BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

Seorang wanita memiliki kesempatan dan potensi yang lebih. besar untuk berperan secara langsung dalam pendidikan anak, terlebih

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

Qana ah dan Tasamuh. Aspek Akhlak

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu unsur sosial yang paling awal mendapat dampak dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ( Jakarta: Indeks, 2009), hlm. 6. Islami, (Jogjakarta: Darul Hikmah, 2009), hlm. 83

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1995), hlm Dadang Hawari, Al-Qur an Ilmu Kedokteran jiwa dan Kesehatan

KONSEP ANAK DALAM ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. agama. Minat terhadap agama pada remaja tampak dari aktivitas mereka dalam

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB IV ANALISIS PERSEPSI REMAJA TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DI DESA PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari penjelasan dan analisis penelitian tersebut, maka dapat ditarik. suatu kesimpulan antara lain:

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BIMBINGAN AGAMA ISLAM BAGI PARA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu

BAB VI PENUTUP. pihak lembaga madrasah beserta komite madrasah dan tokoh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang sudah berkembang ini seseorang yang mengamati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

Modul ke: Akhlak Islami. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan suatu lembaga khususnya disekolah. Di Indonesia sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. keshalehan akan sangat bergantung kepada pendidikan masa kecilnya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB IV ANALISIS PERANAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN PENGAMALAN IBADAH ANAK DALAM KELUARGA DI DESA KEMASAN KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SD NEGERI TEGALSARI 01 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses usaha manusia guna menimbulkan dan

ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER BERKONSEP NILAI-NILAI KEISLAMAN DI PAUD MASJID AL-AZHAR PERUMAHAN PERMATA PURI

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. dari ruang lingkup yagn kecil yaitu keluarga, sampai yang terluas yaitu dunia. Idealnya,

BAB I PENDAHULUAN. sebuah masyarakat adalah aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

Pendidikan Agama Islam

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang ia miliki, baik secara vertikal (hablumminallah) maupun secara horisontal

BAB I PENDAHULUAN. Sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. (Q.S. Al- A raf/7: 26). 2

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL NAK, MAAFKAN IBU TAK MAMPU MENYEKOLAHKANMU KARYA WIWID PRASETYO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2009), hlm Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: PT Rineka

BAB IV PERILAK TERPUJI

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT Pada bab ini, peneliti akan menganalisis kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut berdasarkan data yang diperoleh ketika mengadakan penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian merupakan data yang bersifat kualitatif. Oleh karena itu, teknis analisis yang digunakan peneliti dalam menganalisis data tersebut adalah deskriptif kualitatif. Peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan, kemudian menyesuaikan dengan teori yang telah dikemukakan di bab II tentang pola-pola bimbingan. Setelah itu peneliti akan memberikan analisisnya sesuai kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki peneliti. A. Analisis Pola Bimbingan Agama Islam Anak Karyawan PT. Pismatex di Desa Sapugarut Anak adalah generasi masa depan. Dipundak anaklah rancang bangun masa depan bangsa dan negara dibebankan. Sementara orangtua adalah generasi masa kini yang berperan besar dalam menyiapkan generasi masa depan. Peran besar inilah menyangkut pula kegiatan membimbing. Hal yang perlu disadari, keberadaan orangtua dan anak bagai mata rantai yang saling terkait satu sama lain. Apa, bagaimana, dan kondisi generasi masa kini berimplikasi kausalitas dengan keadaan anak atau generasi muda sekarang dan yang akan datang. 77

