BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

dokumen-dokumen yang mirip
JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik akan mengalami

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp.

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2016

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016

Berdasarkan Tingkat Pendidikan


BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV TAHUN 2014

No. 05/02/81/Th.VI, 2 Pebruari 2015

BERITA RESMI STATISTIK

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2016

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2011

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2011

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III TAHUN 2015

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0


BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN IV TAHUN 2014

BERITA RESMI STATISTIK

No. 05/08/81/Th.VII, 1 Agustus 2017

No. 05/05/81/Th.VI, 4 Mei 2015

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG, DAN INDUSTRI MIKRO KECIL PROVINSI ACEH TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG, DAN INDUSTRI MIKRO KECIL PROVINSI ACEH TRIWULAN I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dan restoran mengalami peningkatan kontribusi. Demikian juga pertanian, listrik,

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I TAHUN 2016

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Triwulan III Provinsi Riau

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG, DAN INDUSTRI MIKRO KECIL PROVINSI Aceh TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2016

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG, DAN INDUSTRI MIKRO KECIL PROVINSI ACEH TRIWULAN I TAHUN 2017

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

Produk Domestik Bruto (PDB)

BERITA RESMI STATISTIK

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE


BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III TAHUN 2016

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL (IMK) & INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) PROVINSI GORONTALO TRIWULAN IV TAHUN 2015

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) Triwulan IV Tahun

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2015

I. PERTUMBUHAN (q to q) PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2015 DI JAWA TENGAH

No. 05/05/81/Th.VII, 2 Mei 2016

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG TRIWULAN III TAHUN 2011

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2017

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II 2017

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN IV TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2016

Statistik KATA PENGANTAR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III TAHUN 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV TAHUN 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan perekonomin Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan masih tetap positif, utamanya bila mampu mempertahankan pertumbuhan investasi. Sektor industri selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha. 7 6,8 6,6 6,4 6,2 6 5,8 5,6 2010 2011 2012 2013* Keterangan: *Proyeksi Sumber: www.indonesiafinancetoday.com diakses pada 28 April 2013, 19:15 WIB GAMBAR 1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Berdasarkan Gambar 1.1 kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2012 mencapai 6,3 persen turun 0,2 persen dari tahun 2011 yang mencapai angka 6,5 persen. Sedangkan Badan Pusat Statistik Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi indonesia akan kembali naik pada tahun 2013.

2 Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu Negara berkembang adalah untuk memperkuat perekonomian nasional, meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, memperluas lapangan kerja, meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Salah satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan di sektor industri yang merupakan usaha jangka panjang untuk memperbaiki struktur ekonomi dan menyeimbangkan antara industri dan pertanian. Sektor industri merupakan sektor yang memiliki kontribusi besar untuk meningkatkan perekonomian indonesia. Maka pemerintah terus berusaha meningkatkan sektor-sektor industri yang memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. No TABEL 1.1 LAJU PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS (KUMULATIF) Lapangan Usaha 2010 2011 2012 % % % 1 Makanan, Minuman dan Tembakau 2,7805 9,1884 8,1857 2 Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 1,7667 7,5181 1,4145 3 Brg. Kayu & Hasil hutan lainnya -3,4670 0,3497-0,8573 4 Kertas dan Barang cetakan 1,6695 1,4958 0,4987 5 Pupuk, Kimia & Barang dari karet 4,7009 3,9508 9,1917 6 Semen & Barang galian bukan logam 2,1793 7,1883 6,1073 7 Logam Dasar Besi & Baja 2,3838 13,0567 5,5737 8 Alat Angk., Mesin & Peralatannya 10,3802 6,9999 6,2255 9 Barang Lainnya 3,0026 1,8244 4,2099 Pertumbuhan Industri Pengolahan 5,1165 6,8270 6,1265 Non Migas Pertumbuhan PDB 6,1954 6,4570 6,3077 Sumber: Statistik Industri Kementrian Perindustrian Tabel 1.1 menunjukan pertumbuhan industri pengolahan non migas tahun 2012 mengalami penurunan yaitu hanya menjadi 6,12 persen dibandingkan tahun

