BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PERHITUNGAN JUMLAH UAP AIR YANG DI KELUARKAN

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

BAB IV PERHITUNGAN DATA

III. METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI DANA PNBP TAHUN ANGGARAN 2012

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

Campuran udara uap air

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

III. METODE PENELITIAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TERI KAPASITAS 12 KG/JAM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

BAB V DATA DAN ANALISA PERHITUNGAN. Seperti dijelaskan pada subbab 4.2 diatas, pengambilan data dilakukan dengan

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

TINJAUAN PUSTAKA. Proses pembuatan kopra dapat dilakukan dengan beberapa cara: 1. Pengeringan dengan sinar matahari (sun drying).

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) dan energi kalor input dari gasifikasi biomassa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. atau Arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

MODEL SISTEM DAN ANALISA PENGERING PRODUK MAKANAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

LAPORAN TUGAS AKHIR. Analisa Performance Menara Pendingin Tipe Induced Draft Counterflow Tower With Fill Sebagai Pendingin Pengecoran Baja

BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran. 60 DAFTAR PUSTAKA.. 61 LAMPIRAN. 62

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

BAB IV PENGOLAHAN DATA

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaa sampah dan penyediaan sumber daya alam adalah dua. membuat peningkatan konsumsi bahan bakar fosil dan membuat volume

UNJUK KERJA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS EFISIENSI TINGGI DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Xpedia Fisika. Kapita Selekta Set Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan

KESETIMBANGAN ENERGI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

III. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

KESETIMBANGAN ENERGI

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat Tahapan Perancangan Alat Pengering Gagasan Awal

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Buah Kakao Menurut Susanto (1994) klasifikasi buah kakao adalah sebagai berikut: : Dicotyledon

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015, bertempat di

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N

Transkripsi:

18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Bahan Eksperimen Dalam penelitian ini yang menjadi sampel eksperimen atau bahan penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang merupakan ikan epipelagis dan oseonik serta hidup bergerombol. Warna tubuh ikan cakalang pada saat hidup berwarna biru baja. Adapun ikan cakalang yang menjadi bahan penelitian ini dibeli di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Kelurahan Pohe Kota Gorontalo dengan berat total ikan cakalang yakni 3 kg yang akan digunakan dalam pengujian. Pertama-tama, ikan cakalang basah yang akan dikering dalam alat pengering dibelah, kemudian ini dicuci, dibilas dan diberisihkan secara alami agar tidak terdapat darah ikan dan bau amis ikan hilang. Organ bagian dalam ikan cakalang dikeluarkan sehingga ikan cakalang yang akan dikeringkan hanya terdiri dari daging dan tulang ikan. 4.2. Data Pengujian dan Perhitungan Data hasil pengujian pada alat pengering multi komoditas tipe udara alami dapat disajikan sebagai berikut : Luasan (A in ) udara masuk adalah 0,25 m2 Luasan pertama (A 1 ) pada nozzle sama dengan luasan pada udara masuk, jadi A1 = Ain,sedang luasan kedua pada nozzle (A 2 ) adalah 0,01 m2 Tekanan udara sekitar atau lingkungan (P atm ) 0,97 bar Kelembaban udara sekitar atau lingkungan (RH) 62,2 %

19 Kecepatan rata-rata udara masuk (V 1 ) ke dalam ruang pengering 3,89 m/det Suhu udara masuk rata-rata (T 1 ) ke dalam ruang pengering 55,25 O C Kelembaban udara masuk rata-rata (RH 1 ) ke dalam ruang pengering 65,91 % Kecepatan rata-rata udara keluar (V 2 ) dari dalam ruang pengering 3,38 m/det Suhu udara masuk rata-rata (T 2 ) dari dalam ruang pengering 71,22 O C Kelembaban udara masuk rata-rata (RH 2 ) dari dalam ruang pengering 45,43 % Luasan (Aout) udara keluar 0,16 m2 Konsumsi batok/tempurung kelapa pada tungku/ruang pembakaran 87 Kg Panas laten komoditas (Lh) 2275,0308 kj/kg Massa ikan cakalang basah 3 Kg Nilai kalor arang batok kelapa 17249,616 KJ/Kg (Coto, 1984) dalam Nur Komar. Luas Penampang Aout Put Pada Ruang Pengeringan (A) = 0,0314 m 2