78 Dalil tentang anak, sebagaimana dituliskan dalam surat al-kahfi ayat 46 sebagai berikut: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia (QS. Al Kahfi: 46). Anak adalah titipan Allah yang wajib dijaga sebagaimana kita menjaga harta. Jangan sampai menelantarkan anak karena berarti secara tidak langsung kita telah menelantarkan titipan Allah. Cintailah anak-anak melebihi cinta kita terhadap harta, dan sayangilah anak-anak melebihi sayang kita terhadap harta pula. Seorang anak dalam kehidupannya, disamping mendapatkan kasih sayang juga berhak mendapatkan bimbingan. Bimbingan yang terpenting adalah bimbingan mengenai agama yang di anutnya. Adalah suatu keyakinan bahwa orangtua merupakan guru pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah, orangtua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya. Bahkan sebagai orangtua, mereka mempunyai berbagai peran pilihan yaitu: orangtua sebagai pelajar, orangtua sebagai pembuat keputusan, orangtua sebagai sebagai anggota tim kerjasama guru-orangtua. 1 Orangtua adalah guru yang pertama dan yang paling penting bagi anak. Serta mempunyai kesempatan paling besar untuk mempengaruhi kecerdasannya pada saat-saat anak sangat peka terhadap pengaruh luar, serta mengajarnya selaras dengan 1 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, Cet.ke-1 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm.123.

79 temponya sendiri. 2 Masa kanak-kanak merupakan masa yang tepat untuk menanamkan nilai keagamaan. Pada masa ini anak sudah mulai bergaul dengan dunia luar. Banyak hal yang anak saksikan ketika berhubungan dengan orangorang di sekelilingnya. Dalam pergaulan inilah anak mulai mengenal Tuhan melalui ucapan-ucapan orang di sekelilingnya. Ia melihat perilaku orang yang mengungkapkan rasa kagumnya pada Tuhan. Anak pada usia kanak-kanak belum mempunyai pemahaman dalam melaksanakan ajaran agama Islam, akan tetapi di sinilah peran orangtua dalam memperkenalkan dan membiasakan anak dalam melakukan tindakan-tindakan agama sekalipun sifatnya hanya meniru. Tindakan demikian sangat penting guna perkembangan agama pada masa selanjutnya. 3 sehingga perlu diketahui, bahwa peran orangtua sangatlah vital. Karena melalui orang tualah, anak akan menjadi manusia yang baik atau tidak. Hal yang paling penting adalah keteladanan dan pemberian contoh yang kongkret dari diri orangtua dalam melakukan hal-hal yang telah diajarkan. Bukan hanya memerintah dan menyalahkan. Secara simultan hal itu juga harus ditopang oleh lingkungan, pergaulan, dan masyarakat. Orang tua seharusnya memahami bahwa merekalah sebagai penanggung jawab utama dalam akhlak, perilaku serta perbuatan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Orangtua memiliki kesempatan dan potensi yang besar dalam memberikan bimbingan anak, terlebih bimbingan yang utama bagi seorang anak yaitu bimbingan agama Islam, karena bimbingan agama Islam merupakan cikal pembentukan generasi Insan Kamil. Dan secara umum, 2 Dwi Sunar Prasetyono, Biarkan Anakmu Bermain, Cet. Ke-1 (Jogjakarta: Diva Press, 2008), hlm. 31-32. 3 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Cet.Ke-1 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.56.

80 berhasil tidaknya akhlak, perilaku serta perbuatan seorang anak biasanya dihubungkan dengan pribadi orang tuanya. Begitu halnya dengan para karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut, mereka juga berperan serta dalam melakukan bimbingan agama Islam terhadap anak-anaknya sebagaimana yang telah dipaparkan di bab III. Dari kegiatan bimbingan agama Islam yang dilakukan oleh para karyawan PT. Pismatex pada bab III tersebut, maka hal yang patut diacungi jempol adalah di sela-sela kesibukan mereka dalam bekerja sebagaimana diketahui bahwa waktu mereka bekerja berlawanan dengan waktu luang yang dimiliki anak-anak. Di desa Sapugarut anak-anak para karyawan PT. Pismatex diberikan bimbingan agama Islam seperti mengenalkan ibadah sholat sejak dini, mengajarkan Al-Qur an, mengajarkan berpuasa, mengajarkan do a sehari-hari, memberi nasehat dan bimbingan, serta mengajarkan menghormati oranglain. Banyaknya kegiatan bimbingan agama Islam yang dilakukan oleh para karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut, dapat diambil suatu kesimpulan, antara lain: 1. Para orang tua yang bekerja sebagai karyawan PT. Pismatex senantiasa melatih anak dengan membiasakan menjalankan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT. 2. Para orangtua yang bekerja sebagai karyawan PT. Pismatex sendiri rajin dalam menjalankan perintah agama, sebab tingkah laku orang tua tak lepas dari pengamatan anak-anaknya.

