BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang, salah satunya adalah avokad (Persea americana Mill). Avokad merupakan salah satu jenis buah yang dapat tumbuh di tempat yang memiliki ketinggian dan curah hujan bervariasi (Ermaiza, 2009). Menurut Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2014), produksi avokad di Indonesia dalam empat tahun terakhir, 2010, 2011, 2012, dan 2013 adalah berturut-turut , , , dan ton. Avokad merupakan salah satu komoditas yang digemari oleh masyarakat di Indonesia. Bagian buah avokad yang banyak dimanfaatkan adalah daging buahnya untuk dijadikan jus maupun es campur. Selain itu, daging buah avokad biasanya dijadikan bahan masakan bagi masyarakat Eropa. Manfaat lain dari daging buah avokad, yaitu sebagai bahan dasar kosmetik (Chandra dkk., 2013). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wardhana dkk. (2009), ekstrak buah avokad dapat dimanfaatkan sebagai moisturizing gel. Jika mengkonsumsi buah avokad, umumnya biji dianggap tidak bermanfaat sehingga dibuang begitu saja. Biji avokad selama ini hanya menjadi limbah atau sampah sehingga tidak mendapat perhatian karena dianggap kurang mempunyai arti ekonomi dibanding dengan daging buahnya. 1

2 2 Minimnya pengetahuan dan informasi mengenai potensi-potensi yang dimiliki suatu bahan dapat membuat bahan tersebut menjadi tidak berguna dan tidak memiliki nilai ekonomis. Salah satu contoh dari masalah tersebut adalah limbah biji avokad yang masih belum mendapatkan penanganan cukup. Biji merupakan salah satu cara utama tumbuhan untuk beregenerasi. Biji mengandung cadangan makromolekul dalam jumlah yang banyak dan khas yang disimpan sebagai bahan simpanan ekstra untuk digunakan sebagai sumber makanan cadangan guna menopang perkecambahan awal. Karbohidrat merupakan cadangan makanan utama pada sebagian besar biji yang ditemukan. Bentuk karbohidrat cadangan yang paling sering dijumpai adalah pati (Bewley dkk., 2013). Biji avokad merupakan tempat penyimpanan cadangan makanan bagi tanaman avokad, selain buah. Karbohidrat merupakan penyusun utama cadangan makanan pada biji avokad, yang berupa amilum/pati. Menurut Suharyanta (1994), biji avokad mengandung amilum sekitar 24,76% wb. Oleh karena kandungan amilum pada biji avokad cukup tinggi, maka akan lebih menguntungkan jika yang diekstrak adalah amilum dibandingkan dengan senyawa lainnya (Chandra dkk., 2013). Biji avokad yang diolah menjadi pati, selain bermanfaat mengurangi pencemaran lingkungan, juga dapat menciptakan peluang usaha baru. Pati biji avokad selanjutnya dapat diolah menjadi berbagai hasil olahan yang

3 3 mempunyai nilai jual tinggi, antara lain dodol, kerupuk, snack, biskuit, dan sebagainya (Winarti dan Purnomo, 2006). Masalah utama dalam ekstraksi/isolasi pati biji avokad adalah apabila biji avokad dihancurkan akan menghasilkan warna cokelat sehingga pati yang dihasilkan juga cokelat. Hal tersebut disebabkan karena adanya reaksi pencokelatan (browning) secata enzimatik yang disebabkan oleh reaksi antara oksigen dengan substrat fenolik dengan katalisator polifenol oksidase. Oleh karena itu, untuk menghasilkan pati biji avokad dengan warna yang cerah, diperlukan perlakuan khusus pada pengolahan pati biji avokad, yaitu dengan cara perendaman biji avokad di dalam larutan asam askorbat. Hal tersebut dikarenakan asam askorbat berperan sebagai antioksidan sehingga reksi pencokelatan dapat dicegah (Chandra dkk., 2013). Selama ini masyarakat mengenal bahwa gula merupakan hasil pengolahan dari batang tebu. Gula merupakan senyawa organik yang penting, sebagai sumber makanan karena mempunyai rasa manis dan sebagai sumber kalori, serta mudah dicerna dalam tubuh. Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat dan juga digunakan dalam berbagai industri, antara lain sebagai bahan pemanis dan pengawet makanan, bahan baku pembuatan alkohol, serta bahan pencampur obat. Oleh karena itu, permintaan gula terus meningkat, namun pabrik-pabrik gula tidak sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan akan permintaan gula karena kapasitas produksinya yang masih terbatas dan kurangnya lahan untuk penanaman tebu. Maka dari itu, tidak menutup kemungkinan untuk dicari alternatif sumber

