BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA MALANG KANTOR PERPUSTAKAAN UMUM DAN ARSIP KOTA MALANG

Nomor Induk Mahasiswa :. Jenis Kelamin :.

BAB IV PEMBAHASAN. merupakan layanan yang sangat penting dengan layanan-layanan yang ada di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memberikan kesimpulan sebagai berikut : prosedur pelayanan di UPTSA tergolong mudah sehingga kualitas

PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL. Kajian Indeks Kepuasan Pelanggan Perpustakaan BSN

Mengukur Kualitas Perpustakaan Sekolah Menggunakan :

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG

Persiapan Perpustakaan Sekolah dalam Menghadapi Akreditasi Perpustakaan 1. Oleh. Heri Abi Burachman Hakim, SIP 2

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PROFIL PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS WIDYATAMA : PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI BANDUNG

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI

LAPORAN HASIL SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PUSAT DI BKPM SEMESTER I TAHUN 2017

LAMPIRAN. Kuesioner Penelitian Analisis dan Perancangan Sistem Pemesanan Tiket Berbasis. Mobile. Jenis Kelamin (Pilih salah satu): Laki-laki Perempuan

SURVEI LAYANAN PERPUSTAKAAN STIE PERBANAS SURABAYA

*Coretlah jawaban yang anda anggap tidak perlu ** Beri tanda silang ( X ) pada jawaban anda pilih

PENGENALAN PERPUSTAKAAN MAHASISWA BARU TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM KANTOR PERPUSTAKAAN DAERAH SRAGEN

Pusat Penelitian Kimia LIPI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Hormat Saya, Penyusun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

Kuesioner INSTRUMEN PENILAIAN DALAM RANGKA LOMBA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/MADRASAH TINGKAT SLTA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2018

BAB 1 PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara, karena pendidikan dapat mengembangkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN Profil Perpustakaan Institut Manajemen Telkom

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perpustakaan Sekolah. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di sekolah

BAB IV GAMBARAN UMUM UPT PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Promosi Dan Minat Baca Terhadap Kunjungan Pemustaka Ke Perpustakaan SD SALMAN AL FARISI Bandung

IV. KOMPONEN SARANA DAN PRASARANA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Kuesioner Penelitian PERSEPSI SISWA TERHADAP LAYANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH: STUDI KASUS SMP NEGERI 3 MEDAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masyarakatluas sebagai saran pembelajaran sepanjang hayat tanpa

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat suatu organisasi yang menyediakan layanan-layanan dan

BAB III PELAKSANAAN MAGANG. Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta yang berada di JL. Tanggal : 25 Januari 2016 s/d 20 Maret 2016

PELAYANAN SIRKULASI DI PERPUSTAKAAN IPB. Oleh: Ir. Rita Komalasari

Perpustakaan umum kabupaten/kota

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

BAB III HASIL PENELITIAN

UPT PERPUSTAKAAN PROFIL SINGKAT VISI MISI

Perpustakaan umum kabupaten/kota

BUPATI TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGUNG,

Peran Pengelola Perpustakaan dalam Memberikan Pelayanan Bimbingan Pemakai di Universitas Ida Banjumi Wahab Palembang

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan

ANALISIS SISTEM ANTRIAN DI PT.KERETA API INDONESIA (KAI) STASIUN HALL BANDUNG

BAB III STUDI LAPANGAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. koleksi bahan pustaka secara sistematis dan digunakan oleh pemakai sebagai

PERPUSTAKAAN IPB MENUJU DIGITAL LIBRARY Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, M.Sc. 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DAN TATA TERTIB PERPUSTAKAAN

BAB IV ANALISIS RESPON SISWA TERHADAP FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DI SMP MUHAMMADIYAH 7 AMPELGADING

BAGIAN III PORTAL SUMBER-SUMBER INFORMASI ILMIAH

MEMANFAATKAN E-RESOURCES PERPUSTAKAAN NASIONAL

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

Technical Response. Direct of Goodness. Rank

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti perkembangan teknologi sesuai dengan perkembangan teknologi

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN PUSKESMAS KUSUMA BANGSA KOTA PEKALONGAN

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR : 040/871/ KPAD/ 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini

BUKU PROFIL. The garden of knowledge resources. UPT. PERPUSTAKAAN Tahun Universitas Internasional Batam

