ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN SIANJUR MULA- MULA KABUPATEN SAMOSIR Gunawan Sagala 1 Alumnus S1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate Medan, 20211 Indonesia Email: gunawansagalaunimed@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat erosi tanah di Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Wilayah di Kecamatan Sianjur Mula-Mula. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, studi dokumenter dan teknik pengukuran yaitu teknik deskriptif. Penentuan erosi tahunan dilakukan dengan metode USLE digunakan parameter antara lain: faktor-faktor erosivitas hujan (R), faktor erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan kecuraman lereng (LS) dan faktor pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi (CP). Hasil penelitian menunjukkan nilai tingkat erosi normal ditemukan pada jenis penutupan lahan hutan primer sebesar 0.13 Ton/ha/thn. 53,74 ton/ha/thn dan 45,72 ton/ha/thn dengan penutupan lahan tegalan dan hutan sekunder, 283,30 ton/ha/thn (berat) dengan penutupan lahan kebun campur serta 578,60 ton/ha/thn (sangat berat) dengan penutupan lahan padang rumput. Kata kunci: Tingkat Erosi Tanah PENDAHULUAN Tanah dan air merupakan sumberdaya alam utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan sumberdaya alam tersebut akan meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk yang terus bertambah, sedangkan persediaan sumberdaya alam semakin terbatas. Keadaan dua hal yang saling bertentangan tersebut akan meningkatkan tekanan manusia atas sumberdaya alam secara berlebihan dan cenderung merusak, sehingga akan menurunkan kualitas sumberdaya alam yang ada. Untuk mengatasi kualitas sumberdaya alam yang semakin menurun maka dibutuhkan adanya tindakan-tindakan guna mencegah aktifnya faktor-faktor penyebab kerusakan tanah. Geomorfologi dalam terapannya menekankan pada studi bagaimana merencanakan tataguna lahan yang baik dalam arti menyesuaikan penggunaan lahan sesuai dengan kemampuannya (Verstappen,1983 dalam Tri Wibowo, 2005). Untuk mencapai sasaran tersebut dapat dilakukan dengan pencegahan erosi, pengelolaan lahan kritis dan peningkatan teknik konservasi tanah. Erosi pada tanah dapat terjadi secara alami dan masih boleh ditoleransi yang sering disebut dengan erosi terbolehkan. Dikatakan erosi terbolehkan atau masih boleh ditolerasi karena Pengikisan yang terjadi pada tanah masih seimbang dengan pembantukkan tanah yang terjadi, sehingga erosi ini tidak mengakibatkan dampak yang besar bagi manusia dan lingkungan dan kemungkinannya hanya kecil. Yang terjadi masalah besar adalah erosi yang terjasi akibat aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk dan pengelolaan yang tidak terkordinir dengan baik. Sehingga tanpa kita sadari setiap hari sedikit demi sedikit terjadi erosi yang berakibat fatal bagi manusia itu sendiri. Erosi ini sering juga dikatakan dengan erosi dipercepat karena 89
pengikisan yang terjadi lebih besar daripada pembentukan tanah yang terjadi Erosi tanah merupakan salah satu proses geomorfologi yang terdiri dari dua fase, yaitu : fase penguraian dan fase pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi seperti air dan angin (Arsyad, 2006). Menurut bentuknya, erosi dapat dibedakan menjadi erosi percik, erosi lembar, erosi alur, erosi parit dan erosi tebing sungai. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi erosi adalah iklim, topografi, vegetasi, tanah dan manusia. Ananto (1987) menyimpulkan bahwa erosi percik adalah erosi hasil dari percikan/ benturan air hujan secara langsung pada partikel tanah dalam keadaan basah. Erosi lembar merupakan erosi akibat terlepasnya tanah dari lereng dengan tebal lapisan yang tipis. Erosi alur adalah erosi akibat pengikisan tanah oleh aliran air yang membentuk parit atau saluran kecil, dimana pada bagian tersebut telah terjadi konsentrasi aliran air hujan di permukaan tanah. Erosi parit adalah kelanjutan dari erosi alur, yaitu terjadi bila alur-alur semakin lebar dan dalam yang dapat mencapai 1 sampai 2,5 m atau lebih. Erosi tebing sungai adalah erosi yang terjadi akibat dari terkikisnya permukaan tanggul sungai dan gerusan sedimen di sepanjang dasar saluran. Suripin (2004) mengemukakan bahwa, erosi tanah terjadi melalui tiga tahap, yaitu tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah dan tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin. Pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak lagi cukup untuk mengangkut partikel, maka akan terjadi tahap yang ketiga yaitu pengendapan. Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan partikel tanah. Pada saat butiran air hujan mengenai permukaan tanah yang gundul, partikel tanah dapat terlepas dan terlempar sampai beberapa centimeter ke udara. Pada lahan datar partikel-partikel tanah tersebar lebih-kurang merata ke segala arah, tapi untuk lahan miring terjadi dominasi ke arah bawah searah lereng. Partikel-partikel tanah yang 90 terlepas ini akan menyumbat pori-pori tanah sehingga akan menurunkan kapasitas dan laju infiltrasi. Pada kondisi dimana intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi genangan air di permukaan tanah, yang kemudian akan menjadi aliran permukaan. Aliran permukaan ini menyediakan energi untuk mengangkut partikel-partikel yang terlepas baik oleh percikan air hujan maupun oleh adanya aliran permukaan itu sendiri. Pada saat energi/aliran permukaan menurun dan tidak mampu lagi mengangkut partikel tanah yang terlepas, maka partikel tanah tersebut akan diendapkan (Suripin, 2004). Secara deskriptif, Arsyad (1989) menyatakan erosi merupakan akibat interaksi dari faktor iklim, tanah, topografi, vegetasi dan aktifitas manusia terhadap sumber daya alam. Erosi dipercepat (acceleration erotion) adalah erosi yang diakibatkan oleh kegiatan manusia yang menggangu keseimbangan alam. Jumlah tanah yang tererosi lebih banyak dari pada tanah yang terbentuk. Erosi ini berjalan sangat cepat sehingga tanah di permukaan (top soil) menjadi hilang. Metode yang umum digunakan untuk menghitung laju erosi adalah metode Universal Soil Loss Equation (USLE). Adapun Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui tingkat erosi tanah di daerah penelitian. Faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah hujan, suhu udara, dan angin. Di daerah tropika, faktor iklim yang terpenting yang menetukan besarnya tanah tererosi adalah hujan. Hujan merupakan salah satu faktor penentu yang berada di luar jangkauan manusia untuk mengubahnya. Karakteristik hujan yang mempengaruhi erosi adalah intensitas hujan, lama hujan, total curah hujan, energy kinetik hujan, ukuran butir, kecepatan, dan bentuk jatuhnya hujan serta distribusi hujan (Hardjoamidjojo dan Sukartaatmadja, 2008). Sifat - sifat fisik tanah yang penting yang berpengaruh terhadap erosi adalah kepekaan tanah terhadap erosi yang dikenal
sebagai erodibilitas tanah. makin besar nilai erodibilitas suatu tanah makin peka tanah tersebut terhadap erosi (Hardjoamidjojo dan Sukartaatmadja, 2008). Arsyad (2006) menyatakan bahwa sifat - sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah (a) tekstur, (b) struktur, (c) bahan organik, (d) kedalaman, (e) sifat lapisan tanah, dan (f) tingkat kesuburan tanah. Tekstur adalah ukuran butir dan proporsi kelompok ukuran butir butir primer bagian mineral tanah. Tanah - tanah bertekstur kasar seperti pasir dan pasir kerikil mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi, dan jika tanah tersebut memiliki profil yang dalam, maka erosi dapat diabaikan. Tanah bertekstur pasir halus juga memiliki kapasitas infiltrasi cukup tinggi, akan tetapi jika terjadi aliran permukaan maka butir - butir halus akan mudah terangkut (Arsyad, 2006). Sementara itu, tanah - tanah yang mempunyai struktur mantap terhadap pengaruh air, memiliki