BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organitation (WHO) dalam program Millenium Development

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Roesli, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan proses reproduksi yang normal.

KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC)

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

Mata Kuliah Askeb III (Nifas)

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghasilkan suatu kesepakatan yang tercantum dalam MDG s

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang merupakan langkah wajib pada

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. (GBHN) diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. ASI juga merupakan

INISIASI MENYUSU DINI & PEMBERIAN ASI SECARA EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. dan negara Indonesia yang ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menyusui adalah cara normal memberikan nutrisi pada bayi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang menggembirakan bagi calon orang tua dan

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keadaan ibu post partum masih sangat memprihatinkan, karena

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologis. Dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan waktu, banyak persaingan dalam pelayanan

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. berkembang yaitu sebesar 99 persen (Wiknjosastro, 2002 hlm 23).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menyusui merupakan perpanjangan alami dari kehamilan dan kelahiran serta memiliki arti yang lebih dari bahaya sekedar memberikan nutrisi pada bayi. Wanita paling sering menyusui bayinya karena mereka menyadari manfaat pemberian ASI pada bayi.banyak wanita mencari pengalaman ikatan yang unik antara ibu dan bayi yang merupakan karakteristik dari menyusui. Wanita cenderung memilih metode yang sama untuk pada setiap anaknya. Jika anak pertamannya disusui, anak-anak selanjutnya akan cenderung untuk disusui juga (Taylor, Geller, Risica, Kirtania, & Cabral. 2008). Dukungan dari pasangan dan keluarganya merupakan factor penentu utama dalam pengambilan keputusan ibu untuk menyusui. Ibu yang menerima dukungan dari pasangan lebih cenderung memilih metode pemberian ASI (Scott, Binns, Graham, & Oddy, 2006). Wanita cenderung berhasil menyusui ketika pasangan dan anggota keluarganya bersikap positif terhadap pemberian ASI dan memiliki kemampuan untuk mendukung pemberian ASI (Clifford & McIntyre, 2008). Orang tua yang memilih untuk memberikan susu formula sering kali membuat keputusan ini tanpa informasi yang lengkap dan pemahaman terhadap kelebihan pemberian ASI serta bahaya potensial dari pemberian susu formula. Bahkan wanita yang telah di edukasi mengenai kelebihan pemberian ASI pun masih mungkin memutuskan untuk memberikan susu formula. Kepercayaan budaya, juga mitos, dan pemikiran yang salah mengenai menyusui, mempengaruhi wanita dalam membuat keputusan. Banyak wanita melihat pemberian susu formula lebih nyaman atau tidak begitu memalukan dibandingkan menyusui. Beberapa wanita melihat pemberian susu formula sebagai cara untuk memastikan agar ayah, anggota keluarga lainnya, serta pengasuh harian dapat memberi makan pada bayinya (Cashion, Perry, Lowdermilk, 2013). Bagi ibu dengan keterbatasan akses pelayanan kesehatan, masa postpartum mungkin merupakan kesempatan pertama untuk memberikan edukasi dalam hal menyusui. Bahkan wanita yang menunjukan keinginan untuk memberikan susu formula bisa mendapat manfaat dari menyusui dan resiko yang mungkin terjadi pada pemberian susu formula. 1