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas menjadikan setiap kegiatan harus terlaksana seefisien mungkin untuk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

*Coretlah jawaban yang anda anggap tidak perlu ** Beri tanda silang ( X ) pada jawaban anda pilih

RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PERPUSTAKAAN STKIP SILIWANGI TAHUN ANGGARAN 2016

(1). JADWAL PELAKSANAAN TRY OUT SMA/MA KOTA BOGOR (2). JADWAL PELAKSANAAN TRY OUT SMA/MA KABUPATEN BOGOR

MEMANFAATKAN E-RESOURCES PERPUSTAKAAN NASIONAL

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PEMANFAATAN SITUS WEB PERPUSTAKAAN USU UNTUK KEGIATAN AKADEMIK : STUDI KASUS PENGGUNA LAYANAN DIGITAL PERPUSTAKAAN USU

Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu permasalahan. Hasil penelitian tidak pernah dimaksudkan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan modernisasi pada sekarang ini jika ingin

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Masalah Mengenai Alasan Pemilihan Aplikasi Open Source

PROFIL PERPUSTAKAAN IPB

Variabel Indikator Nomor Item Jumlah Item

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Arikunto (2009, 234) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tidak

LAMPIRAN 1 : HASIL WAWANCARA

BAB III KEGIATAN PROMOSI DINAS PERPUSTAKAAN KOTA BINJAI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis kualitas..., Sofiyah Sauri, FIB UI, Universitas Indonesia

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

MEMBANGUN KONSORSIUM E-RESOURCES DI PERGURUAN TINGGI. Fppt Wilayah Jawa barat

Lampiran 1 GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PADANGSIDIMPUAN

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI (AIPT) Point (3) Dokumen yang mencakup empat dari hal berikut:

Kerangka Acuan Kerja Praktek

BAB III ANALISIS DATA DAN HASIL PEMBAHASAN. tahun 2017 dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2017 di Kantor Kecamatan

Kuesioner Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perpustakaan nasional, perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

43 BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA 4.1 PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian yang dilakukan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik (PHA). Metode PHA digunakan karena untuk mendapatkan faktor dan variabel prioritas dengan ranking tertinggi untuk masing-masing permasalahan yang ada. Permasalahan tersebut yaitu dari sisi kelembagaan, teknologi, sosial serta wilayah Pusteling. Tahapan PHA yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan Hierarki Hierarki adalah bagian dari tahapan PHA yang sangat penting, oleh karena penyusunan hierarki bertujuan untuk memberi penilaian/ pendapat secara sederhana. Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami menggunakan hierarki karena akan dipecah menjadi berbagai elemen yang menjadi elemenelemen pokoknya, kemudian menyusun elemen tersebut secara hierarki. 2. Penyusunan Kuesioner dan Penentuan Responden Kuesioner disusun berdasarkan struktur hierarki yang telah disusun terlebih dahulu dengan membendingkan masing-masing elemen secara berpasangpasangan. Data kuesioner dapat dijadikan sebagai data primer dalam analisa. Daftar kuesioner PHA yamg digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Menentukan responden yang dipilih dalam penelitian ini maka dibatasi kepada seluruh siswa Sekolah Menengah Umum (SMU)/ Kejuruan (SMK) pengguna Pusteling di wilayah Jakarta yang menjadi ruang lingkup/ wilayah tugas dari Pusteling. SMU/ SMK yang dipilih menjadi responden dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 13.

