BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. istilah urbanisasi. Urbanisasi merupakan salah satu isu kependudukan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak yang dikelilingi oleh laut seluas 7,7

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

Bab VI Analisa Pendahuluan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011).

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. maupun non fisik, sumberdaya alam juga sumberdaya manusianya dapat

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, peran pariwisata sangat berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. DIY adalah salah satu Provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Wonogiri (Jawa Tengah) : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ASPEK KEPENDUDUKAN I. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA

PANITIA SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG DI LOKASI WISATA MINAT KHUSUS KALISUCI, GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BEDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

GAMBAR 1.1 LAMBANG DAN BENDERA KOTA BANDUNG

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB 5 PENUTUP. alternatif model dengan persentase kesalahan 8,9 persen. Sementara itu, satu

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

SULTAN BACHTIAR NAJAMUDIN MUJIONO

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen di D.I. Yogyakarta. Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun (000 jiwa)

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

PROFIL PARIWISATA KABUPATEN REMBANG BERBASIS WEB DENGAN PHP DAN MySQL

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris. Hal itu didasarkan pada luasnya

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penduduk perkotaan, perubahan sosial ekonomi dan tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan kependudukan yang muncul di Indonesia yaitu terkait dengan perpindahan penduduk atau migrasi. Ada banyak jenis migrasi, salah satunya perpindahan penduduk dari desa ke kota atau lebih dikenal dengan istilah urbanisasi. Urbanisasi merupakan salah satu isu kependudukan yang penting dan mendesak untuk segera ditangani secara menyeluruh. Meski harus diakui bahwa tidak ada negara di era industrialisasi dapat mencapai pertumbuhan ekonomi berarti tanpa urbanisasi, namun tidak dapat dipungkiri pula bahwa dampak urbanisasi menciptakan masalah kemiskinan beragam akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan, ketidaksiapan infrastruktur, perumahan dan layanan publik. Laporan State of World Population 2007 memberikan gambaran urbanisasi dunia, bahwa pada tahun 2008, lebih dari separuh penduduk dunia yaitu 3,3 milyar jiwa akan tinggal di daerah urban. Angka ini akan naik tajam menjadi 5 milyar pada tahun 2030 (Jurnal Gemari, 2007). Permasalahan urbanisasi tersebut juga terjadi di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di sebelah tenggara Kota Yogyakarta. Wilayah ini terkenal dengan bencana kekeringan yang terjadi setiap tahun terutama di wilayah selatan yang dikenal dengan sebutan Pegunungan Seribu. Secara geografis, daerah ini memang berupa daerah kapur sehingga air hujan 1

2 langsung meresap ke dalam tanah. Dampak dari faktor geografis tersebut membuat sektor pertanian tidak bisa berkembang, sebagai contoh ketiadaan sawah membuat produksi padi hanya terjadi sekali setahun dengan sistem tadah hujan. Hal tersebut juga berdampak pada minimnya lapangan pekerjaan sehingga menyebabkan angka urbanisasi cukup tinggi. Data menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2011 mencapai 2.837 orang (BPS Gunungkidul, 2012). Para pencari kerja tersebut berurbanisasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Bandung, Yogyakarta dan sebagainya. Tingginya jumlah urban (pencari kerja) tersebut disebabkan karena minimnya lapangan kerja di Gunungkidul dan rendahnya upah yang diberikan (Harian Jogja, 23 Mei 2012). Sebagian besar dari pelaku urbanisasi di Gunungkidul tergolong dalam kategori pemuda yakni yang berusia 16 30 tahun (berdasarkan Undang-Undang Kepemudaan No.40 Tahun 1999). Data dari Dinas Sosial, Tenaga kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gunungkidul menunjukkan bahwa pada pasca lebaran tahun 2012 saja jumlah pencari kerja yang membawa AK-1 (Kartu Kuning) mencapai 416 orang. Semua pencari kerja tersebut memiliki rentang umur 15 29 tahun (Kedaulatan Rakyat Online, 27 Agustus 2012). Tingkat urbanisasi yang tinggi, terutama urbanisasi pemuda, tentu saja akan menimbulkan berbagai masalah karena pemuda merupakan golongan yang memegang peranan penting dalam masyarakat. Ditangan pemuda masa depan suatu masyarakat ditentukan. Pemuda memiliki peran tiga peran utama yakni sebagai agent of change, moral force dan iron stock. Agent of change atau agen perubahan dalam hal ini pemuda adalah sosok yang diharapkan dapat membawa