81 3. Para orangtua yang bekerja sebagai karyawan PT. Pismatex memberikan bimbingan dan pengawasan dengan sabar dan kasih sayang. Dengan demikian, dari banyaknya kegiatan bimbingan agama Islam yang diberikan kepada anak-anaknya, maka para karyawan PT. Pismatex telah melakukan pola-pola bimbingan, antara lain dengan: a) Pola Generalis Jika dilihat dari teori pola bimbingan dari aspek pola generalis berdasarkan keyakinan, teori ini melihat bahwa apa yang diajarkan dan dibimbing mempunyai pengaruh terhadap kualitas serta kuantitas usaha bimbingan tersebut. Banyaknya kegiatan bimbingan agama Islam yang dilakukan para karyawan PT. Pismatex kepada anaknya seperti dijelaskan pada bab sebelumnya mempunyai kualitas dan kuantitas yang diharapkan. Serta seluruh anggota keluarga dan orang-orang terdekat dapat ikut serta memberikan kegiatan bimbingan agama Islam. Teori ini dapat dikatakan positif dikarenakan tekanan yang diberikan pada perhatian terhadap pengembangan optimal. Maksudnya adalah tujuan dari kegiatan bimbingan agama Islam ini meyakinkan bahwa manusia hidup untuk berkembang menjadi lebih baik, bukan hanya diam dan tidak melakukan perubahan. Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya menjadi lebih baik dari orangtuanya. Sehingga para orangtua dan orang-orang terdekat akan memberikan pengarahan yang sesuai dengan apa yang diajarkan agama agar tidak tersesat dijalan yang salah. Sedangkan teori ini dikatakan negatif dikarenakan dengan terlibatnya

82 banyak orang, belum tentu semua mengerti dan paham cara memberikan bimbingan. Seperti diketahui, pengetahuan yang dimiliki para orangtua yang bekerja sebagai karyawan PT. Pismatex ini sangat minim sekali. Pola generalis berdasarkan keyakinan ini digunakan dalam semua kegiatan bimbingan agama Islam yang dilakukan para karyawan PT. Pismatex. Karena dari semua kegiatan bimbingan yang diajarkan kepada anak-anaknya mempunyai tujuan yaitu untuk pengembangan secara optimal. Sehingga para anak karyawan kelak ketika dewasa dapat menjadi manusia yang sesuai dengan ajaran agama. Menurut peneliti, kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut sudah sejalan dengan teori pola bimbingan agama Islam dengan aspek pola generalis berdasarkan keyakinan, hal itu dapat dibuktikan dengan adanya kualitas dan kuantitas yang diharapkan, serta dengan adanya partisipasi dari anggota keluarga beserta orang-orang terdekat dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan agama Islam. b) Pola Spesialis Jika dilihat dari teori pola bimbingan dari aspek pola spesialis berdasarkan keyakinan, teori ini melihat bahwa pelayanan bimbingan harus ditangani oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan, serta mempunyai kemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu.

83 Teori ini dapat dikatakan positif karena pada pola dasar ini memiliki mutu yang tinggi dalam pelayanan bimbingan yang diberikan. Karena pada pola spesialis berasakan keyakinan ini dilakukan oleh orang-orang yang ahli, tidak sembarang orang dapat melakukan bimbingan. Sedangkan kelemahannya terdapat dalam kecenderungan sentrifugal, yaitu kecenderungan semua tenaga ahli akan bekerja sendiri-sendiri dan saling melempar tanggungjawab. Menurut peneliti, kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut tidak sejalan dengan teori pola bimbingan dengan aspek pola spesialis berasaskan keyakinan. Hal itu dapat dibuktikan dengan pelaksanaan kegiatan bimbingan agama islam dilakukan oleh para karyawan yang minim pengetahuan. Apalagi pengetahuan tentang bimbingan. Mereka membimbing anak-anaknya sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang mereka miliki. Serta dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan juga mereka bekerjasama dengan para anggota lain atau orang-orang yang dekat dengannya. Jadi, kecenderungan yang sentrifugal tidak sesuai dengan yang dilakukan para karyawan PT. Pismatex dalam melaksanakan bimbingan agama Islam.