44 Tabel 13 Data Responden No. Nama Sekolah Tanggal Penyebaran Kuesioner Tk. I Tk. II Tk. III L P L P L P 1 SMU Negeri 77 Kamis, 17 Februari 2011 5 3 3 2 3 6 22 2 SMK Negeri 11 Jum'at, 18 Februari 2011 5 3 4 4 2 4 22 3 STM Poncol Senin, 21 Februari 2011 1 5 4 5 6 1 22 Total 4 SMU Budi Utomo (SMU Negeri 1) Selasa, 22 Februari 2011 2 2 0 3 3 1 11 5 SMK Negeri 27 Selasa, 22 Februari 2011 3 2 2 0 2 2 11 6 SMK Satya Bhakti I Rabu, 23 Februari 2011 1 1 2 3 1 3 11 7 SMK Satya Bhakti II Rabu, 23 Februari 2011 2 1 2 4 2 0 11 Jumlah 19 17 17 21 19 17 110 3. Perhitungan Hasil Kuesioner Data kuesioner yang didapat kemudian dihitung dengan menggunakan Metode PHA dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 3. Adapun hasil dari perhitungan tersebut didajikan dalam Tabel 14. Tabel 14 Hasil Pembobotan Global dan Parsial seluruh subkriteria No. Kriteria Subkriteria Bobot Bobot Rasio Global Parsial/ Lokal Konsistensi 1 Kelembagaan 0.293 0.2% a. Manajemen Pusteling 0.561 0.164 b. Petugas Pusteling 0.439 0.129 2 Teknologi Pusteling 0.248 0.1% a. Perangkat Keras 0.354 0.088 b. Perangkat Lunak 0.325 0.081 c. Perangkat Jaringan 0.320 0.079 3 Sosial 0.292 0.5% a. Kebutuhan Pemustaka 0.560 0.164 b. Kuantitas Pemustaka 0.440 0.128 4 Wilayah 0.167 0.1% a. Geografis Lokasi Pusteling 0.562 0.094 b. Cuaca/ Kondisi Alam 0.438 0.073 Perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa perhitungan dapat dikatakan konsisten dikarenakan telah memenuhi syarat yaitu rasio konsistensi tidak melebihi 0.10 atau 10%. Berikut merupakan gambaran persentase faktor-faktor

45 yang mempengaruhi keberhasilan layanan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) yang disajikan dalam Tabel 15 dan Tabel 16. Tabel 15 Persentase faktor yang mempengaruhi keberhasilan layanan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pusteling Bobot Lokal Persentase Kelembagaan: Manajemen Pusteling 0.164 16% Kelembagaan: Petugas Pusteling 0.129 13% Teknologi: Perangkat Keras 0.088 9% Teknologi: Perangkat Lunak 0.081 8% Teknologi: Perangkat Jaringan 0.079 8% Sosial: Kebutuhan Pemustaka 0.164 16% Sosial: Kuantitas Pemustaka 0.129 13% Wilayah: Geografis Lokasi Pusteling 0.094 9% Wilayah: Cuaca/ Kondisi Alam 0.073 7% Tabel 16 Pembobotan faktor yang mempengaruhi keberhasilan layanan Pusteling Pembobotan Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling Kriteria Penyusunan Wilayah: Cuaca/ Kondisi Alam 7% 16% Geografis Lokasi Pusteling 9% Manajemen Pusteling 16% Kriteria Penyusunan Kelembagaan: 29% Kuantitas Pemustaka 13% Petugas Pusteling 13% Perangkat Keras: 9% Kebutuhan Pemustaka 16% Kriteria Penyusunan Sosial: 29% Perangkat Jaringan: 8% Perangkat Lunak 8% Kriteria Penyusunan Teknologi Pusteling : 25%

46 4.2 ANALISIS Hasil perhitungan data kuesioner yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat 4 (empat) faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pusteling yaitu kriteria kelembagaan, kriteria sosial, kriteria teknologi dan kriteria wilayah. Setelah didapat pembobotan lokal untuk tiap kriteria, maka kini akan dibahas analisa dari masing-masing prioritas tersebut: 1. Kriteria Prioritas Utama faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pusteling Tabel 17 memperlihatkan hasil pembobotan kriteria prioritas utama faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan Pusteling. Tabel 17 Kriteria Utama yang Mempengaruhi Pusteling Kriteria Bobot Global Prioritas Kelembagaan 0.293 1 Teknologi Pusteling 0.248 3 Sosial 0.292 2 Wilayah 0.167 4 Di antara keempat prioritas kriteria utama yang mempengaruhi pusteling, kelembagaan memiliki prosentase terbesar karena ada sebanyak 29.3% dari bobot global. Kelembagaan artinya ditempatkan sebagai prioritas utama oleh responden dalam pembenahan Pusteling. Tempat kedua, ketiga dan keempat ditempati oleh kriteria sosial (29.2%) dan kriteria teknologi Pusteling (24.8%) dan kriteria wilayah (16.7%). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa kelembagaan harus didukung dengan sosial dan teknologi Pusteling yang baik, dengan demikian wilayah operasional Pusteling dapat berkembang lebih luas sehingga pemustaka yang dilayani semakin bertambah. 2. Analisis Kelembagaan Pada Tabel 18 memperlihatkan hasil pembobotan global subkriteria terhadap kriteria kelembagaan Pusteling.