3 perubahan berdasarkan idealisme yang dibungkus dengan keberanian dan keterbukaan menyerap ilmu serta inovasi dan kreativitas mereka. Moral force atau kekuatan moral, dimana pemuda diharapkan mampu memberikan tekanan moral pada kebaikan yang berawal dari sikap dan idealisme yang dimilikinya. Iron stock atau cadangan keras bisa dipahami sebagai kekuatan yang masif dalam jumlah banyak. Dalam kaitannya dengan urbanisasi, tingginya angka urbanisasi pemuda mengakibatkan pembangunan di daerah akan terhambat karena tidak didukung oleh generasi muda yang berkualitas. Jika hal ini dibiarkan terus berlanjut maka akan mengancam ketahanan wilayah Kabupaten Gunungkidul secara umum dan khususnya Kecamatan Tepus. Secara geografis, posisi Kecamatan Tepus yang berhadapan langsung dengan pantai selatan pulau Jawa memberikan potensi yang sangat besar dalam hal kekayaan maritim. Perikanan dan pariwisata merupakan salah satu potensi yang bisa dimanfaatkan secara maksimal. Keberadaan daerah atau kampung nelayan tersebut berpotensi memberikan lapangan pekerjaan yang luas. Hal tersebut didukung dengan Rencana Pembangunan Nasional yang mengutamakan pemberdayaan potensi maritim Indonesia mengingat dua per tiga wilayah negara ini adalah perairan. Pemuda sebagai salah satu penduduk dalam usia kerja (produktif) juga mendapat peluang untuk bekerja dalam sektor kelautan di pesisir selatan tersebut. Keberadaan lapangan kerja tersebut dapat membantu mengurangi tingkat urbanisasi di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemuda dalam pemberdayaan di sektor kelautan sebagai

4 upaya pengendalian urbanisasi dan implikasinya terhadap ketahanan ekonomi wilayah dengan mengambil daerah penelitian di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Kecamatan Tepus dipilih karena kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang paling luas di Gunungkidul dan memiliki potensi di sektor kelautan yang besar tetapi ironisnya angka kemiskinan di kecamatan ini cukup tinggi, tingkat urbanisasi juga tinggi serta pendapatan per kapita termasuk terendah di Kabupaten Gunungkidul. 1.2 Permasalahan Berangkat dari latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana peran pemuda dalam pemberdayaan di sektor kelautan sebagai upaya mengendalikan urbanisasi pemuda di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. 2. Bagaimana implikasi pemberdayaan pemuda di sektor kelautan terhadap ketahanan ekonomi wilayah di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. 1.3 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan urbanisasi, potensi kelautan dan ketahanan ekonomi telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitutri Joko S dan Haryono (1999) yang meneliti tentang dampak urbanisasi dari sisi masyarakat yang ditinggalkan, Bambang Triatmojo dan Nizam (2001) yang mengidentifikasi lokasi pendaratan ikan dalam rangka pengembangan perikanan

5 laut di pantai selatan DIY, dan Shaleh Amirudin (2003) yang meneliti tentang ketahanan ekonomi keluarga nelayan di pantai Sadeng, Kab.Gunungkidul. Sebagian besar penelitian tersebut lebih menyorot pada dampak urbanisasi, potensi kelautan dan ketahanan ekonomi keluarga. Penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian di atas dimana penelitian ini menyoroti urbanisasi, potensi kelautan, dan ketahanan ekonomi wilayah dalam kaitannya dengan peran generasi muda di daerah tersebut. Penjelasan lebih detail mengenai beberapa penelitian sejenis tersebut bisa ditemukan di bagian tinjauan pustaka tesis ini. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui peran pemuda (Kelompok Nelayan dan Kelompok Sadar Wisata) dalam pemberdayaan di sektor kelautan sebagai upaya pengendalian urbanisasi di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. 2. Mengetahui implikasi pemberdayaan pemuda di sektor kelautan terhadap ketahanan ekonomi wilayah. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DIY umumnya dan Pemerintah Kecamatan Tepus khususnya, sebagai masukan dalam mengambil kebijakan dan perencanaan pembangunan yang bertumpu pada potensi daerah sehingga tujuan pembangunan tercapai secara efektif.