3 2011 yaitu sebesar 6,82 persen. Sedangkan penurunan pertumbuhan industri pengolahan non migas ini mengakibatkan pertumbuhan PDB mengalami penurunan pada tahun 2012 yaitu menjadi 6,3 persen dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar 6,45 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah harus terus berupaya untuk meningkatkan kembali industri pengolahan sehingga industri pengolahan mampu untuk mengalami pertumbuhan positif. Sumber: Berita Resmi Statistik Jawa Barat No.22/05/32/Th.XV GAMBAR 1.2 PERBANDINGAN PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG PROVINSI JAWA BARAT DAN NASIONAL TAHUN 2013 (q-to-q) Berdasarkan Gambar 1.2 pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di Jawa Barat naik sebesar 0,31 persen, di tingkat nasional pada triwulan I tahun 2013 (q-to-q) ini mengalami penurunan produksi sebesar -2,25 persen. Penurunan pada triwulan I ini jauh dibawah triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,65 persen, dimana pada saat yang sama produksi Jawa barat hanya tumbuh 0,64 persen. Hal ini menunjukan industri manufaktur besar dan sedang di Jawa Barat perlu diperhatikan sehingga mampu untuk mengalami pertumbuhan kembali.

4 Sumber: Berita Resmi Statistik Jawa Barat No.22/05/32/Th.XV GAMBAR 1.3 PERBANDINGAN PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL PROVINSI JAWA BARAT DAN NASIONAL TAHUN 2013 (q-to-q) Berdasarkan Gambar 1.3 produksi Industri Mikro dan Kecil (IMK) mengalami kenaikan pada triwulan I (q-to-q) tahun 2013 sebesar 1,74 persen, sedangkan Jawa Barat mengalami pertumbuhan lebih tinggi yaitu sebesar 4,78 persen. Secara year on year triwulan I tahun 2013 dibandingkan periode yang sama tahun 2012 produksi IMK nasional naik sebesar 4,84 persen sesuai dengan kenaikan produksi Jawa Barat sebesar 6,09 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa perindustrian khususnya untuk mikro dan kecil baik nasional maupun Provinsi Jawa Barat dalam kondisi pertumubuhan yang baik. Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang sedang mengembangkan kawasan industri. Sektor industri memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor ini selain dapat meningkatkan nilai tambah juga sangat besar peranannya dalam penyerapan tenaga kerja. Angka pencari kerja di Kabupaten Majalengka selama tahun 2012 cukup tinggi. Hal tersebut nampak dari besarnya jumlah permintaan pembuatan kartu

5 kuning di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Majalengka. Selama tahun 2012 lalu, dinas telah mengeluarkan sebanyak 15.608 lembar kartu kuning. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan permintaan Kartu Kuning tahun 2011 yang hanya mencapai angka di kisaran 12 ribu lembar saja. (Sumber: www.daerah.sindonews.com diakses tanggal 26 Februari 2013, 19:34 WIB) TABEL 1.2 DISTRIBUSI PERSENTASE PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MAJALENGKA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2010-2012 Lapangan usaha 2010 2011 2012** (1) (2) (3) (4) 1 Pertanian 33,52 32,83 33,53 2 Pertambangan dan penggalian 3,17 3,21 3,21 3 Industri Pengolahan 15,58 15,58 14,89 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,50 0,51 0,51 5 Bangunan 4,12 4,34 4,34 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 18,03 18,54 18,54 7 Pengangkutan dan Komunikasi 5,98 5,86 5,86 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,13 4,10 4,10 9 Jasa-jasa 14,95 15,02 15,02 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 Keterangan: **Angka Sementara Sumber: BPS, Majalengka Dalam Angka 2012 PDRB Kabupaten Majalengka yang terdapat pada Tabel 1.2 menunjukan bahwa sektor industri pada tahun 2012 mempunyai peranan sebesar 14,88 persen dan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 15,58 persen. Peranan sektor industri masih menempati urutan ketiga setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 18,54 persen. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar pada PDRB Kabupaten Majalengka yaitu sebesar 33,53 persen. Tabel 1.2 menunjukan Kabupaten Majalengka merupakan daerah potensi pertanian sehingga pengembangan industri perlu diarahkan kearah