20 Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Pada Pengujian Alat Pengering Multikomoditas Tipe Udara Alami Waktu RH RH suhu Kecepatan Udara Masuk Keluar masuk keluar masuk Keluar 12.00-12.30 0,40 0,20 32,5 34,8 2,30 1,30 12.30-13.00 0,50 0,40 35,1 36,8 1,40 1,10 13.00-13.30 0,20 0,10 34,5 37,2 2,32 1,70 13.30-14.00 0,20 0,20 35,2 36,2 3,40 2,50 14.00-14.30 0,40 0,20 36 37,2 3,67 2,49 14.30-15.00 1,10 0,90 34,7 35,4 3,53 2,73 15.00-15.30 0,60 0,30 30,9 32,1 3,66 3,23 15.30-16.00 1,00 0,90 33 34,6 4,55 3,59 16.00-16.30 0,80 0,70 32,9 34,9 4,75 3,87 16.30-17.00 0,80 0,70 33,1 35,8 2,46 1,65 17.00-17.30 0,70 0,60 30,8 34,2 2,78 1,52 Sumber : Hasil Pengujian, 2013. Berdasarkan Tabel 4.1 nampak bahwa temperatur udara masuk lebih rendah dari udara keluar, namun kelembaban dan kecepatan udara di terowongan udara pada saat masuk lebih tinggi dibandingkan dengan kelembaban dan kecepatan udara dari ruang pengeringan pada saat udara keluar. 40 Perbandingan Suhu dan Waktu 30 Suhu 20 10 Suhu Udara Masuk 0 12.00-12.30-13.00-13.30-14.00-14.30-15.00-15.30-16.00-16.30-17.00 - Waktu Gambar 4.1. Grafik Suhu Udara Masuk dan Suhu Udara Keluar Alat Pengering

21 Pada gambar 4.1. menunjukan proses pengeringan ikan dalam ruang pengering dimana pada jam 14.00 ruang pengering menerima suhu pengering tertinggi yakni sebesar 37,2 0 C, sedangkan suhu awal ruang pengering sebesar 32,5 0 C pada jam 12.00. Dan suhu terendah pada jam 17.00 yaitu 30,8 0 C.Hal ini di sebabkan karena dalam proses pengeringan suhu ruang pengeringan tidak stabil, karena dalam proses pengeringan memerlukan energi panas yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Energi panas yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa tidak selamanya stabil hal inilah yang mempengaruhi naik turunnya suhu dalam runag pengering. Perbandingan kelembaban Dan Waktu Kelembaban 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 RH1 12.00-12.30 12.30-13.00 13.00-13.30 13.30-14.00 14.00-14.30 14.30-15.00 15.00-15.30 15.30-16.00 16.00-16.30 16.30-17.00 17.00-17.30 RH2 Waktu Gambar 4.2. Grafik Kelembaban Udara Masuk dan Udara Keluar Alat Pengering Pada gambar 4.2. menunjukan bahwa RH tertinggi pada jam 15.00 yaitu 1,1 % dan terendah pada jam 13.30 pada awal proses pengeringan yakni 0,20% dan pada akhir pengeringan yaitu pada jam 17.30 dengan 0.70% hal ini menunjukan bahwa RH relatif tinggi terjadi pada pertengahan proses pengeringan. Hal tersebut disebabkan karena pada pertengahan proses

22 pengeringan udara panas sangat kurang dalam ruang pengering sehingga kelembaban udaranya tinggi. Perbandingan Kecepatan Dan Waktu Kecepatan 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 12.00-12.30-13.00-13.30-14.00-14.30-15.00-15.30-16.00-16.30-17.00 - Q1 Q2 Waktu Gambar 4.3. Grafik Kecepatan Udara Masuk dan Udara Keluar Alat Pengering Pada gambar 4.3. menunjukan bahwa kecepatan tertinggi udara masuk yaitu 4,75 m/det pada jam 16.00 dan terendah pada jam 12.30 pada awal proses pengeringan yakni 1.40 m/det dan pada akhir pengeringan yaitu pada jam 17.30 dengan 2,78 m/det hal ini menunjukan bahwa kecepatan udara tungku pengeringan dipengaruhi oleh kecepatan udara di lokasi pengujian alat pengering ikan tersebut.