47 Tabel 18 Subkriteria Kelembagaan Subkriteria Bobot Global Prioritas Manajemen Pusteling 0.164 5 Petugas Pusteling 0.129 7 Kelembagaan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan layanan Pusteling karena merupakan tempat pengadaan, pengawasan, serta pengelolaan yang mengatur pelayanan Pusteling. Subkriteria manajemen Pusteling memiliki bobot terbesar dalam hal kriteria kelembagaan yaitu 16%, hal ini dikarenakan manajemen yang saat ini diterapkan masih terdapat kelemahan. Berdasarkan masukan dari responden didapat kelemahan yang menonjol pada manajemen pusteling yaitu birokrasi, karena sebanyak 49 responden (45%) memilihnya, untuk kebijakan ada 39 responden (35%) yang memilih, sedangkan anggaran/ dana dipilih oleh 22 responden (20%) sebagai kelemahan yang harus segera dibenahi. Salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan layanan adalah regulasi yang efektif dan efisien. Regulasi seperti perubahan jadwal layanan kunjungan ke lokasi baru merupakan salah satu bentuk birokrasi yang panjang dan berbelit-belit sangatlah tidak efektif dan tidak efisien. Pihak manajemen yang tanggap akan permasalahan yang timbul selama proses pelaksanaan layanan Pusteling, akan sangat membantu proses keberhasilan dari layanan tersebut. Manajemen pusteling hendaknya dapat menberikan masukan kepada pihak lembaga penentu kebijakan agar dapat mengeluarkan kebijakan yang menunjang keberhasilan layanan Pusteling, hal tersebut dapat dilandasi dengan kebijakan yang berlaku secara nasional dan ditetapkan melalui perundang-undangan. Kebijakan nasional merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan operasioanal Perpustakaan Elektronik Keliling dalam merumuskan, menetapkan, mengadakan dan menyelenggarakan operasional. Kebijakan tersebut tercantum pada UU No. 43 Tahun 2007 pasal 22 ayat 3 yaitu: Perpustakaan untuk umum yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/ kota, kecamatan dan desa mengembangkan sistem layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

48 Didukung juga oleh No. 43 Tahun 2007 pasal 22 ayat 5 yaitu: Pemerintah, pemerintah provinsi dan atau kabupaten kota melaksanakan layanan perpustakaan keliling bagi daerah yang belum terjangkau oleh layanan perpustakaan menetap. Dukungan Undang-undang tersebut menjadi landasan diadakannya Perpustakaan Elektronik Keliling yang merupakan layanan perpustakaan keliling berbasis teknologi informasi dan komunikasi, dimana sasaran dari pengguna layanan ini difokuskan pada pelajar dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Kebijakan nasional dengan demikian merupakan payung dari terciptanya sistem dan peraturan yang sinkron serta pembiayaan operasional dan pemeliharaan bus Perpustakaan Elektronik Keliling. Subkriteria lain dari kelembagaan yaitu petugas Pusteling langsung yang menangani layanan Pusteling yang mendapat bobot sebanyak 13%. Petugas yang terjun langsung pada layanan Pusteling dapat dikatakan sebagai ujung tombak keberhasilan layanan Pusteling, hal tersebut dikarenakan apabila petugas yang dapat memenuhi kriteria pemenuhan kepuasan pemustaka maka hal tersebut juga menentukan tingkat keberhasilan layanan Pusteling. Berdasarkan masukan dari responden kualitas petugas mendapatkan 60% atau 66 responden, sedangkan kuantitas petugas dipilih oleh 42 orang responden (60%) sebagai kelemahan yang harus dibenahi. Kualitas petugas yang diharapkan yaitu ramah, mempunyai pengetahuan dasar tentang teknologi informasi, dan tepat dalam menentukan kata kunci (literasi informasi) untuk penelusuran bahan pustaka yang ada di OPAC terpasang Perpustakaan Nasional RI, sehingga mereka dapat melakukan proses penelusuran bahan pustaka non buku melalui layanan Pusteling dan sesampainya di Perpustakaan Nasional RI mereka dapat langsung menuju tempat peminjaman bahan pustaka. Informasi langganan E-resources yang dilanggan oleh Perpustakaan Nasional RI, antara lain seperti Pro-Quest, Gale, Westlaw International, Sage, Ingram, EBSCO serta Lembaran Negara dan Tambahan Lembaran Negara (sejak th. 1957 s/d 2006). 3. Analisis Sosial Tabel 19 memperlihatkan hasil pembobotan global subkriteria terhadap kriteria sosial dari Pusteling.