6 2. Bagi masyarakat, agar masyarakat dapat mengetahui dan memahami lebih dalam tentang peran pemuda dalam pemberdayaan di sektor kelautan sebagai upaya pengendalian urbanisasi. 3. Bagi Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, semoga hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangsih pemikiran, dan menjadi referensi dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat. 4. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini menjadi wujud sumbangsih dan dedikasi peneliti untuk tanah kelahiran yakni Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul sekaligus menjadi media belajar dan berlatih untuk menjadi peneliti yang baik. 1.6 Sistematika Penulisan Dalam rangka mempermudah pembahasan dan pemahaman isi penelitian, tesis ini dibagi dalam 7 bab. Setiap bab memuat uraian hal-hal yang berkaitan dengan tema penelitian. Dalam satu bab terdiri dari beberapa sub bab. Jumlah sub bab tergantung pada besar dan pentingnya permasalahan yang dibahas. Secara lebih rinci sistematika penulisan hasil penelitian adalah sebagai berikut: Bab I merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang permasalahan tentang permasalahan urbanisasi pemuda dan pemberdayaan pemuda secara umum dan khususnya di Kabupaten Gunungkidul. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, keaslian penelitian, tujuanpenelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

7 Bab II berisi tinjauan pustaka, landasan teori dan metode penelitian. Bab ini menguraikan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian serta beberapa pengertian dan teori tentang peran, pemuda, pemberdayaan, urbanisasi, dan ketahanan ekonomi wilayah. Bab III membahas tentang metode penelitian yang dipergunakan sebagai pendekatan dalam penulisan tesis ini. Bab ini menguraikan jenis penelitian, lokasi, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, jenis data yang dikumpulkan, teknik analisis data dan definisi operasional variabel penelitian. Bab IV menguraikan gambaran umum Kecamatan Tepus sebagai obyek penelitian. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah memahami kondisi dan situasi di lapangan sehingga dapat mendukung obyektivitas hasil penelitian. Bab ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yakni gambaran Kecamatan Tepus dari aspek geografi, demografi serta sumber daya alam dan potensi ekonomi yang dimiliki. Aspek geografi meliputi letak, luas, keadaan alam, topografi, kondisi pesisir, pantai, pertanian dan peternakan. Aspek demografi berisi uraian tentang jumlah dan kepadatan penduduk serta tingkat kesejahteraan penduduk. Bab V membahas peran pemuda dalam pemberdayaan di sektor kelautan sebagai upaya pengendalian urbanisasi. Bab ini terdiri atas beberapa sub bab yaitu kondisi masyarakat nelayan, kondisi pemuda dan urbanisasi pemuda di Kecamatan Tepus, profil pemuda yang bekerja di sektor kelautan, kendala yang dihadapi dalam upaya pemberdayaan pemuda, peran pemuda dalam pemberdayaan di sektor kelautan, faktor-faktor yang mempengarui pemberdayaan

8 pemuda dan peran pemberdayaan pemuda terhadap usaha pengendalian urbanisasi. Bab VI menguraikan implikasi pemberdayaan pemuda di sektor kelautan terhadap ketahanan ekonomi wilayah Kecamatan Tepus. Bab ini diawali dengan pembahasan mengenai kondisi ketahanan ekonomi wilayah Kecamatan Tepus dilanjutkan dengan uraian tentang potensi sektor kelautan terhadap ketahanan ekonomi wilayah dan diakhiri dengan pembahasan mengenai sumbangan pemberdayaan pemuda di sektor kelautan terhadap ketahanan ekonomi wilayah Kecamatan Tepus. Bab VII berisi kesimpulan penelitian serta rekomendasi atau saran yang dapat dilakukan guna memaksimalkan peran pemuda dalam pemberdayaan di sektor kelautan sebagai upaya pengendalian urbanisasi.