dapat menghambat karies dengan cara

19 menghambat aktivitas metabolisme bakteri kariogenik dalam memetabolisme karbohidrat untuk menghasilkan asam dan polisakarida adhesif yang diperlukan untuk berkolonisasi pada permukaan gigi. Kelebihan Fluoride dalam jangka panjang dapat menyebabkan fluorosis. 34 Fluoride merupakan mineral alami yang efektif untuk melindungi gigi terhadap karies dan menghambat proses demineralisasi serta meningkatkan proses remineralisasi. 35 Fluoride bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi Fluoride apatit. Reaksi kimia Ca 10 (P0 4 ) 6 (OH) 2 + 2F- Ca 10 (P0 4 ) 6 F 2 +20H menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang perbaikan dan penghentian lesi karies. 36 2.4.2 Penggunaan Fluoride a. Pemberian Fluoride Secara Sistemik Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut membentuk struktur gigi. fluoride sistemik juga memberikan perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi gigi. Fluoride sistemik ini meliputi fluoridasi air minum dan melalui pemberian makanan tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap. Namun di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan berbagai metode penggunaan fluoride, yang kemudian dibedakan menjadi metode perorangan dan kolektif. Contoh penggunaan

20 kolektif yaitu fluoridasi air minum (biasa kita peroleh dari air kemasan) dan fluoridasi garam dapur. 36 b. Penggunaan Fluoride Secara Topikal Tujuan penggunaan Fluoride adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluoride bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi Fluoride apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. 36 Penggunaan Fluoride sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari proses karies. Penggunaan Fluoride secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara. 37 a) Topikal Aplikasi. Yang dimaksud dengan topikal aplikasi Fluoride adalah pengolesan langsung Fluoride pada enamel. Setelah gigi dioleskan Fluoride lalu dibiarkan kering selama 5 menit dan selama 1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur. 38 b) Pasta gigi fluor. Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung Fluoride terbukti dapat menurunkan karies, akan tetapi pemakaiannya pada anak prasekolah harus diawasi karena pada umunya mereka masih belum mampu berkumur dengan baik sehingga sebagian pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang kini terdapat di pasaran mengandung kira-kira 1 mg F/g (1 gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada

21 sikat gigi). 34 c) Obat kumur dengan fluor. Obat kumur yang mengandung Fluoride dapat menurunkan karies sebanyak 20-50%. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang berisiko karies tinggi atau selama terjadi kenaikan karies. 36 2.4.3 Sediaan Fluoride Pasta gigi yang beredar di pasaran umumnya mengandungfluoridedalam bentuk Sodium fluoride (NaF), Stannous fluoride (SnF), acidulated phosphate sodium Fluoride (APF) dan Sodium monofluorophosphate (NaMNF). NaF (Sodium Fluoride) merupakan salah satu yang sering digunakan karena dapat disimpan untuk waktu yang agak lama, memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi serta tidak mengiritasi gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi 2%, dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml. 37 Sekarang SnF (Stannous fluoride) jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran, misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astingen dan kecenderungannya mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan, serta mengiritasi gingiva. SnF juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu memakai sediaan yang masih baru. 34 Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi ini diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gram dengan air destilasi 10 ml. Larutan ini sedikit asam dengan ph 2,4-2,8.

22 APF (acidulated phosphate sodium fluoride) lebih sering digunakan karena memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam bermacam-macam rasa, tidak menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai, merupakan bahan topikal aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. 37 Kebanyakan pasta gigi yang dijual di seluruh dunia berisi Fluoride dalam bentuk sodium monofluorophospate (NaMNF) karena kompatibel dengan kebanyakan zat pengikis yang digunakan. Sodium Monofluoride adalah bahan aktif yang paling utama dan popular dalam pasta gigi untuk mencegah karies. Hampir seluruh pasta gigi yang dipasarkan di Amerika memiliki 1000-1100 bagian per million SMF dan SMFP. 33 Sedangkan Pasta gigi di indonesia mengandung 1000 2800 ppm menunjukkan hasil yang baik dalam pencegahan karies. 39 2.4.4 Pasta Gigi Detergen Pasta gigi deterjen adalah pasta gigi yang didalam kandungan pasta gigi tersebut terdapat kandungan bahan deterjen yaitu Sodium Lauryl Sulfate. Deterjen yang terdapat didalam pasta gigi tersebut bekerja secara kimiawi yaitu dengan menurunkan tegangan permukaan plak, menembus, dan menghilangkan kotoran karena akan mengemuliskan debris, kemudian akan melepaskannya dari permukaan gigi yang mengakibatkan bakteri plak akan terlepas. 40 Sodium Lauryl Sulfate merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai deterjen, terdapat pada sabun cuci, pembersih lantai, shampoo, sabun mandi, dan juga pada pasta gigi. Fungsi Sodium Lauryl Sulfate untuk menurunkan tegangan permukaan larutan sehingga dapat

23 melarutkan minyak serta membentuk mikroemulsi dalam bentuk busa. Hampir 99% pasta gigi yang beredar di pasaran menggunakan bahan Sodium Lauryl Sulfate. 41 Kandungan Sodium Lauryl Sulfate dalam pasta gigi yang dapat ditoleransi oleh air ludah adalah 0,0001%, sedangkan yang terdapat dipasaran berkisar antara 1%-5%. Penggunaan Sodium Lauryl Sulfate yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi dan bahkan ulserasi pada jaringan lunak rongga mulut, penurunan kapasitas buffer saliva serta perubahan sensitivitas rasa. 41 2.4.5 Daun sirih Daun sirih mengandung minyak atsiri di mana komponen utamanya terdiri atas fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol, cavibetol, carvacrol, eugenol, dan allilpyrocatechol. Selain minyak atsiri, daun sirih juga mengandung karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, tannin, gula, pati, dan asam amino. Daun sirih yang sudah dikenal sejak tahun 600 SM ini mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh bakteri sehingga banyak digunakan sebagai antibakteri dan antijamur. Hal ini disebabkan oleh turunan fenol yaitu kavikol dalam sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa. Selain hasil metabolisme gula, glukan juga merupakan salah satu komponen dari jamur. Dengan sifat antiseptiknya, sirih sering digunakan untuk menyembuhkan kaki yang luka dan mengobati pendarahan hidung / mimisan. 46 Daun sirih digunakan untuk mengatasi sariawan, radang tenggorokan, kanker mulut, dan lain-lain. Hal ini yang melatar belakangi daun sirih diindikasikan sebagai

24 zat antikanker, dimana kanker akan muncul bila sel normal mengalami kerusakan sehingga menyebabkan mutasi ganetik, penyebab dari rusaknya DNA sel normal diantaranya adalah radikal bebas dan senyawa-senyawa karsinogenik. Ini dikarenakan radikal bebas mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat atau DNA yang pada akhirnya menyebabkan kanker, penuaaan dini, peradangan, jantung koroner, dan lain-lain. Untuk itulah diperlukan zat antioksidan yang mampu bereaksi dengan radikal bebas. 47