permeabilitas, dan drainase yang sempurna tidak mudah didispersikan oleh air hujan. Permeabilitas tanah dapat menghilangkan daya air untuk mengerosi permukaan tanah, sedangkan drainase mempengaruhi baik buruknya pertukaran udara dan selanjutnya akan mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dalam tanah, juga perakaran tanaman (Suripin, 2004). Bahan organik berupa daun, ranting, dan sebagainya yang belum hancur yang menutupi permukaan tanah, merupakan pelindung tanah terhadap kekuatan perusak butiran hujan yang jatuh. Bahan organik tersebut juga menghambat kecepatan aliran permukaan sehingga mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak. Selain itu, bahan organik juga meningkatkan infiltrasi dan memantapkan agregat tanah (Arsyad, 2006). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sianjur Mula-mula Kabupaten Samosir. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah di Kecamatan Sianjur Mula-mula. Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi yang bersangkutan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Kecamatan Sianjur Mula- Mula. Pengambilan sampel di lapangan dengan menggunakan metode stratified sampling dengan strata satuan lahan. Jumlah sampel diambil disesuaikan dengan banyaknya jenis satuan lahan yang ada di daerah penelitian. Tetapi dalam erobilitas tanah, sampel tanah yang diambil tidak berdasarkan atas satuan lahan yang ada pengambilannya dilakukan pada lahan berdasarkan kelas kemampuan lahan. Pengumpulan data dilakukan dengan 1.Teknik observasi yakni studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena dan gejala-gejala dengan cara pengamatan dan pencatatan. pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data tutupan oleh tumbuhan dan tanaman. 2. Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik berupa gambar tutupan lahan, peta dan curah hujan. 3.Teknik Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengukuran kemiringan lereng, panjang lereng dengan menggunakan abney level, pengukuran panjang lereng menggunakan meteran gulung dan tali nilon. Analisis data dilakukan terhadap bentuk konservasi (yang tercermin dari indek faktor pengelolaan tanaman dan lahannya) pengaruhnya terhadap tingkat erosi tanah. Analisa pengaruh bentuk konservasi tanah terhadap tingkat erosi tanah ditentukan dengan analisa serta pengumpulan data-data setelah materi ditentukan, selanjutnya pengumpulan datadata yang diperlukan. Data tersebut meliputi: data hujan, erodibilitas tanah, peta tutupan lahan dan peta lereng. Data tersebut kemudian di masukan ke rumus USLE. Data curah hujan yang dipakai data curah hujan bulanan selama 5 tahun terakhir. 91
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kecamatan Sianjur Mula-Mula salah satu kecamatan dari 9 kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir. Jumlah penduduknya 10.199 jiwa dengan luas wilayah 140,24 Km2 atau 14.024 ha. Secara administratif Kecamatan Sianjur Mula-Mula berbatasan dengan : Sebelah Utara: berbatasan Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi Sebelah Selatan: berbatasan Kecamatan Harian Sebelah Barat: berbatasan Kecamatan Harian dan Kabupaten Dairi Sebelah Timur: berbatasan Kecamatan Pangururan Berdasarkan topografinya secara umum Kecamatan Sianjur Mula-Mula berada di ketinggian 904 m -1800 m diatas permukaan laut. Keadaan iklim di Kecamatan Sianjur Mula-Mula pada umumnya di pengaruhi keadaan topografinya, sehingga menyebabkan daerah ini beriklim tropis basah dengan suhu berkisar 170C 290C dan rata-rata kelembaban udara 85.04%. Curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan Oktober dengan 3521 mm dengan jumlah hari hujan 21 hari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari yaitu sekitar 789 mm, dengan jumlah hari hujan 20 hari. (kantor camat Sianjur Mula-Mula, 2012). Data yang diperoleh untuk penelitian ini bersumber dari instansi yang berhubungan dengan