23 Tabel 4.2. Keadaan Udara Hembus Pada Saat Di Dalam Ruang Pengering Waktu (menit) Ruang Pengering T o C RH (%) 12.00-12.30 60 40,00 12.30-13.00 57,8 45,00 13.00-13.30 56 30,00 13.30-14.00 57,3 40,00 14.00-14.30 50,8 50,00 14.30-15.00 49 80,00 15.00-15.30 47,6 70,00 15.30-16.00 57,6 80,00 16.00-16.30 62,2 60,00 16.30-17.00 67,2 50,00 17.00-17.30 58,3 40,00 Sumber : Hasil Pengukuran, 2013. Berdasarkan Tabel 4.2, nampak bahwa suhu udara dalam ruang pengering mengalami fluktuasi antara 47,6 O C 67,2 O C dengan tingkat kelembaban 30% - 80%. Udara panas inilah yang digunakan untuk mengeringkan ikan di dalam ruang pengering. Suhu Dan Kelembaban 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Suhu Kelembaban Gambar 4.4. Grafik Suhu dan Kelembaban Pada Ruang Pengering

24 Energi yang tersedia untuk pengeringan adalah : Energi Biomassa (batok/tempurung kelapa). Q S = mb. Nkb= 87 kg.17249,616 KJ/Kg = 1500717kJ = 1,5 MJ Berdasarkan data pengujian dan pengukuran diatas, maka selanjutnya akan dilakukan proses perhitungan yang berawal dari perhitungan kadar air hingga efisiensi pengeringan. Dimana kadar air menunjukkan banyaknya kandungan air yang terdapat dalam suatu komoditas persatuan bobot bahan tersebut dengan membandingkan berat komoditas sebelum pengeringan dengan berat komoditas setelah pengeringan, sehingga kadar air basis basah dan kering dari suatu komoditas dirumuskan pada persamaan 1 dan 2 : Kadar air basis basah Mf =, x100% = 10,00% Kadar air basis kering Mo =,, x100% = 11,11% Perhitungan laju pengeringan membutuhkan data hasil pengukuran kadar air awal, kadar air akhir dan selang waktu di antaranyapada (persamaan 3) : = = (11,11% 10,00%)/1 = 0,01111 0,01111 3 = 0,0003 / Sedang untuk mencari massa yang hilang dapat diambil contoh perhitungannya dengan menggunakan data pada Tabel 4.1. No.1 pada pengujian pertama dengan waktu pengeringan 0-30 menit. Data tersebut yakni :

25 T1 = 32.5 O C RH1 = 0.40 % v 1 = 2.13 m/det Besarnya tekanan di ruang pengering pada suhu 32.5 0 C P 1. V 1 / T 1 = P 2. V 2 / T 2.. (Kulshrestha, 1989) dalam Muhamad Daud Pinem 1. 2,3 / 30 = P 32.50. 1,3 / 32,5 P 32.50 T2 = 1,91667 KPa = 34.8 O C RH2 = 0.20 % v 2 = 2,33 m/det A = 0.0314 m 2 Maka laju penguapan air dari ikan cakalang adalah : RH1 =. Pv = 0,4. 1,91667 = 0,7777 kpa Sehingga kelembaban absolut udara masuk (ω1) adalah : ω1 = 0.622. = 0,00476 kg uap air /kg udara kering Sedangkan untuk kondisi udara keluar ruang pengering kelembaban absolutnya sebagai berikut : P 34,80 = 2,0523 KPa Pv = RH2.P 32,50 = 0.2. 2,0523 KPa = 0.4104KPa Sehingga kelembaban absolute udara keluar ruang pengering (ω2) yakni : ω2 = 0.622. = 0,0026kg uap air /kg udara kering

