BAB 1 PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. kenikmatan besar dalam hidup (Bridle dan Timberlake, 1997). Konsumen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di Indonesia, penggunaan rosella di bidang kesehatan memang belum begitu popular. Namun akhir-akhir ini, minuman berbahan rosella mulai banyak

I. PENDAHULUAN. sehingga memberikan kesegaran bagi konsumen. Warna yang beraneka macam

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cara ditempuh, antara lain memperhatikan dan mengatur makanan yang

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Berbagai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. efek sebagai antioksidan sedang berkembang pesat saat ini. Efek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh merupakan salah satu dari jenis produk minuman yang dikenal dan

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING (TAHUN II)

BAB I PENDAHULUAN. yang ada pada masa pemulihan dari sakit. Kerena yoghurt mengandung

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. padat dan sering menjadi pelengkap untuk makan roti, dan dibuat inovasi

bahwa ternyata zat warna sintetis banyak mengandung azodyes (aromatic

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah ini dalam keadaan segar. Harga jual buah belimbing

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEWARNA ALAMI; Sumber dan Aplikasinya pada Makanan & Kesehatan, oleh Dr. Mutiara Nugraheni, S.T.P., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana obat menembus ke dalam kulit menghasilkan efek lokal dan efek sistemik.

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. operasi pedagang makanan disekolah-sekolah. Operasi tersebut salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh pewarna sintetik. Selain harganya lebih murah, proses

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa dan tekstur. Selama proses pengolahan pangan warna suatu bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara bagian tropis yang kaya akan sumber daya

I. PENDAHULUAN. satunya adalah buah kersen atau biasa disebut talok. Menurut Verdayanti (2009),

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BUNGA ROSELA KERING

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

1. PENDAHULUAN. Ekstraksi senyawa antosianin dan fenolik dari sumber tanaman telah banyak

I. PENDAHULUAN. Saat ini kosmetik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan, terutama

FORMULASI SEDIAAN HARD MOLDED LOZENGES EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) DENGAN BASIS SUKROSA-SIRUP JAGUNG SKRIPSI

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vi. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI JAMBU BIJI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN BUAH BELIMBING WULUH NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit hipertensi termasuk penyakit kronik akibat gangguan sistem

Begitu banyak khasiat jahe merah. Antara lain sebagai pencahar, antirematik, peluruh keringat, peluruh masuk angin, meningkatkan gairah seks,

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai minuman ini, sehingga

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

IbM PETANI BUNGA ROSELLE DAN INDUSTRI OBAT KECIL TRADISIONAL CV. PALAGAN DI KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. 2000, dimana dalam satu tanaman biasanya menghasilkan 1 Kg buah. Dalam satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara reversible dari bentuk sol

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO menunjukkan proporsi kematian di negara berkembang dengan. sebanyak (39%), kanker (27%), dan PTM lainnya (30%).

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

KAJIAN PENGGUNAAN KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa) DALAM PEMBUATAN MANISAN BERSERAT PENULISAN DAN SEMINAR ILMIAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan makanan jajanan. Makanan jajanan (street food) merupakan makanan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah A. Latar belakang Makanan dan minuman yang awalnya merupakan kebutuhan primer, saat ini telah berkembang menjadi gaya hidup. Apresiasi terhadap makanan dan minuman yang berkualitas baik telah menjadi salah satu kenikmatan besar dalam hidup (Bridle dan Timberlake, 1997). Konsumen menilai kualitas makanan dengan memperhatikan tiga hal yakni warna, rasa, dan tekstur. Dari ketiga hal tersebut, warna mendapatkan porsi perhatian yang paling besar. Keberadaan warna sering dikaitkan dengan tingkat keamanan makanan. Karenanya, warna bisa menggiring konsumen untuk menjadikan makanan itu sebagai preferensi, mengarahkannya pada kadar akseptabilitas tertentu, sebelum akhirnya menjadikannya sebagai pilihan (Delgado-Vargas dan Paredes-Lopez, 2002). Banyaknya proses yang dilalui serta panjangnya jalur distribusi produk makanan sebelum sampai kepada konsumen mengakibatkan terjadinya degradasi warna, bahkan hilangnya warna makanan. Oleh sebab itu, penambahan zat-zat aditif ke dalam produk makanan, khususnya bahan pewarna, menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena selain untuk mengembalikan penampilan poduk makanan seperti sedia kala, juga unuk memastikan keseragaman warna makanan, mengintensifkan warna makanan sehingga tampak seperti pada keadaan normalnya, melindungi 1