84 c) Pola Kurikuler Jika dilihat dari teori pola bimbingan dari aspek pola kurikuler berasaskan keyakinan, teori ini melihat bahwa kegiatan bimbingan sebaiknya dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pelajaran khusus. Jadi apa saja jenis kegiatan bimbingan yang diberikan hendaknya dimasukkan dalam kegiatan pengajaran. Teori ini dapat dikatakan positif karena pada pola ini hubungan dengan staf pengajar dapat menjadi lebih dekat dikarenakan semua tenaga bimbingan langsung terlibat dalam seluk-beluk pengajaran. Padahal dalam kenyataannya kemajuan pemahaman diri tidak dapat diukur melalui suatu tes hasil belajar. Menurut peneliti, kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut tidak sejalan dengan teori pola bimbingan dengan aspek pola kurikuler berasaskan keyakinan, hal itu dapat dibuktikan dengan kebenaran pernyataan kemajuan pemahaman diri tidak dapat diukur melalui tes suatu hasil belajar. Terkadang ada anak yang kurang dalam pelajaran akan tetapi mempunyai kelebihan dalam praktek. Maksudnya, ada anak yang pintar dalam semua mata pelajaran, akan tetapi dalam prakteknya nol karena mereka hanya mempelajarinya saja, tidak mempraktekkannya secara langsung. Sebaliknya ada anak yang kurang pintar dalam pelajaran, akan tetapi dalam praktek kehidupan sehari-hari justru memiliki moral yang lebih baik dari anak-anak yang pintar.

85 d) Pola Relasi-Relasi Manusia (Human Relations) dan Kesehatan Mental Jika dilihat dari teori pola bimbingan dari aspek pola relasi-relasi manusia (human relations) dan kesehatan mental, teori ini melihat bahwa orang akan hidup lebih bahagia bila dapat menjaga kesehatan mentalnya karena mental yang sehat akan menumbuhkan jiwa yang kuat. Serta dengan membina hubungan baik dengan oranglain akan tercipta lingkungan yang damai dan tentram. Sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan oranglain. Kita hidup didunia ini saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu membina hubungan baik dan menjaga tali silaturrahmi sangat bagus demi memperkuat Ukhuwah Islamiyah. Teori ini dapat dikatakan positif karena pada pola ini peningkatan kerjasama antara seluruh anggota sangat baik, sehingga tercipta hasil yang maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Pola ini digunakan para karyawan PT. Pismatex dalam melaksanakan semua kegiatan bimbingan agama Islam kepada anak-anaknya. Menurut peneliti, kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut sudah sejalan dengan teori pola bimbingan dengan aspek pola relasi-relasi manusia (human relations) dan kesehatan mental, hal itu dapat dibuktikan dengan salah satu kegiatan bimbingan agama Islam yang diajarkan para karyawan PT. Pismatex, yaitu mengajarkan menghormati oranglain, yang tidak lain dan tidak

86 bukan adalah dengan maksud agar dapat membina hubungan baik dengan oranglain sehingga dapat menciptakan kerukunan dan kesatuan yang kokoh. Dengan membina hubungan yang baik dan menciptakan kerukunan dan kesatuan dengan oranglain maka akan menumbuhkan jiwa yang kuat dan mental yang sehat serta hidup yang tentram. B. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pola Bimbingan Agama Islam Anak Karyawan PT. Pismatex di Desa Sapugarut 1. Faktor Sosial Jika dilihat dari teori faktor yang mempengaruhi pola bimbingan agama Islam dari aspek faktor sosial, teori ini melihat bahwa sosial juga mempunyai pengaruh yang sangat besar didalamnya. Teori faktor sosial ini dapat dikatakan seperti faktor eksternal, karena faktor-faktor sosial yang dimaksud disini seperti diantaranya pendidikan dari orangtua, tradisi-tradisi sosial dan lingkungan. Menurut peneliti, faktor yang mempengaruhi kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut sudah sejalan dengan teori faktor yang mempengaruhi pola bimbingan agama Islam dengan aspek faktor sosial. Hal itu dapat dibuktikan dengan pernyataanpernyataan dari para orangtua bahwa faktor sosial juga membantu dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan agama Islam. Sebagaimana dijelaskan bahwa salah satu yang termasuk faktor sosial yang dimaksud di sini adalah pendidikan orangtua. Pendidikan orangtua akan mempengaruhi berhasil tidaknya bimbingan yang diberikan kepada anak. Akan tetapi, mayoritas