26 Data berikut ini akan digunakan menghitung laju aliran udara kering, yakni: ρ A V2 = 1.057 kg uap air = 0.0314 m2 = 2,33 m/det Sehingga laju aliran massa udara kering ( udara kering), yakni : udara kering =.. ( ) =,,, (. ) = 0.0618 kg/s udara kering Maka laju penguapan air dari ikan cakalang, yakni : uaik = udara kering (ω1 ω2) = 0.0618 (0,00476 0,0026) = 0.000133kg/det Selanjutnya berdasarkan laju penguapan air dari ikan cakalang dapat diketahui massa uap air dan massa ikan cakalang setelah pengujian, yakni : M uaik = 0.000133 x 3600=0,468 Kg uap air yang dibutuhkan untuk menguapkan kadar air dari ikan cakalang sebesar : Q L = M uaik. L h = 0,468 x 2.275,03 = 1064,71 kj Sedangkan kalor yang di gunakan untuk menaikan suhu produk adalah: Cpb = 0.873 + 0.034 (M ap ) = 0.873 + (0.034.0.8) = 0.9002 kj/kg O C Q ΔT = mo.cpb (T R -T B ) = 3.x 0,9002.(56,7-32) = 66,70 kj Total kalor yang di pergunakan oleh produk dalam proses pengeringan adalah jumlah dari kalor untuk menaikan suhu produk dan menguapkan kadar air: Q T Q T = Q ΔT + Q L =1064,71kJ + 66,70 kj

27 Q T = 1131.41 kj Kalor yang diterima udara pengering akibat transfer panas dari hasil pembakaran tempurung kelapa pada tungku adalah: Q udara = udara kering. ( )3600 = 0.0618 x 0.24(56,7 32 )3600 5,5 = 7253,73 kj Konsumsi udaras pesifik : KES = Q udara /m uaik KES = 7253,73 kj / 0,468 kg KES = 2706,6 kj/kg Dari hasil pengolahan data diatas maka efisiensi pengeringan dalam ruang pengering dapat diperoleh berdasarkan perbandingan antara energi total yang di gunakan oleh produk terhadap energi yang diterima oleh udara pengering pengeringan = x100% =., x100% = 15,6 % Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa tingkat effisiensi ruang pengering mekanik multi komoditas tipe udara alami yakni 15,6 %. Dari nilai efisiensi yang di dapatkan dapat kitaketahui bahwa kerugian kalor dalam ruang pengering adalah sebesar 100% -15,6% yaitu sebesar 84,4 %. Tingkat effisiensi alat ini tergolong rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni: 1. Ketebalan bahan sebagai dinding konstruksi alat pengering mekanik multi komoditas tipe udara alami tergolong tipis sehingga pada proses

28 pengeringan berlangsung banyak energi panas yang terbuang atau terjadi energy losses (kerugian energy kalor). 2. Bahan dari dinding ruang pengering adalah penghantar kalor yang baik sehingga memudahkan perpindahan kalor dari dalam ruangan pengering kelingkungan yang menyebabkan rugikalor yang cukup besar. 3. Alat pengering mekanik multi komoditas tipe udara alami tidak dilengkapi dengan system isolasi sehingga energi panas banyak yang terbuang. 4. Pada diagram sankey dibawah ini dapat kita ketahui rugian kalor pada ruang pengering adalah sebesar 6122,32 kj Pertama tama energi dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa (Q s ) kemudian energi tersebut di transfer ke udara yang lewat pintu masuk tungku alat pengering (Q ud ), kalor inilah yang akan menaikan suhu produk (Q T ) dan juga menguapkan (Q L ) kandungan air dalam ikan sehingga air menjadi kering.

29