komponen lain yg terkandung di dalam makanan (contohnya, antioksidan), memperoleh kenampakan terbaik makanan, mempertahankan ciri khas dan karakteristik visual makanan (Delgado-Vargas dan Paredes-Lopez, 2002). Ada dua jenis zat pewarna yang digunakan sebagai bahan aditif pada produk makanan, yakni pewarna alami dan pewarna sintetis (artifisial). Dari sisi ekonomi, penggunaan pewarna artifisial bisa jadi lebih menguntungkan. Namun jika ditilik dari sisi keamanan, masih terdapat kekurangan. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengkaji hal ini lebih lanjut dan melaporkan bahwa pewarna artifisial ternyata memiliki dampak negatif bagi tubuh. Pewarna artifisal pada makanan berkorelasi positif terhadap munculnya hiperkinesis dan hiperaktivitas pada anak-anak (Fiengold, 1976; Bateman, dkk., 2004; McCann, dkk., 2007). Amaranth (FD & C Red No. 2) pada konsentrasi 8 mm menunjukkan aktivitas genotoksik, sitostatik, dan sitotoksik. Sedangkan tartrazin (FD & C Yellow No. 5) menunjukkan aktivitas sitotoksik pada konsentrasi 1 mm dan 2 mm (Mpontoukas, dkk., 2010). Selain itu dilaporkan juga bahwa Eritrosin (FD & C Red No. 3) pada konsentrasi 8 mm, 4 mm, dan 2 mm menunjukkan aktivitas sitotoksik dan sitostatik (Mpontoukas, dkk., 2010), sedangkan pada konsentrasi 50 µg/ml dan 70 µg/ml menunjukkan adanya aktivitas genotoksik (Chequer, dkk., 2012). Demikian pula laporan yang disusun oleh Kobylewski dan Jacobson (2010) yang memaparkan bahwa sejumlah pewarna artifisial berpotensi menimbulkan kanker, reaksi alergi, dan hiperaktivitas pada anak-anak. 2

Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) telah banyak diolah menjadi produk minuman tradisional, salad, selai, jelly, dan berbagai jenis makanan olahan tradisional lain (Qi, dkk., 2005; Anonim, 2010). Pemanfaatan yang beragam tersebut dikarenakan kandungan antosianin yang tinggi dalam kelopak bunganya, dengan konstituen utama delphinidin-3-sambubiosida dan cyanidin-3-sambubiosida (Cisse, dkk., 2012; Briddle dan Timberlake, 1997), sehingga menghasilkan warna merah terang dalam produk yang dihasilkan. Antosianin sebagai bahan pewarna telah dikenal sejak berabad-abad silam, namun sampai sekarang potensinya sebagai bahan pewarna masih belum terangkat seluruhnya (Konczak dan Zang, 2004; Aberoumand, 2011; Duangmal, dkk., 2004). Selain potensinya sebagai bahan pewarana, antosianin juga memiliki efek farmakologis. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa antosianin dalam kelopak bunga rosella memiliki efek antioksidan yang tinggi (Christian, dkk,. 2009; Tsai, dkk., 2002; Mohd-Esa, dkk., 2010; Kong, dkk., 2003), efek antihipertensi (Lila, 2004; Herrera-Arellano, dkk., 2004), serta menurunkan kadar glukosa dan kolesterol total dalam darah secara bermakna (Gurrola-Diaz, dkk., 2010). Dengan berbagai potensi yang dimilikinya itu, ekstraksi antosianin dari kelopak bunga rosella perlu dilakukan optimasi untuk bisa mendapatkan jumalh antosianin yang melimpah secara efektif dan efisien. Salah satu bentuk optimasi ekstraksi yang bisa dilakukan adalah penentuan sistem pelarut serta durasi ekstraksi yang optimum. 3