penelitian, yaitu dari kantor Kecamatan, Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian dan Perkebunan, Badan Pusat Statistik, BMKG samosir. Data yang dikumpulkan berupa data curah hujan, kemiringan lereng, pengelolaan tanaman, konservasi tanah dan analisis sampel tanah yang terdapat di Kecamatan Sianjur Mula- Mula data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Aliran air yang terakumulasi pada suatu tempat akan menimbulkan tingginya tingkat erosi di daerah tempat terakumulasi air tersebut. Menurut Arsyad (2006) air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng yang menyebabkan jumlah dan kecepatan air akan lebih besar di bagian bawah lerang, hal ini mengakibatkan erosi yang terjadi akan lebih besar di bagian bawah lereng dari pada bagian atas. Secara umum erosi yang terjadi erosi alur, erosi tebing sungai, longsor dan erosi lembar. Di sepanjang kawasan hutan lindung di daerah Kecamatan Sianjur Mula-Mula terutama yang berada yang kemiringannya lereng terjal, banyak ditemukan praktek penanaman kopi di bawah tegakan tusam yang telah masuk kawasan hutan. Tanaman Tegalan hingga jarak 20 meter ke dalam kawasan dengan perjanjian tertentu dengan pihak Dinas Kehutanan untuk menjaga dan mengurangi erosi tanah pada hutan yang berada di atasnya. Cukup mampu mengurangi gangguan hutan, dimana terdapat indikator kepedulian masyarakat secara tidak langsung menjaga hutan dengan menjaga Tanaman Tegalan di sekitar hutan dari penjalaran kebakaran lahan di bawahnya. Kemiringan lereng merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam penentuan titik sampel yang diteliti, semakin besar kemiringan lereng suatu daerah maka akan menyebabkan aliran permukaan semakin besar pula sehingga pengharkatan daerah-daerah yang memiliki kemiringan lereng yang tinggi juga akan semakin besar. Kecamatan Sianjur Mula- Mula memiliki kemiringan lereng yang bervariasi, mulai dari kemiringan lereng yang datar sampai kemiringan lereng yang sangat curam, diantara nya kemiringan lereng kelas I,II,III,IV,dan V. kemiringan lereng terluas di Kecamatan Sianjur Mula- Mula berada pada lereng kelas V (>30-45%), yaitu seluas7219,55 ha (51,48%) dari luas Kecamatan Sianjur Mula-Mula, hanya 3926,72 ha (28,00%) dari luas Kecamatan Sianjur Mula-Mula berupa kelas I (0-3%). Bentuk penutupan lahan pada Kecamatan Sianjur Mula-Mula adalah hutan primer, hutan sekunder, ladang/tegalan/kebun dan rumput. Hutan alam/primer yang terdapat di kecamatan Sianjur Mula-Mula sebagian besar berada dalam kawasan lindungan yang telah ditata batas-batanya dan sebagian lagi sebagai hutan produksi terbatas. Lahan rumput ataupun semak belukar terdapat pada 92
lereng terjal berbatu atau areal yang relatif datar diusahakan tempat penggembalaan ternak secara semi insentif, tetapi sebagian masyarakat Kecamatan Sianjur Mula-Mula memanfaatknya untuk perkebunan dan tegalan. Bentuk Kelas kemiringan lereng dan Penggunaan lahan di Kecamatan Sianjur Mula-Mula meliputi kelas I merupakan dataran yang relatif rata hingga landai dengan penutupan lahan hutan primer (IHp), kelas II dengan yang relatif landai, berombak dengan penutupan lahan tegalan (IITc), kelas III dengan yang relatif bergelombang dengan penutupan lahan hutan primer (IIIHp), kelas IV dataran yang relatif miring dengan penutupan lahan Ladang/tegal/kebun atau penggunaan lahan yang dominan adalah kebun campur (IVK) dan kelas V dataran yang relatif agak curam dengan penutupan lahan padang rumput (VR). Erosivitas Hujan merupakan kemampuan hujan untuk mengerosi tanah. Semakin tinggi nilai erosivitas hujan suatu daerah, semakin besar pula kemungkinan erosi yang terjadi pada daerah tersebut. Data curah hujan yang diperlukan adalah curah hujan bulanan, jumlah hari hujan dalam satu bulan, dan jumlah curah hujan maksimum dalam bulan tersebut. Erosivitas hujan bulanan dihitung dengan rumus Bols (1978) sebagai berikut : Rm = 6,119 (Rainm)1,21 x (Daysm)0,47 x (max.rainm)0,53 Dimana Rm adalah indeks erosivitas hujan bulanan, Rainm adalah curah hujan rata-rata bulanan dalam cm, daysm adalah jumlah hari hujan rata-rata dalam satu bulan, dan max.rainm adalah rata-rata curah hujan maksimum dalam bulan tersebut dalam cm. Erosivitas tahunan yang digunakan dalam perhitungan erosi diperoleh dari penjumlahan erosivitas bulanan. Faktor erosivitas hujan merupakan faktor alam yang menjadi pemacu terjadinya erosi tanah. Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai erosivitas hujan bulanan yang terbesar adalah 269,21 mm/ton/ha yaitu terjadi pada bulan November dan indeks erositas terrendah 27,11 mm/ton/ha pada bulan juni. Besarnya curah hujan akan menentukan kekuatan/ daya perusak hujan terhadap tanah. Dari hasil yang didapat, nilai erosivitas bulanan selama setahun adalah 1859,51 mm/ton/ha. Nilai erodibilitas tanah (K) diperoleh dengan pendekatan menurut jenis tanahnya. Berdasarkan jenis tanahnya, di kecamatan Sianjur Mula-Mula mempunyai nilai erodibilitas yang berkisar antara 0,06-0,39 atau berkisar kelas erodibilitas sangat rendah hingga agak tinggi. dimana erodibilitas adalah (0,00 0,10) yaitu unit lahan IHp nilai K 0,10 seluas 3926,72 ha (28,00 %), IIIHs nilai K 0,06 seluas 1301 ha (9,28 %) dan VR nilai K 0,07 seluas 7219,55 ha (51,48 %) serta erodibilitas agak tinggi (0,33 0,43) yaitu kelas IITc nilai K 0,39 seluas 570,78 ha (4,07%). Erodibilitas merupakan kepekaan tanah terhadap daya menghancurkan dan penghanyutan oleh air hujan. Tanah yang erodibilitasnya tinggi akan rentan terkena erosi, bila dibandingkan dengan tanah yang erodibilitasnya rendah. Berdasarkan persamaan USLE bahwa makin curam lereng akan memperbesar erosi. Sesuai dengan pernyataan Sinukaban (1986) menyebutkan bahwa selain memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan yang dengan demikian memperbesar energi angkut air. Dengan makin curamnya lereng, jumlah butir-butir tanah terpercik ke atas oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Jika lereng permukaan dua kali lebih curam, banyaknya erosi 2 sampai 2,5 kali lebih besar. Kelas kemiringan lereng yang paling mendominasi di Kecamatan Sianjur Mula- Mula adalah kelas kelerengan IIIHs dan IVK dengan persen kemiringan 8 30 % (landai, bergelombang) yang menurut Dephut (1998). Erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang. Apabila lereng makin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat 93
sehingga kekuatan mengangkut meningkat pula. Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume tanah yang terangkut oleh air akan menjadi semakin besar. Dephut (1998) menyatakan bahwa peta lereng yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan nilai LS di setiap satuan lahan, memberikan informasi lereng yang terlalu umum untuk digunakan dalam rumus pendugaan laju erosi dengan metode USLE, terutama jika informasi tersebut dihitung dari informasi kontur. Maka untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, penentuan nilai LS harus dilakukan dengan penghitungan langsung ke lapangan, baik panjang rata-rata dan nilai kemiringan lereng. Selain mengurangi air hujan yang langsung jatuh kepermukaan tanah, vegetasi juga berperan dalam penyerapan air kedalam tanah yang diperkuat oleh transpirasi (penguapan). Penutupan lahan yang paling efektif dalam pencegahan erosi adalah hutan. Penggunaan lahan pada Kecamatan Sianjur Mula-Mula terdiri dari Tegalan, kebun campur, hutan primer, sekunder,dan padang rumput. Nilai Faktor Vegetasi Penutup Tanah dan Pengelolaan Tanaman (C) pada Kecamatan Sianjur Mula- Mula diperoleh dari tabel nilai C pada penelitian-penelitian dilapangan dan sebelumnya dimana nilai tertinggi 0.50 dengan jenis tanamanya Kebun Campur dan nilai terendah adalah hutan primer yaitu 0,001. Tingkat erosi yang terjadi sebagai akibat dari pengaruh aktivitas pengelolaan dan konservasi tanah (P) bervariasi