6 argo industri dan industri manufaktur sehingga keseimbangan pembangunan industri dan pertanian dapat berjalan baik. No TABEL 1.3 BANYAKNYA PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG MENURUT PRODUKSI UTAMA DIRINCI PER KECAMATAN TAHUN 2012** Produksi utama Kecamatan Pakaian Makanan Genteng Jaringan Listrik Bubuk Plastik Bola Sapu ijuk Keranjang Rotan 1 Lemahsugih 2 Bantarujeg 1 3 Malausma 1 4 Cikijing 9 1 5 Cingambul 6 Talaga 7 Banjaran 8 Argapura 9 Maja 1 10 Majalengka 1 11 Cigasong 2 12 Sukahaji 11 2 13 Sindang 14 Rajagaluh 15 Sindangwangi 9 1 16 Leuwimunding 4 17 Palasah 5 18 Jatiwangi 1 254 1 1 19 Dawuan 1 62 20 Kasokandel 27 1 21 Panyingkiran 1 1 22 Kadipaten 1 23 Kertajati 6 24 Jatitujuh 1 1 25 Ligung 23 26 Sumberjaya 3 1 Kab. Majalengka 15 7 384 1 3 1 2 14 7 Keterangan: **Angka Sementara Sumber: Stat. Produksi (Survei Industri Besar/Sedang) BPS Kab. Majalengka Berdasarkan Tabel 1.3 tahun 2012 jumlah industri besar di Kabupaten Majalengka sebanyak 10 perusahaan dengan 4.582 orang tenaga kerja yang terserap dan industri sedang sebanyak 424 perusahaan dengan tenaga kerja yang Lainnya

7 terserap sebanyak 15.104 orang. Apabila dilihat dari jenis produksinya, industri besar/sedang yang berada di Kabupaten Majalengka 88,48 persen merupakan industri genteng. (Sumber: Stat. Produksi (Survei Industri Besar/Sedang) BPS Kab. Majalengka) TABEL 1.4 PERKEMBANGAN INDUSTRI GENTENG JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010-2012 No Kecamatan Tahun 2010 2011 2012 1 Cigasong 2 2 2 2 Sukahaji 11 11 11 3 Palasah 6 5 5 4 Jatiwangi 251 254 254 5 Dawuan 56 62 62 6 Kasokandel 33 27 27 7 Ligung 21 23 23 8 Sumberjaya 1 - - Kab. Majalengka 341 384 384 Sumber: Data diolah dari Stat. Produksi BPS Kab. Majalengka Tabel 1.4 menunjukan terjadi pertumbuhan pada jumlah unit usaha genteng di Kabupaten majalengka, pada tahun 2010 sebanyak 341 unit usaha dan pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan menjadi 384 dan pada tahun 2012 industri genteng Kabupaten Majalengka tidak mengalami pertumbuhan dan penurunan dibandingkan dengan tahun 2011. Hal ini menunjukan perlu dikembangkan kembali industri genteng jatiwangi Kabupaten Majalengka sehingga mampu terus menjadi sektor industri unggulan untuk meningkatkan perekonomian di Kabupaten Majalengka dan terus mampu menjadi unggulan untuk sektor industri genteng dari tanah liat di Indonesia. Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka merupakan kecamatan yang dikenal sebagai sentra industri genteng dengan 254 unit usaha. Genteng hasil produksi di Kecamatan Jatiwangi terkenal dengan sebutan Genteng Jatiwangi.

8 Perkembangan industri genteng di Kecamatan Jatiwangi didukung oleh tersedianya bahan baku tanah liat yang ada di sekitar wilayah Kecamatan Jatiwangi. Selain itu karena adanya keterampilan penduduk dalam membuat genteng. TABEL 1.5 UNIT USAHA, TENAGA KERJA, JUMLAH PRODUKSI, NILAI PRODUKSI INDUSTRI GENTENG JATIWANGI KECAMATAN JATIWANGI TAHUN 2010-2012 Tahun Unit Usaha Tenaga Kerja Jumlah Produksi Nilai Produksi (Unit) (Orang) (Unit) (Ribu rupiah) 2010 251 8785 84.055.000 58.838.500 2011 254 9.053 85.060.000 59.542.000 2012 254 8988 84.473.000 59.131.100 Sumber: Data diolah 2013 Berdasarkan Tabel 1.5 menunjukan penurunan industri genteng jatiwangi di Kecamatan Jatiwangi. Penururan tersebut terjadi pada berbagai sektor di industri genteng tersebut. Tenaga kerja pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 8988 tenaga kerja dibandingkan tahun 2011. Hal ini dikarenakan citra baik akan industri genteng jatiwangi semakin menurun sehingga minat kerja pada kalangan usia remaja untuk bekerja di pabrik genteng semakin menurun. Hal tersebut menyebabkan pengusaha kesulitan untuk mencari tenaga kerja dan mempertahankan tenaga kerja yang ada pada perusahaan. Sejumlah pengusaha genteng di Kabupaten Majalengka mengaku kesulitan untuk merekrut karyawan di pabrik miliknya. Pasalnya, para karyawan yang ada, seiring memasuki musim tanam, mereka memilih untuk berganti menjadi buruh di sawah. (Sumber: http://ekbis.sindonews.com diakses tanggal 28 Februari 2013, 20:52 WIB)