Antosianin merupakan senyawa yang mudah larut dalam air, namun stabilitasnya sangat rendah dalam bentuk larutan maupun dalam formulasi produk makanan yang kompleks. Padahal jika tersedia dalam bentuk terpurifikasi dan stabil dalam penyimpanan, bisa menjadi bahan pewarna alami yang sangat potensial (Gradinaru, dkk., 2003). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilannya antara lain: ph, temperatur, kadar, oksigen, cahaya, enzim, asam askorbat, gula, dan senyawa sulfat (Cavalcanti, dkk., 2011). Beberapa metode ekstraksi telah dikaji untuk mendapatkan ekstrak yang sarat antosianin, salah satunya dengan memanfaatkan berbagai jenis solven antara lain metanol, etanol, aseston, air, atau campuran dari solven-solven tersebut. Penambahan asam klorida atau asam format (asam organik) dalam jumlah yang sedikit juga dilakukan untuk mencegah terjadinya degradasi (Fan, dkk., 2008; Mazza, dkk., 2004). Dalam kaitannya sebagai bahan pewarna makanan dan minuman, pemilihan solven ekstraksi tidak bisa diabaikan, karena nantinya bahan tersebut akan dikonsumsi dan dikhawatirkan residu solven tersebut ada yang ikut terkonsumsi, sehingga perlu dipilih solven yang aman bagi tubuh jika itu terkonsumsi. Etanol dan air di dalam tubuh dianggap lebih aman dibandingkan metanol dan aseton (Ikawati, 2010; Anonim, 2011). Komposisi solven antara etanol dan air yang optimal bisa dievaluasi dengan menggunakan metode simplex lattice design (SLD) yang memakai perhitungan matematis sehingga lebih efisien karena tidak melalui jalan trial and error (Bondari, 2005). Sedangkan modus ekstraksi yang 4

dianggap paling efisien dan ekonomis adalah dengan cara maserasi, yang memakai prinsip kesetimbangan konsentrasi (anonim, 2000). Dan berdasarkan prinsip kesetimbangan tersebut, maka durasi maserasi memiliki peranan yang signifikan terhadap kadar antosianin yang tersari. Jenis asam yang digunakan untuk mencegah terjadinya degradasi antosianin selama proses maserasi juga perlu diperhatikan. Manakah yang lebih baik, apakah asam mineral (HCl) ataukah asam organik (asam asetat). Penelitian tentang optimasi ekstraksi ini penting dilakukan untuk mengetahui metode manakah yang menghasilkan ekstrak yang optimum berdasarkan parameter kadar antosianin dan densitas warna dengan variabel jenis solven, jenis asam, serta durasi ekstraksi yang selanjutnya diharapkan bisa diproyeksikan ke skala industri. Pemanfaatan rosella sebagai pewarna alam, baik sebagai pewarna makanan dan minuman olahan, produk kosmetik, maupun produk farmasi, akan mengangkat nilai komoditi tersebut yang akan berimbas pada banyak bidang kehidupan negeri ini, terutama bidang kesehatan dan ekonomi. 5

B. Rumusan masalah 1. Komposisi pelarut manakah yang menghasilkan ekstrak dengan respon kadar antosianin dan densitas warna paling optimal dalam ekstraksi kelopak bunga rosella? 2. Jenis asam manakah yang menghasilkan ekstrak dengan respon kadar antosianin dan densitas paling optimal dalam ekstraksi kelopak bunga rosella? 3. Pada durasi waktu berapakah yang menghasilkan ekstrak dengan respon kadar antosianin dan densitas paling optimal dalam ekstraksi kelopak bunga rosella? C. Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui komposisi pelarut yang paling optimal dalam menyari senyawa antosianin dari kelopak bunga rosella. 2. Untuk mengetahui jenis asam yang paling optimal dalam menyari senyawa antosianin dari kelopak bunga rosella. 3. Untuk mengetahui durasi waktu ekstrasi yang paling optimal dalam menyari senyawa antosianin dari kelopak bunga rosella. 6