Dengan diberikan penawaran kepada wanita tersebut untuk mencoba menyusui dengan bantuan seorang perawat mungkin dapat mempengaruhi perubahan dalam praktik menyusui bayi (Cashion, Perry, Lowdermilk, 2013). Nutrisi pada bayi mempercepat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Menyusui bayi lebih dari sekadar memberikan nutrisi, menyusui merupakan kesempatan untuk berinteraksi sosial, fisiologi, dan bahkan edukasi antara orang tua dan bayi. Menyusui juga dapat membangun dasar untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang berlangsung seumur hidup (Cashion, Perry, Lowdermilk, 2013). Melalui edukasi dan konseling prekonsepsi dan prenatal, perawatan memainkan peranan penting dalam membantu orang tua dalam memilih metode pemenuhan nutrisi pada bayi. Bukti ilmiah sudah jelas bahwa ASI memberikan nutrisi terbaik bagi bayi, dan orang tua sangat disarankan untuk memilih pemberian ASI (America Academy of Pediatics [AAP] Section on Breastfeeding, 2005). Sejumlah studi penelitian telah menemukan efek menguntungkan dari ASI bagi bayi selama tahun pertama kehidupan. Studi epidemiologis jangka panjang telah menunjukan bahwa manfaat-manfaat ini tidak berhenti setelah bayi meninggalkan ASI, namun menetap hingga masa kanak-kanak dan selanjutnya. Pemberian ASI memiliki banyak kelebihan bagi ibu, keluarga, dan lingkungan pada umumnya (AAP Section on Breastfeeding, 2005; Lawrence & Lawrence, 2005; Hortal Bahl, Martines, & Victora, 2007 ; Ip dkk., 2007). Dalam mendiskusikan kelebihan pemberian ASI dengan dengan orang tua, perawat, dan petugas kesehatan lainnya harus memiliki pemahaman menyeluruh dari kelebihan-kelebihan ini baik dari sisifisiologis maupun psikososial (Cashion, Perry, Lowdermilk, 2013). Manfaat pemberian ASI bagi ibu berkurangnya pendarahan postpartum dan involusi uterus yang lebih cepat, berkurangnya risiko kanker payudara, kanker uterus, dan kanker ovarium. Kembalinnya berat badan sebelum hamil yang lebih cepat serta berkurangnya resiko osteoporosis pascamenopouse. Mendapatkan pengalaman ikatan yang unik dan meningkatan pencapaian peran ibu. (Cashion, Perry, Lowdermilk, 2013) 2

Teknik menyusui adalah suatu cara pemberian ASI yang dilakukan oleh seorang ibu kepada bayinya, demi mecakupi kebutuhan nutrisi bayi tersebut. Posisi yang tepat bagi ibu untuk menyusui. Duduklah dengan posisi yang enak atau santai, pakailah kursi yang ada sandaran punggung dan lengan. Gunakan bantal untuk menganjal bayi tidak terlalu jauh dari payudara ibu (Walyani, 2015). Bayi baru lahir umumnya kehilangan 5-10% berat badan sebelum mereka mulai menunjukkan penambahan berat badan. Penurunan berat badan sebesar 7 % pada bayi yang diberi ASI selama tiga hari pertama kehidupan perlu diinvestigasi (Lawrence & lawranc, 2005). Setelah susu awal mengalami transisi menjadi susu matang, bayi harus mengalami penambahan berat badan sebanyak 110 hingga 200 g/minggu atau 20 hingga 28 g/minggu selama 3 bulan pertama. Petugas kesehatan harus mengealuasi dan memonitor bayi yang terus kehilangan berat badan setelah 5 hari, yang tidak mengalami penambahan berat badan setelah 14 hari, atau mereka dengan berat di bawah persentil 10 setelah 1 bulan (Cashion, Perry, Lowdermilk, 2013) Beberapa wanita kurang percaya diri terhadap kemampuan untuk memproduksi ASI dalam kuantitas dan kualitas yang adekuat. Wanita yang pernah memiliki pengalaman tidak berhasil menyusui mungkin akan memilih untuk memberikan susu formula pada anak-anak selanjutnya. Beberapa wanita memandang bahwa menyusui akan mengurangi aktivitasnya dalam kehidupan social, atau mereka berpikir menyusui dapat menghambat mereka untuk kembali bekerja. Masalah kepraktisan dan hambatan-hambatan sosial yang ada menghambat kegiatan menyusui dalam masyarakat. Hambatan utama bagi banyak wanita adalah pengaruh dari keluarga dan teman-teman (Cashion, Perry, Lowdermilk, 2013). Angka pemberian ASI di Amerika Serikat telah meningkatsecara stabil selama decade terakhir, mencapai angka inisiasi menyusui 77 % pada tahun 2006, melampaui sasaran Healthy people 2010 sebesar 75 %. Angka menyusui selama 6 bulan belum berubah secara bermakna dalam tahun-tahun terakhir dan sedikit mengalami penurunan dari sasaran Healthy people 2010 sebesar 50%. Angka tertinggi dilaporkan pada bayi bangsa Meksiko-Amerika (40%0 dan non-hispanik berkulit putih (355) (McDowell, Wang, & Kennedy-Stephenson, 2008; U.S. Departement of Health and Human Services, 2000). 3

Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) dalam Survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 sebesar 32/1000 kelahiran hidup, dimana target MDG 4 pada tahun 2015 sebesar 23/ 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian akibat melahirkan sebesar 20/1000 kelahiran hidup, dimana target pada tahun 2015 sebesar 14/1000 kelahiran hidup. Sedangkan data SDKI tahun 2012, persentase bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif (untuk umur bayi dibawah 6 bulan) sebesar 41%, ASI Eksklusif pada bayi umur 4-5 bulan sebesar 27 %, dan yang melanjutkan menyusui sampai anak umur 2 tahun sebesar 55%. Pada hari-hari awal setelah melahirkan, focus intervensi adalah membantu ibu dan bayi untuk mulai menyusui serta mencapai suatu tingkat kesuksesan dan kepuasan sebelum keluar dari rumah sakit atau rumah bersalin. Intervensi untuk meningkatkan proses menyusui yang sukses meliputi dasar-dasar seperti penempelan dan posis, tanda menyusui yang dekuat,dan cara merawat diri seperti mencegah pembengkakan. Intervensi yang penting adalah memberikan orang tua daftar fasilitas yang bisa dihubungi setelah keluar dari rumah sakit (Cashion, Perry, Lowdermilk. 2013) Waktu yang tepat untuk memulai menyusui adalah segera setelah melahirkan. Bayi yang lahir tanpa komplikasi harus mendapatkan kontak kulit ke kulit dengan ibu sampai bayi dapat menyusui untuk pertama kalinya (AAP Section on Breastfeeding, 2005). Tiap ibu harus mendapatkan petunjuk, bantuan, dan dukungan dalam mengatur penempelan dan posisi sampai ia bisa melakukannya sendiri (Kontak Proses Keperawatan). Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta Barat pada bulan Juni 2016, jumlah ibu melahirkan tercatat 661 orang dan jumlah ibu yang menyusui bayi baru lahir 661 Orang dari hasil pengamatan penulis, menilai teknik menyusui bermacammacam, dengan teknik menyusui berdapak atau tidak terhadap penambahan berat badan bayi usia 4 hari. 1.2 Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah penelitian ini yaitu apakah ada hubungan teknik menyusui terhadap penambahan berat badan bayi usia 4 hari. 4

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan teknik menyusui terhadap penambahan berat badan bayi dengan usia 4 hari 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui keefektifan posisi saat menyusui 2. Mengetahui keefektifan penempelan mulut bayi ke putting 3. Mengetahui keefektifan ejeksi atau pengeluaran asi 4. Mengetahui keefektifan durasi menyusui 5. Mengetahui keefektifan waktu menyusui 6. Mengetahui indicator menyusui yang efektif 7. Mengetahui berat badan bayi dengan usia 4 hari 8. Menganalisa hubungan teknik menyusui dengan berat badan bayi usia 4 hari. 1.4 Manfaat Teoritis 1. Bagi Institusi Dengan terlaksananya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan bahan bacaan di perpustakaan Universitas Esa Unggul khususnya pada Jurusan Ilmu Keperawatan. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Menambah pengetahuan ibu tentang teknik menyusui terhadap penambahan berat badan bayi usia 4 hari kepada masyarakat 3. Bagi ibu postpartum Diharapkan dapat menambah wawasan ibu postpartum dan pengetahuan dalam melakukan teknik menyusui 4. Bagi peraktik keperawatan Dengan terlaksanannya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam memberikan perawatan tentang teknik menyusui terhadap penambahan berat badan bayi usia 4 hari. 5

5. Bagi layanan kesehatan Penelitian ini sebagai bahan memberikan informasi berupa penyuluhan kepada pasien sehingga menambah pengetahuan kepada ibu postpartum tentang pentingnya melakukan teknik menyusui terhadap penambahan berat badan bayi baru lahir usia 4 hari dan juga bagi petugas kesehatan agar memberikan pengarahan kepada ibu postpartum. Sehingga proses menyusui setelah melahirkan pun tidak terbengkalai. 6