terutama tergantung pada kemiringan lereng. Pada wilayah Kecamatan Sianjur Mula-Mula nilai P dilakukan pada masing-masing sampel di lapangan diantaranya pada kelas kemiringan lereng kelas IHp sampai dengan kelas VR. Nilai faktor P didasarkan atas besarnya kemiringan pada masing-masing penggunaan lahan. Wilayah hutan primer memiliki nilai P sebesar 1.00. Wilayah tegalan memiliki nilai P sebesar 0,15. Wilayah hutan primer memiliki nilai P sebesar 1,00 pada wilayah ini terdapat tindakan konservasi tanah dengan menggunakan teras dan berada pada 0% - 15%. Sedangkan untuk kemiringan 15% - 45 dimana nilai P untuk kebun campur sebesar 0,35 dan nilai P untuk padang rumput sebesar 1.00. Beberapa penggunaan unit lahan saat ini sebagai kebun campuran dan tegalan dengan kerapatan rendah sehingga memiliki nilai P 0,35 Perhitungan tingkat erosi tanah dengan menggunakan prediksi USLE semua faktor yang mempengaruhi erosi yaitu erosivitas hujan, erodibilitas tanah, topografi, tanaman dan teknik konservasi diuraikan secara terpisah maka deketahui bahwa 28,00 % daerah Kecamatan Sianjur Mula- Mula tingkat erosi tanahnya normal, ringan (13,99%), berat (7,17 %) dan sangat berat (51,48%). Keadaan ini dapat berpotensi terjadinya penurunan tingkat produktifitas sumberdaya alam yang terdapat pada di Kecamatan Sianjur Mula-Mula semakin besar. Sedangkan total luas Kecamatan Sianjur Mula-Mula yang masih berada di bawah batas erosi yang masih dapat ditoleransi dengan kelas tingkat erosi sangat ringan yaitu seluas 3061,80 ha (27.48 %). Sedangkan tingkat erosi tanah yang ringan adalah 1872,21 ha(13,99%) dan tingkat erosi yang tinggi adalah 8224,98 ha(58,65%). Tingkat bahaya erosi dapat diartikan perbandingan dalam % antara tebal lapisan hilang oleh proses erosi, Prediksi laju erosi menggunakan model USLE dilakukan dengan cara mengelompokkan faktorfaktor erosi yang mempengaruhi laju erosi ke dalam enam perubah, yang nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara numerik. Persamaan tersebut adalah A = RKLSCP, dengan R (erosivitas), K (erodibilitas tanah), L (panjang lereng), S (kemiringan lereng), C (pengelolaan tanaman), dan P (pengelolaan lahan). Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan jumlah erosi permukaan dalam (Ton/Ha/Th) maka nilai Jumlah erosi permukaan yang tinggi A = 578.60 ton/ha/th. Dari keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh pada Tabel 5.8 maka diketahui nilai erosi yang tertinggi yaitu pada tipe penggunaan Lahan semak 94
belukar dengan kemiringan lereng 30-45 % dengan nilai 578,60 ton/ha/tahun (VR), hal ini disebabkan oleh kemiringan lereng yang cukup curam dan juga disebabkan oleh nilai Konservasi Tanah dan Pengelolaan. Nilai erosi yang terkecil yaitu 0,13 ton/ha/tahun (IHp) dengan tipe penggunaan hutan primer, hal ini selain dikarenakan tipe penggunaan lahannya, juga karena datar dan belum tersentuh oleh tangan manusia. Secara umum 51.48 % luas Kecamatan Sianjur Mula-Mula tingkat erosinya sangat berat yaitu pada penggunaan lahan padang rumput, berat (7,17 %), ringan (13,99%) dan erosi normal sebanyak 28.00 %, Sebaran tingkat erosi yang terjadi di Kecamatan Sianjur Mula-Mula Konsep penanganan erosi dengan skala prioritas untuk Kecamatan Sianjur Mula- Mula sangat diperlukan dan harus didahului penanganannya dengan evaluasi dan indentifikasi dari unit-unit lahan maupun kawasan yang paling rawan dan sangat rentan terjadinya erosi. Ketersediaan dana, sumber daya manusia, sarana pendukung, kebijakan pemerintah, maupun partisipasi segala lapisan masyarakat dan organisasi non pemerintah sangat diharapkan dalam menciptakan suatu program penanganan danpengelolaan terpadu terhadap bahaya erosi.hal lain yang perlu diperhatikan kembali yaitu tentang aspek tata ruang dan konservasi lahan terhadap pengelolaan kebun dan padang rumput. Tindakan konservasi dan pengelolaan tanaman yang benar harus dilaksanakan secara cermat dan berkesinambungan, karena masih terdapat beberapa kawasan rawan erosi dan jenis tanaman yang belum sesuai peruntukkannya dengan kondisi lahan maupun kawasan yang dikelola. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini ditarik kesimpulan bahwa 1) Tingkat Erosi tanah yang di hasilkan pada berbagai jenis penutupan lahan berbeda-beda. Dimana tingkat erosinya sangat berat (51,48 %) dengan penutupan lahan padang rumput yaitu dengan kemiringan lereng agak curam, 7,17 % tingkat erosinya berat dengan penutupan lahan kebun campur dengan kemiringan lereng miring, 13,99 % tingkat erosinya ringan dengan penutupan lahannya hutan sekunder dan tanaman tegalan dan 28,00% tingkat erosinya normal dengan kemiringa lereng datar. Terjadinya erosi tidak hanya dipengaruhi oleh curah hujan dan limpasan permukaan, tetapi juga di pengaruhi oleh vegetasi berupa rerumputan dimana rumputrumputan sangat efektif dalam pencegahan erosi. Indeks erosivitas hujan tahunan berdasarkan persamaan Bols (1978) bernilai 1859,51 mm/thn hujan. Berdasarkan indeks erosivitas hujan, kehilangan sedimen terbesar terjadi pada bulan November, dimana indeks erosivitasnya merupakan nilai tertinggi. Pada bulan Juni nilai erosivitasnya terendah, sehingga merupakan kehilangan sedimen yang terkecil. Nilai K pada lokasi penelitian bervariasi dari 0.06 (sangat rendah) sampai 0.10 (rendah). Nilai K rendah dijumpai pada lahan yang digunakan sebagai kebun campuran. Sedang nilai K tertinggi adalah 0.39 dijumpai pada lahan yang digunakan sebagai Tegalan. Kemiringan lereng berpengaruh lebih besar dibandingkan dengan panjang lereng dalam meningkatkan nilai LS. Adapun saran yang dapat direkomendasi dari penelitian ini adalah: 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan konsevasi yang akurat, penggunaan/penetapan nilai C dan nilai P sesuai dengan kondisi tempat penelitian. 2. Penerapan teknik konservasi yang baik pada lahan yang dianggap curam dengan menggunakan teknik penanaman menurut garis kontur membuat terasering serta pola tanam yang teratur. DAFTAR PUSTAKA Arsya sitanala.1989, Pengantar Ilmu Tanah. Bandung: IPB Bintarto,R. 1975. Pengantar Geografi Pembangunan. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat 95
Effendi, Supli.2006, Pengendalian Erosi Tanah. Jakarta: Bumi Aksara PU. Pengairan. 1996. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi, Proyek Pengembangan Teknik Sabo, Departemen PU- Dirjen Pengairan, Yogyakarta. Rahim, S.E. 2000. Pengendalaian Erosi Tanah dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Rusdianto, E. 2002. Pengendalian Erosi Tanah Sebagai Upaya Melestarikan Kemampuan Fungsi Lingkungan. Subagyo, K. 2003. Teknik Konservasi Tanah Secara Vegetatif, Balai Penelitian Tanah, Jakarta. Kusuma, Ananto. 1987, Konservasi Sumber Daya Tanah Dan Air, Sulawesi Tengah Manalu. 2007, Studi Tentang Pengelolaan Lahan Pertanian di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Malingreau. 1978, Pedoman Cara Memperoleh Citra Lansat Indonesia, Cibinong. Bakosurtanal Muljadi, D dan M.soepraptohardjo. 1975. Masalah ata Luas dan Penyebaran Tanah-Tanah Kritis Dalam Rangka Pengembangan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara Mulmulyani. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Bandung: Renaka Cipata Nurjayati.1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah: Fakultas Pertanian UNILA: Lampung Purwowiodo.1008. Mengenanl Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB, Bogor Seta K, S. Ir, 1987, Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Penerbit Kalam Mulia, Jakarta http://www.google.com/ Erosi tanah (diakses 2013) http://www.google.com/ Tingkat Bahaya Erosi Tanah (diakses 2013) http://www.google.com/ Hutan primer dan Hutan Sekunder (diakses 2013) Rahim, S. E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah: Dalam Rangka Pelestarian 96 Lingkungan Hidup. Bumi Aksara. Jakarta.