87 dari para karyawan PT. Pismatex mempunyai pengetahuan yang minim dikarenakan hanya menempuh pendidikan sampai tingkat menengah pertama, ada juga beberapa yang sudah sampai tingkat menengah akhir. Sehingga mereka memberikan bimbingan kepada anak-anaknya sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang mereka punya. Selanjutnya mereka memasrahkan kepada guru-guru disekolahnya. 2. Faktor Alami Jika dilihat dari teori faktor yang mempengaruhi pola bimbingan agama Islam dari aspek faktor alami, teori ini melihat bahwa alam atau dunia nyata dengan berbagai pengalaman juga mempunyai pengaruh yang sangat penting. Pengalaman-pengalaman di dunia nyata seperti pengalamanpengalaman mengenai manfaat, keharmonisan dan keindahan. Pengalaman mengenai manfaat akan timbul dari kenyataan bahwa beberapa benda dari alam semesta atau semua ciptaan Allah bermanfaat bagi manusia, tak ada satupun yang ada di alam ini yang tidak berguna. Menurut peneliti, faktor yang mempengaruhi kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut tidak sejalan dengan teori faktor yang mempengaruhi pola bimbingan agama Islam dengan aspek faktor alami. Hal itu dapat dibuktikan dengan pernyataanpernyataan dari para karyawan yang menyebutkan banyaknya faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya, akan tetapi tidak disebutkan adanya faktor alam, mereka hanya menyebutkan faktor-faktor eksternal yang dari keluarga, sekolah, teman sepermainan, serta masyarakat. Akan tetapi

88 sebenarnya faktor alam memang mempunyai pengaruh yang besar. Dikarenakan banyaknya ciptaan Allah di alam ini yang diperuntukkan untuk manusia dan makhluk-makhluk lainnya serta tidak ada seorangpun yang dapat menandingi ciptaannya, maka wajib bagi manusia untuk meningkatkan keimanan dan meningkatkan cintanya kepada Allah sebagai bukti rasa syukur atas karunia dan nikmat yang diberikannya. 3. Faktor Konflik Moral Jika dilihat dari teori faktor yang mempengaruhi pola bimbingan agama Islam dari aspek faktor konflik moral, teori ini melihat bahwa konflik moral yang terjadi dalam diri seseorang juga mempunyai pengaruh. Seperti konflik moral antara kekuatan-kekuatan yang baik dengan kekuatankekuatan yang jahat menyebabkan seseorang terkadang bimbang untuk melakukan sesuatu. Tetapi dalam agama Islam diajarkan dan diperintahkan bahwa setiap manusia wajib melakukan hal-hal yang baik serta meninggalkan hal-hal yang tidak baik. Menurut peneliti, faktor yang mempengaruhi kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut sudah sejalan dengan teori faktor yang mempengaruhi pola bimbingan agama Islam dengan aspek faktor konflik moral, hal itu dapat dibuktikan dengan konflik moral yang terkadang terjadi dalam diri anak, salah satunya adalah tidak adanya kemauan dalam diri anak dalam melakukan kegiatan bimbingan agama Islam yang diberikan orangtua.