9 Berdasarkan Tabel 1.5 jumlah produksi pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 84.473.000 dibandingkan tahun 2011. Hal ini menunjukan tingkat produktivitas pada industri genteng jatiwangi mengalami penurunan. Penurunan produktivitas terjadi dikarenakan pengusaha kurang memperhatikan tingkat efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan sehingga menyebabkan penuruan pada produktivitas perusahaan di industri genteng jatiwangi. Nilai produksi mengalami penurunan pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011. Pengusaha menyatakan penurunan nilai produksi tersebut dapat mempengaruhi pencapaian laba yang didapatkan oleh perusahaan di industri genteng jatiwangi. Rp23.000.000 Rp22.500.000 Rp22.000.000 Rp21.500.000 Rp21.000.000 Rp20.500.000 Rp20.000.000 2010 2011 2012 Sumber: Data diolah dari Pra Penelitian GAMBAR 1.4 RATA-RATA LABA PER BULAN SETIAP PERUSAHAAN DI INDUSTRI GENTENG JATIWANGI KECAMATAN JATIWANGI TAHUN 2010-2012 Berdasarkan Gambar 1.4 rata-rata laba per bulan setiap perusahaan genteng jatiwangi Kecamatan Jatiwangi mengalami penurunan, pada tahun 2012 hanya mencapai Rp. 20.782.153,- sedangkan pencapaian laba perusahaan setiap

10 bulannya pada tahun 2011 mencapai Rp. 21.323.391,- dan pada tahun 2010 mencapai Rp. 22.193.113,- setiap bulannya. Hal ini menunjukan keberhasilan usaha dalam hal pencapaian laba pada industri genteng di Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka mengalami penurunan. Menurut Rue dan Byars dalam Riyanti (2003:24), keberhasilan usaha dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan organisasi. Sebagian besar keberhasilan usaha sangat ditentukan oleh faktor wirausaha. Keberhasilan usaha dapat dinilai ketika suatu perusahaan berhasil mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan organisasi. Tujuan perusahaan salah satunya adalah dengan peningkatan produktivitas usaha. Kemampuan wirausaha untuk meningkatkan produktivitas usaha untuk mencapai keberhasilan tidak lepas dari kompetensi atau kemampuan yang mereka miliki. Menurut Zimmerer yang dikutip oleh Tunchalong Rungwitoo (2012:247) menyatakan bahwa: Entrepreneurs should posses the knowledge with respect to these six guidelines: (1) knowing the business in depth,(2) developing a solid business plan, (3) managing financial resources, (4) understanding financial statement, (5) learning to manage people effectively, (6) monitoring constantly. seorang wirausaha harus memiliki 6 kompetensi yaitu: (1) mengetahui bisnis, (2) membuat rencana bisnis, (3) mengendalikan keuangan perusahaan, (4) memahami pengelolaan keuangan, (5) mengetahui cara mengorganisasikan manajemen sumber daya manusia, (6) mampu mengontrol perusahaan. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas menunjukan suatu hambatan dalam mencapai keberhasilan usaha yaitu menurunnya tenaga kerja, menurunnya jumlah produksi, dan menurunnya nilai produksi pada industri. Kompetensi kewirausahaan berkaitan erat dengan kemampuan wirausaha mempertahankan