49 Tabel 19 Subkriteria Sosial Subkriteria Bobot Global Prioritas Kebutuhan Pemustaka 0.164 6 Kuantitas Pemustaka 0.129 8 Kondisi sosial merupakan faktor penentu dalam keberhasilan layanan Pusteling. Subkriteria sosial kebutuhan pemustaka menjadi point utama yang harus diperhatikan karena mendapat persentase sebanyak 16% sedangkan subkriteria kuantitas pemustaka mendapat persentase sebanyak 13%, oleh karena itu Pusteling perlu memenuhi kebutuhan pemustaka Pusteling, diantaranya perlu adanya penambahan koleksi digital yang dibawa oleh bus pusteling, maupun tampilan OPAC yang kelak mungkin dapat lebih baik dibandingkan dengan yang telah ada saat ini, contohnya yaitu dapat ditampilkannya sampul buku, ringkasan, atau mungkin dapat juga di lihat isi buku tersebut, sehingga dapat dibaca sama seperti koran terpasang, akan tetapi juga perlu dipikirkan mengenai pengamanan fasilitas tersebut, sehingga apabila ada yang ingin mengunduh untuk dicetak tidak diberikan secara gratis, akan tetapi dapat diterapkan sistem berbayar dengan demikian hal ini sesuai dengan Undang-undang hak cipta. Masukan yang didapat dari responden untuk subkriteria kebutuhan pemustaka diketahui bahwa prasarana Pusteling seperti laptop, AC, kursi berukuran kecil yang disediakan untuk pemustaka dipilih oleh 31 responden (28.2%). Tempat menunggu (antrian) diluar terkadang kurang nyaman dipilih sebanyak 27 responden (24.5%). Literasi informasi atau ketepatan kata kunci yang tepat yang disarankan oleh petugas dalam penelusuran dipilih sebanyak 24 responden (21.8%). Kecepatan atau waktu minimalis dalam proses menunggu hasil dari penelusuran dipilih sebanyak 16 responden (14.6%). Koleksi digital yang dibawa sesuai dengan permintaan pemesanan oleh pemustaka dipilih sebanyak 9 responden (8.2%). Perlu adanya seleksi (filter) dalam akses penelusuran internet untuk alasan pendidikan bagi pemustaka yang menggunakan layanan itu dipilih sebanyak 3 responden (2.7%). Subkriteria kuantitas pemustaka atau jumlah pemustaka pusteling dapat meningkat apabila layanan pusteling memperhatikan beberapa hal yaitu

50 pengadaan koleksi digital, tempat layanan pusteling, sikap petugas dalam memberikan layanan, dan ketepatan waktu pelayanan. Pengadaan koleksi pustaka dalam bentuk digital yang sesuai dengan kebutuhan pelajar dan tersusun baik dipilih oleh 37 responden (33.7%). Tempat, dalam hal ini bus layanan yang nyaman dipilih oleh 27 responden (24.5%). Petugas yang memberikan pelayanan yang efisien selain itu petugas dituntut untuk bersikap sopan, ramah dan komunikatif terhadap pemustaka layanan dipilih sebanyak 24 responden (21.8%). Waktu pelayanan yang diberikan sesuai dengan waktu tunggu selama menanti giliran atau antrian dipilih sebanyak 22 responden (20%). 4. Analisis Teknologi Pusteling Tabel 20 memperlihatkan hasil pembobotan global subkriteria terhadap kriteria teknologi Pusteling. Tabel 20 Subkriteria Teknologi Pusteling Subkriteria Bobot Global Prioritas Perangkat Keras 0.088 10 Perangkat Lunak 0.081 11 Perangkat Jaringan 0.079 12 Perangkat keras merupakan subkriteria teknologi Pusteling yang disegerakan untuk dilakukan perbaikan dengan mendapatkan bobot global sebesar 9%. Berdasarkan masukan dari responden diketahui sebanyak 67 responden (61%) menyatakan perlunya penambahan jumlah bus pusteling dan penambahan jumlah notebook karena masih kurang mencukupi mengingat banyaknya jumlah pemustaka yang harus dilayani. Perangkat lunak dan perangkat jaringan masingmasing mendapat sebanyak 8%. Perbaikan untuk perangkat lunak berdasarkan masukan dari responden mendapat prioritas dari 43 responden (39%) diantaranya yaitu dengan cara di-up grade dengan memakai versi yang terbaru dikarenakan perkembangan di bidang teknologi terutama perangkat lunaknya yang begitu cepat mengalami kemajuan. Contoh dalam hal ini yaitu ketika suatu saat seorang siswa ingin mengunduh sebuah berkas dalam bentuk PDF, siswa tersebut tidak akan dapat membuka