89 4. Faktor Intelektual Jika dilihat dari teori faktor yang mempengaruhi pola bimbingan agama Islam dari aspek faktor intelektual, teori ini melihat bahwa suatu proses pemikiran dapat digunakan untuk memberikan alasan pembenaran. Teori ini dapat dikatakan benar, dikarenakan sesuatu yang dilakukan oleh setiap orang apabila dilakukan dengan pembenaran oleh akal fikiran, maka hasilnya akan sesuai. Terlebih lagi jika diiringi dengan keyakinan dari dalam hati, maka hasilnya akan lebih maksimal. Menurut peneliti, faktor yang mempengaruhi kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut sudah sejalan dengan teori faktor yang mempengaruhi pola bimbingan agama Islam dengan aspek faktor intelektual. Hal itu dapat dibuktikan dengan maksud dan tujuan orangtua dalam memberikan kegiatan bimbingan agama Islam. Walaupun dalam pernyataan para karyawan PT. Pismatex tidak disebutkan bahwa faktor intelektual juga mempengaruhi pola bimbingan agama Islam, akan tetapi kenyataannya maksud dan tujuan orangtua dalam memberikan bimbingan agama Islam adalah agar anak dapat mengerti dan mengetahui, bahwa semua yang dilakukan, baik itu sholat, membaca Al-Qur an, Puasa, berdo a, dan lain sebagainya, semuanya dilakukan semata-mata karena Allah. Allah lah yang menciptakan kita di dunia ini, maka dengan banyaknya ciptaan serta karunianya bukan menjadikan kita untuk tidak melakukan perintah-perintahnya, akan tetapi sebaliknya, wajib bagi kita

90 untuk menyembah dan beribadah kepada Allah dan melakukan segala hal yang diperintahkannya. 5. Faktor Afektif (Emosional) Jika dilihat dari teori faktor yang mempengaruhi pola bimbingan agama Islam dari aspek faktor afektif (emosional), teori ini melihat bahwa pengalaman kegamaan dapat memperkuat, memperkaya atau justru malah memodifikasi kepercayaan-kepercayaan keagamaan yang sudah dianut sebelumnya. Menurut peneliti, faktor yang mempengaruhi kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut sudah sejalan dengan teori faktor yang mempengaruhi pola bimbingan agama Islam dengan aspek faktor afektif (emosional). Hal itu dapat dibuktikan dengan sebagaimana yang kita ketahui bahwa anak mempunyai sifat meniru. Jadi apa yang dilihatnya pasti akan ditirunya tanpa mereka mengerti apa maksud dan tujuan dari apa yang mereka lakukan. Para anak-anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut pun mempunyai hal yang sama dan yang wajar dilakukan oleh anak-anak. Mereka giat melaksanakan sholat berjama ah di Masjid atau Musholla dikarenakan mereka melihat secara langsung bahwa orangtua, masyarakat atau bahkan teman sepermainannya pergi ke Masjid atau Musholla guna melakukan sholat berjama ah. Ini akan memperkuat keyakinannya bahwa sebagai umat Islam wajib melaksanakan sholat.

91 6. Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi Jika dilihat dari teori faktor yang mempengaruhi pola bimbingan agama Islam dari aspek kebutuhan yang tidak terpenuhi, teori ini melihat bahwa tidak selamnya orang dalam kehidupan ini dapat memenuhi semua kebutuhan karena bermacam-macam suasana yang mempengaruhi dan yang harus dihadapinya. Terkadang orang yang kebutuhannya merasa tidak tercukupi tidak mau bersyukur kepada Allah. Mereka malah justru menyalahkan Allah. Padahal perlu diketahui, semua rezeki memang telah diatur dan yang mengaturnya adalah Allah SWT. Akan tetapi kita sebagai umat manusia wajib untuk berusaha mencari rezeki itu dengan usaha yang halal serta diiringi dengan rasa syukur dan ikhlas dalam menerima segala cobaan, ujian, anugerah serta rezeki yang diberikan, maka kelak kita akan menjadi orang-orang yang beruntung dan jauh dari kesesatan. Menurut peneliti, faktor yang mempengaruhi kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut tidak sejalan dengan teori faktor yang mempengaruhi pola bimbingan agama Islam dengan aspek kebutuhan yang tidak terpenuhi. Hal itu dapat dibuktikan dengan bimbingan agama Islam yang dimaksud dalam penelitian kali ini adalah bimbingan agama Islam yang diberikan kepada para anak-anak. Jadi mereka belum terlalu memikirkan kebutuhan. Akan tetapi para orangtua mengajarkan anaknya untuk selalu bersyukur dengan apapun nikmat yang diberikan oleh Allah. Sholat dan mengaji termasuk salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur kita terhadap Allah.