11 usahanya untuk mencapai keberhasilan. Untuk mencapai keberhasilan usaha para pengusaha genteng jatiwangi harus menerapkan kompetensi-kompetensi kewirausahaan yang ada. Berdasarkan data-data dan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang usaha untuk meningkatkan keberhasilan usaha pada industri genteng jatiwangi. Banyak sekali yang dapat dijadikan pendorong peningkatan keberhasilan pada sentra industri, namun dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas mengenai Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan terhadap Keberhasilan Usaha Disini penulis mencoba meneliti apakah benar kompetensi kewirausahaan dapat berpengaruh pada keberhasilan usaha pada perusahaan genteng di Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. 1.2 Identifikasi Masalah Sektor industri selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha baik di sektor tradisional maupun modern. Kabupaten Majalengka merupakan penghasil genteng dari tanah liat terbesar di Indonesia. Jumlah perusahaan penghasil genteng dari tanah liat di Kabupaten Majalengka sebanyak 384 unit usaha pada tahun 2012 atau sebesar 63,68% dari seluruh perusahaan genteng dari tanah liat yang berada di Indonesia. Kecamatan Jatiwangi merupakan kecamatan yang dikenal sebagai sentra industri genteng dengan 254 unit usaha. Perkembangan industri genteng di Kecamatan

12 Jatiwangi didukung oleh tersedianya bahan baku tanah liat yang ada di sekitar wilayah Kecamatan Jatiwangi. Keberhasilan usaha dari industri genteng Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka mengalami penurunan pada tahun 2012. Hal ini dapat terlihat dari menurunnya tenaga dibandingkan tahun 2011, penurunan jumlah tenaga kerja tersebut dapat terlihat dari jumlah tenaga kerja yang terserap pada tahun 2012 menjadi 8988 tenaga kerja dibandingkan tahun 2011 yaitu sebanyak 9.053 tenaga kerja yang terserap. Selain kemampuan menyerap tenaga kerja yang menurun, jumlah produksi pada tahun 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 84.473.000 dibandingkan tahun 2011 sebanyak 85.060.000 unit genteng. Selain tenaga kerja dan jumlah produksi yang menurun, nilai produksi industri genteng Kecamatan Jatiwangi kembali mengalami penurunan pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011. Hal ini menunjukan keberhasilan usaha pada industri genteng di Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka mengalami penurunan. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, pengusaha di industri genteng jatiwangi Kabupaten Majalengka perlu memiliki kompetensi kewirausahaan yang dapat mendukung ke arah kesuksesan sehingga keberhasilan usaha dapat tercapai secara maksimal. Maka yang menjadi masalah penelitian ini diidentifikasikan masalah ke dalam tema sentral adalah: Industri genteng jatiwangi Kecamatan Jatiwangi merupakan industri unggulan yang memiliki peranan penting terhadap pendapatan daerah Kabupaten Majalengka. Keberhasilan usaha pada industri genteng jatiwangi Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka mengalami penurunan yang ditandai dengan penurunan jumlah tenaga kerja, penurunan citra baik perusahaan, penurunan

13 produktivitas dan penurunan laba perusahaan. Sebagai upaya untuk mencapai keberhasilan usaha pengusaha di industri genteng jatiwangi Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka diperlukan perbaikan pada kompetensi kewirausahaan yang ada pada pengusaha di industri genteng jatiwangi Kecamatan Jatiwangi Kabuaten Majalengka. Maka perlu diadakan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi kewirausahaan dalam kaitannya mencapai keberhasilan usaha. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah untuk diteliti sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kompetensi kewirausahaan pada pengusaha di industri genteng jatiwangi Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka 2. Bagaimana gambaran keberhasilan usaha pada pengusaha di industri genteng jatiwangi Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka 3. Bagaimana pengaruh kompetensi kewirausahaan terhadap pencapaian keberhasilan usaha pada pengusaha di industri genteng jatiwangi Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan data dan informasi yang berhubungan dengan kompetensi kewirausahaan pada pengusaha terhadap keberhasilan usaha pada pengusaha di industri genteng jatiwangi Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka dengan tujuan untuk memperoleh temuan mengenai: 1. Untuk mengetahui gambaran kompetensi kewirausahaan pada pengusaha di industri genteng jatiwangi Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka

14 2. Untuk mengetahui gambaran keberhasilan usaha pada industri genteng jatiwangi Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kompetensi kewirausahaan terhadap pencapaian keberhasilan usaha pada industri genteng jatiwangi Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu Ekonomi, khususnya pada bidang kewirausahaan. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan dalam aspek praktis (guna laksana) yaitu sumbangan pemikiran bagi para pengusaha di industri genteng jatiwangi Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka dalam peningkatan keberhasilan usaha. 3. Hasil penelitian ini diharapkan juga sebagai informasi atau acuan dan sekaligus untuk memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang keberhasilan usaha, karena masih banyak faktor-faktor pendorong lainnya dalam pencapaian keberhasilan usaha.