51 berkas tersebut dikarenakan perangkat lunak yang terdapat pada laptop Pusteling saat ini masih menggunakan perangkat lunak Adobe versi lama. Pemilihan bus Pusteling pada awal yang berupa truk atau bus dengan roda enam perkembangan dimaksudkan agar dapat menampung segala peralatan elektronik yang ada seperti notebook, server, LCD Projector dan Generator Set di samping agar bus dapat bergerak dengan bebas. Tampilan gambar bus Pusteling menurut laporan spesifikasi kendaraan pusteling (Astra International; 2009) ada pada Gambar 6 dan Gambar 7 berikut: Gambar 6 Tampilan Pusteling Sebelum Pengecatan Striping. Gambar 7 Tampilan Pusteling dengan Striping Luar.

52 Sesuai fungsinya sebagai perluasan pelayanan kepada masyarakat diluar jangkauan perpustakaan menetap, Perpustakaan Elektronik Keliling ini dikelola oleh Unit Perpustakaan Elektronik Keliling dan berada di bawah Bidang Layanan Umum Perpustakaan Nasional RI. Ada pun koleksi, petugas, pemakai (pemustaka), layanan yang dapat diberikan, jadwal kunjungan, sarana bus Pusteling adalah sebagai berikut: Koleksi Pusteling Koleksi bahan pustaka yang dimiliki oleh Perpustakaan Nasional RI yang telah dialihmediakan dalam bentuk digital yang berbentuk CD dan DVD. Petugas Pusteling Petugas layanan Pusteling terdiri dari seorang penanggungjawab, seorang petugas layanan, seorang petugas teknisi dan 3 orang pengemudi bus. Pemustaka Pusteling Layanan Pusteling ini dikhususkan untuk pelajar tingkat Sekolah Dasar sampai dengan pelajar tingkat SLTA. Layanan yang diberikan pada Pusteling - Layanan Pengenalan Teknologi Informasi Layanan ini berupa pengenalan tata cara pengoperasian komputer tentang penggunaan windows office dan fitur lainnya. Sarana Pusteling dilengkapi dengan notebook, server, LCD Projektor dan layar elektrik (electric screen). - Layanan Sirkulasi Layanan sirkulasi disini yaitu peminjaman ditempat dalam menggunakan koleksi digital yang ada pada Pusteling. - Layanan Penelusuran Informasi (Browsing) Layanan penelusuran informasi melalui OPAC Perpustakaan Nasional RI sehingga apabila pemustaka Pusteling ingin mencari koleksi bahan pustaka, pemustaka telah mengetahui bahan pustaka apa yang ingin dibaca dan telah mempunyai nomor panggil buku, sehingga pemustaka dapat langsung menuju lokasi bahan pustaka tanpa melalui lokasi penelusuran katalog terlebih dahulu. - Layanan Referensi

53 Layanan penelusuran artikel melalui situs penelusuran seperti Google dan Yahoo, dengan kata kunci yang tepat dengan harapan dapat meminimalisir waktu pencarian dan hasil yang didapat sesuai dengan yang dibutuhkan dengan tepat serta melalui jurnal online yang dilanggan oleh Perpustakan Nasional RI. - Layanan Jasa dokumentasi Layanan ini berupa jasa print out atau pencetakan dan salin koleksi bahan pustaka digital dengan CD. Sarana bus Pusteling Bus Pusteling berupa bus roda enam yang dilengkapi oleh AC untuk kenyamanannya, 10 (sepuluh) laptop untuk tiap busnya yang ditujukan sebagai sarana penelusuran dan sarana untuk mengunakan koleksi digital dan sarana audio visual dan sebuah laptop untuk operasional petugas. Jadwal kunjungan Pusteling Jadwal kunjungan Pusteling ke sekolah-sekolah disusun berdasarkan jadwal saat ini, kunjungan dilakukan dari hari senin sampai dengan jumat pada tiap minggunya untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Adapun jadwal layanan Pusteling untuk periode bulan Januari sampai dengan Februari 2011 disajikan dalam Tabel 21. Tabel 21 Jadwal Layanan Pusteling Bulan Januari s/d Februari 2011 TAHUN 2011 No. TEMPAT ALAMAT JANUARI FEBRUARI M1 M2 M3 M4 M5 M1 M2 M3 M4 M5 1 SMK Satya Bakti I Jl. Slamet Riyadi - Jakarta Timur 5 12 19 26-2 9 16 23-2 SMK Satya Bakti II Jl. Slamet Riyadi - Jakarta Timur 5 12 19 26-2 9 16 23-3 SMP Negeri 77 Jl. Cempaka Putih Tengah - Jakarta Pusat 6 13 20 27-3 10 17 24-4 SMA Negeri 77 Jl. Cempaka Putih Tengah - Jakarta Pusat 6 13 20 27-3 10 17 24-5 SMK Negeri 11 Jl. Pinangsia I Glodok - Jakarta 7 14 21 28-4 11 18 25-6 SMP Mahasiswa Jl. KH. Ahmad Dahlan Matraman - Jakarta 3 10 17 24 31 7 14 21 28 -

54 TAHUN 2011 No. TEMPAT ALAMAT 7 STM Poncol Jl. Mutiara I Komplek Kodam - Jakarta Pusat JANUARI FEBRUARI M1 M2 M3 M4 M5 M1 M2 M3 M4 M5 3 10 17 24 31 7 14 21 28-8 SMK Negeri 1 Jl. Budi Utomo - Jakarta Pusat 4 11 18 25-1 8 15 22-9 SMK Negeri 27 Jl. Dr. Sutomo No. 1 - Jakarta Pusat 4 11 18 25-1 8 15 22-10 11 Penjara Anak Wanita Penjara Anak Pria 12 Monas 13 Jl. Tamrin (Car free Day) Jl. Daan Mogot - Tanggerang Jl. Daan Mogot No.29C - Tanggerang Jl. Medan Merdeka - Jakarta Pusat Jl. Tamrin - Jakarta (Minggu ke-empat) Ket : Tiga bus untuk satu lokasi di mana satu hari ada dua lokasi yang dikunjungi. 1 8 15 22 29 5 12 19 26-1 8 15 22 29 5 12 19 26-2 9 16 23-6 13 20 - - - - - - 30 - - - 27-4 Analisis Wilayah Tabel 22 memperlihatkan hasil pembobotan global subkriteria terhadap kriteria wilayah. Tabel 22 Subkriteria Wilayah Subkriteria Bobot Global Prioritas Geografis Lokasi Pusteling 0.094 9 Cuaca/ Kondisi Alam 0.073 13 Subkriteria lokasi pusteling menjadi prioritas utama dalam pembenahan kriteria wilayah pusteling dengan mendapat bobot global sebanyak 9% sedangkan subkriteria cuaca/ kondisi alam mendapat bobot global sebanyak 7%. Subkriteria ini mencakup tempat dari lokasi layanan seperti halaman sekolah yang datar dan lapang, pintu gerbang yang tinggi dan lebar sehingga memudahkan keluar masuknya bus Pusteling, serta pihak sekolah yang koorperatif pada lokasi layanan Pusteling, merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan Pusteling. Kriteria wilayah, subkriteria geografis lokasi Pusteling menjadi hal yang paling utama untuk dirubah. Geografis lokasi Pusteling diantaranya berkaitan dengan kebijakan dalam penentuan lokasi kunjungan Pusteling, apabila lokasi yang telah

55 dijadwalkan berada dalam lokasi yang rawan kemacetan atau jauh dari lokasi kantor Perpustakaan Nasional RI sebagai titik keberangkatan kendaraan Pusteling maka efeknya akan menghambat pada kelancaran dan efektivitas layanan Pusteling itu sendiri karena menyebabkan terbuangnya waktu layanan yang diberikan.