4 4 bahan baku gula lainnya berdasarkan kekayaan sumber hayati di Indonesia, salah satunya adalah biji avokad. Kandungan amilum yang diduga tinggi pada pati biji avokad, memunculkan potensi yang besar untuk menjadikannya sebagai sumber gula. Pemanfaatan pati biji avokad sebagai sumber gula dapat dilakukan dengan cara hidrolisis, yakni pemecahan polimer menjadi monomernya akibat adanya reaksi dengan molekul air (Wyman dkk., 2005). Salah satu cara hidrolisis yang dapat dilakukan adalah hidrolisis asam. Asam digunakan sebagai katalis untuk mempercepat reaksi antara rantai polimer dengan molekul air (Wyman dkk., 2005). Binod dkk. (2011) menyebutkan bahwa salah satu asam yang dapat dipergunakan untuk hidrolisis asam adalah asam klorida (HCl). Menurut Mastuti dan Dwi Ardiana (2010), konsentrasi optimum penggunaan asam untuk hidrolisis pati adalah 0,1 N serta kadar glukosa maksimum didapatkan dari proses hidrolisis pada suhu 100 o C. Menurut Wuzburg (1968) monosakarida yang dihasilkan dari hidrolisis amilum yang baik berupa glukosa. Menurut penelitian sebelumnya (Ermaiza, 2009), kadar glukosa yang diperoleh dari proses hidrolisis amilum yang terdapat dalam biji avokad menggunakan asam klorida 3% selama 2 jam dengan suhu hidrolisis 90 o C adalah sebesar 18,91% dari kadar amilum biji avokad sebesar 6,43%. Hidrolisat pati biji avokad dari proses hidrolisis dapat dimanfaatkan menjadi sumber alternatif glukosa cair. Supaya dapat diketahui jenis proporsi

5 5 glukosa yang terdapat dalam hidrolisat tersebut, maka dianalisis dengan menggunakan metode High-Performance Liquid Chromatography (HPLC). Dengan demikian, melalui penelitian ekstaksi pati biji avokad, komponen kimia pati biji avokad, dan porsi glukosa pada hidrolisat biji avokad, diharapkan biji avokad akan dapat lebih termanfaatkan sesuai dengan potensinya sebagai bahan hasil pertanian dan tidak hanya menjadi limbah serta pati biji avokad dapat dimanfaatkan sebagai sumber alternatif glukosa cair Perumusan Masalah a. Apa komposisi kimia yang terdapat pada pati biji avokad? b. Bagaimana kualitas pati biji avokad dibandingkan dengan pati komersial (tapioka) berdasarkan sifat fisikokimianya? c. Berapa porsi glukosa yang dihasilkan dari hidrolisis pati biji avokad dengan asam klorida dan bagaimanakah potensi pati biji avokad sebagai sumber alternatif glukosa cair? 1.3. Tujuan Penelitian a. Mengetahui komposisi kimia yang terdapat pada pati biji avokad. b. Mengetahui kualitas pati biji avokad jika dibandingkan pati komersial (tapioka) berdasarkan sifat fisikokimianya.

6 6 c. Mengetahui porsi glukosa yang dihasilkan dari hidrolisis pati biji avokad dengan asam klorida dan potensi pati biji avokad untuk dijadikan sebagai sumber alternatif glukosa cair Manfaat Penelitian Memberikan informasi kepada masyarakat umum, mahasiswa, maupun industri mengenai pemanfaatan pati biji avokad yang dapat digunakan sebagai sumber alternatif glukosa cair serta menumbuhkan ketertarikan masyarakat untuk lebih memanfaatkan bahan-bahan yang selama ini dianggap sebagai limbah agar dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah.