I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kedelai, ikan nila, susu skim dan tepung rumput laut yang dijadikan sebagai bahan

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. 21,97% (db) (Kramlich,1973). Daging dikenal mengandung kolesterol (50

ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I PENDAHULUAN. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003;

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

5.1 Total Bakteri Probiotik

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1.1. Latar Belakang Penelitian Protein merupakan zat yang terkandung dalam makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, selain sebagai bahan bakar dalam tubuh, protein juga berfungsi sebagai zat pembangun dan berfungsi menggantikan sel-sel tubuh yang rusak. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen, yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat (Winarno, 1997). Masalah kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi terbesar yang masih perlu diatasi. Masalah ini umumnya terjadi pada kalangan anak-anak usia pertumbuhan. Hal ini memerlukan perhatian khusus karena kekurangan gizi pada anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan otak serta tubuhnya (Winarno, 1997). Program penganekaragaman menu yang banyak mengandung protein sangat penting digalakkan, sebab dengan cara ini mutu protein bahan makanan dapat saling mendukung, misalnya jika protein hewani yang mengandung asam-asam amino essensial disebut protein dengan mutu tinggi dicampur dengan protein 1

2 nabati yang bermutu rendah, maka kedua jenis protein bahan makanan campuran tersebut saling mendukung dan saling melengkapi (Winarno, 1993). Salah satu pengembangan produk yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat tersebut adalah dengan melakukan diversifikasi produk olahan dari tepung kedelai. Diantara jenis kacang-kacangan, kedelai memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan karena mengandung protein yang tinggi (35-38%). Selain itu, kandungan lemak pada kedelai juga cukup tinggi (± 20%). Dari jumlah ini sekitar 85% merupakan asam amino esensial (linoleat dan linolenat). Disamping memiliki protein yang tinggi, kedelai mengandung serat atau dietary fiber, vitamin dan mineral (Afandi, 2001). Tepung kedelai sebagai bahan baku sosis karena tersedianya tepung kedelai sisa hasil ayakan perusahaan CV.Dodo-Mis yang tidak lolos mesh 80. Sebelum menjadi tepung kedelai, kedelai sudah melalui beberapa proses perlakuan yaitu, sortasi, pencucian, pengukusan selama 75 menit pada suhu 100 C, pengeringan pada suhu 70-85 C selama 90 menit, pemecahan kulit, penggilingan, dan pengayakan mesh 80. Tepung kedelai yang tidak lolos mesh 80 itulah yang digunakan sebagai salah satu bahan baku penelitian. Berdasarkan pada hal tersebut, dilakukan penganekaragaman produk yaitu pengolahan tepung kedelai menjadi produk lain yaitu sosis campuran tepung kedelai dan ikan nila. Tujuannya agar dapat meningkatkan kandungan zat gizi, memperbaiki tekstur dan upaya memanfaatkan tepung kedelai agar dapat meningkatkan nilai ekonomis, menjadi salah satu usaha penganekaragaman dan

3 pemanfaatan sumber daya pangan serta meningkatkan produk kaya protein yang terbuat dari nabati. Ikan dipilih sebagai bahan substitusi sosis campuran tepung kedelai dan ikan nila karena ikan dapat memenuhi kebutuhan protein masyarakat yang tidak terjangkau dari pemenuhan protein daging yang diakibatkan harga daging relatif mahal dan dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang tidak menyukai ikan segar. Ikan ini dipilih karena kemampuannya untuk dijadikan sosis dan jumlahnya yang banyak (Erdiansyah, 2006). Ikan nila adalah salah satu ikan air tawar yang belum banyak diolah. Ikan nila biasa hidup diperairan tawar hampir diseluruh Indonesia. Ikan nila dipilih karena kandungan proteinnya yang tinggi yaitu sebesar 26,1 gram/100gram dan rendah lemak sehingga tidak meningkatkan kadar kolesterol dibandingkan dengan ikan tawar lainnya seperti ikan lele dan ikan patin. Rendah kalori dan karbohidrat sehingga cocok untuk program pengurangan berat badan. Mengandung omega 6 dan omega 9 yang berguna untuk mencegah gangguan pada kulit (dermatitis) ginjal dan hati. Mengandung phosphor yang dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi, mengatur pengalihan energi dan pengaturan keseimbangan asam basa. Mengandung vitamin B 12 yang diperlukan untuk membentuk sel darah merah serta mengandung potassium yang berguna untuk mencegah pembentukan batu ginjal dan melancarkan aliran oxigen ke otak (Almatsier, 2004). Dibandingkan dengan ikan tawar lainnya, ikan nila mengandung vitamin dan mineral yang lebih kompleks seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3. Ikan nila

4 juga memiliki harga yang relatif murah, sehingga ikan nila cocok digunakan sebagai bahan substitusi sosis campuran tepung kedelai dan ikan nila. Menurut SNI (1995), yang dimaksud dengan sosis daging adalah produk makanan yang diperoleh dari campuran daging halus (mengandung daging tidak kurang dari 75%) dengan tepung atau pati dengan atau tanpa penambahan bumbu dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan dan dimasukkan ke dalam selubung sosis. Karakteristik produk sosis campuran tepung kedelai dan ikan nila selain dipengaruhi oleh proses pembuatannya, dipengaruhi juga oleh formulasi yang digunakan dalam pembuatannya. Ketersediaan bahan baku yang cukup memadai, sangat dimungkinkan membuat sosis campuran tepung kedelai dan ikan nila yang diinginkan baik dari segi kandungan gizi seperti batasan nutrisi maksimal atau minimal dalam produk akhir, karakteristik inderawi seperti kenampakan, warna, rasa, tekstur dan aroma, dengan meminimalkan harga jual produk yang ditentukan dengan menggunakan program linier. Program linier adalah perencanaan aktivitas-aktivitas untuk memperoleh suatu hasil optimum, yaitu suatu hasil yang mencapai tujuan terbaik diantara seluruh alternatif yang fisibel. Secara umum fungsi model ini ada dua macam yaitu fungsi tujuan dan fungsi pembatas. Fungsi tujuan untuk menentukan nilai optimum dari fungsi tersebut yaitu nilai maksimal untuk masalah keuntungan dan nilai minimal untuk masalah biaya. Fungsi pembatas diperlukan berkenaan dengan adanya batasan sumber daya yang tersedia, misalanya bahan baku yang

5 terbatas, waktu kerja, jumlah tenaga kerja, luas gudang persediaan. Tujuan utama dari program linear ini adalah menetukan nilai optimum (maksimal/minimal) dari fungsi tujuan yang telah ditetapkan (Jihad, 2010 di dalam Riyani, 2010). Program linear dapat digunakan untuk menekan biaya produksi dari suatu produk pangan sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal dengan mutu yang optimal sesuai dengan batas standar nasional Indonesia (SNI) (Komariah, 2010). 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah : 1. Apakah formulasi sosis campuran tepung kedelai dan ikan nila optimum hasil dari program linier dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)? 2. Apakah penggunaan perbandingan tepung rumput laut dan susu skim dapat mempengaruhi harga dan karakteristik sosis campuran tepung kedelai dan ikan nila? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formula optimal dalam pembuatan sosis campuran tepung kedelai dan ikan nila yang dihasilkan dengan menggunakan program linier, sehingga diperoleh karakteristik produk akhir dengan kandungan gizi yang memenuhi standar, dapat diterima konsumen dan dengan harga yang terjangkau.

6 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah diversifikasi produk sosis sehingga dapat diperoleh produk berkualitas baik dengan cara memanfaatkan tepung kedelai dan ikan nila. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya jenis produk olahan kedelai dan ikan, serta dapat meningkatkan nilai ekonomi produk olahan kedelai yang sesuai standar yang telah ada namun dengan harga minimal. 1.5. Kerangka Pemikiran Sosis daging adalah produk makanan yang diperoleh dari campuran daging halus (mengandung daging tidak kurang dari 75%) dengan tepung atau pati dengan atau tanpa penambahan bumbu dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan dan dimasukkan ke dalam selubung sosis (SNI, 1995) yang merupakan salah satu produk emulsi minyak dalam air (o/w) dengan protein sebagai emulsifier. Pada suatu emulsi, biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian yang terdispersi yang terdiri dari butir-butir lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang dikenal sebagai continous phase, biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air (Winarno, 1997). Tepung kedelai mempunyai kandungan protein yang tinggi yaitu sebesar 37,7%. Tepung kedelai adalah tepung yang dibuat dari kedelai dengan cara dikeringkan kemudian dihaluskan dan diayak sampai didapatkan tepung kedelai yang halus. Protein kedelai secara keseluruhan telah digunakan dalam industri

7 makanan sehingga dapat dijadikan bahan tambahan fungsional dan juga sumber protein yang murah, selain itu pengayaan protein makanan memakai kedelai dapat meningkatkan kandungan protein sampai 25% (Prasetiyono, 2008). Tepung kedelai mempunyai kemampuan untuk mengikat air. Selain itu, kandungan nutrisinya yang tinggi diharapkan dapat memperbaiki nilai gizi sosis yang dihasilkan (Koswara, 1995). Dalam penelitian Sofiana dkk. (2007), mengenai pengaruh tingkat penambahan tepung kedelai pada beberapa jenis daging terhadap sifat fisik, kimia dan organoleptik sosis, bahwa semakin tinggi level tepung kedelai dalam sosis, secara umum diperoleh sifat fisik yang semakin baik, akan tetapi kesukaan terhadap sifat organoleptik semakin menurun. Utami (2011) dalam penelitiannya mengenai kajian jenis ikan dan subtitusi ikan terhadap karakteristik sosis ampas tahu, menyatakan bahwa substitusi ikan patin sebanyak 20% pada sosis ampas tahu merupakan sampel yang paling banyak disukai berdasarkan hasil uji organoleptik yang memiliki kadar air sebesar 31,44%, kadar protein sebesar 7,94%, dan kadar lemak sebesar 3,82. Menurut Soeparno (1994), jenis bahan penunjang dan jumlah yang dipilih dalam pembuatan sosis akan menentukan hasil produk yang diinginkan baik dari segi penampakkan, citarasa, dan keseragaman produk. Penambahan bahan pengisi yang ditambahkan dalam pembuatan sosis ikan sebanyak 10% (Tanikawa, 1971 di dalam Wulandhari, 2007) sedangkan menurut Amano (1965) di dalam Wulandhari (2007) sebanyak 5-10%. Tepung tapioka merupakan bahan pengisi yang paling umum digunakan dalam pembuatan sosis.

8 Tapioka sering digunakan dalam pembuatan sosis karena disamping harganya murah juga memberikan citarasa netral serta warna terang pada produk sosis (Erdiansyah, 2006). Sedangkan penambahan susu skim 5% merupakan penggunaan pengikat terbaik terhadap sosis lele dumbo dan dapat meningkatkan mutu sosis surimi ikan patin (Wulandhari, 2007). Menurut Widjanarko, dkk (2012), penambahan susu skim 5% sebagai binder dapat meningkatkan mutu sosis lele dumbo. Menurut Amano (1965) di dalam Wulandhari (2007), dalam pembuatan sosis ikan jumlah penambahan lemak berkisar antara 5-25% atau antara 7-10% (Tanikawa, 1971 di dalam Wulandhari, 2007). Menurut Hapsari (2002), penggunaan kadar minyak nabati 15% pada sosis ikan patin berpengaruh nyata terhadap warna dan rasa sosis tapi tidak berpengaruh nyata terhadap tekstur dan aroma. Kramlich (1971) di dalam Wulandhari (2007), menyatakan sosis masak harus mengandung lemak yang tidak melebihi dari 30%. Penambahan garam dapur ke dalam adonan sosis berfungsi untuk melarutkan protein, memberikan citarasa, dan mengawetkan (Kramlich, 1971 di dalam Utami, 2011). Secara umum pada pembuatan sosis, jumlah garam yang ditambahkan adalah 2-3% (Usman, 2009). Menurut kurniawati (2013), penambahan tepung rumput laut (Eucheuma cottonii) 2,5% pada sosis daging sapi sangat disukai berdasarkan nilai organoleptik meliputi rasa, warna, aroma dan kekenyalan. Hambali, dkk (2004)

9 menambahkan, bahwa rumput laut jenis Eucheuma cottonii memiliki kadar karagenan 54-73% yang memiliki kemampuan sebagai bahan pengenyal. Soeparno (1994), menyatakan bahwa selongsong atau casing untuk sosis ada dua tipe, yaitu alami dan buatan. Casing alami terutama berasal dari saluran pencernaan sapi, babi, domba, atau kambing. Casing buatan terdiri dari empat kelompok (Kramlich, 1971 di dalam Utami, 2011) yaitu (1) selulosa; (2) kolagen yang tidak dapat dimakan; (3) kolagen yang dapat dimakan; dan (4) plastik. Menurut Noviani (2012), berdasarkan optimalisasi formulasi sosis vegetarian dari Textured Vegetable Protein (TVP) dengan aplikasi program linier, diketahui bahwa sosis vegetarian formula ke-3 adalah formulasi terpilih dengan harga terendah yaitu Rp. 5.376,- per 100 gram dengan nilai kandungan gizi protein, lemak, karbohidrat dan air berada pada range pembatas berdasarkan SNI sosis. Sedangkan Rosfiani (2010), menyatakan pada aplikasi program linier ada optimalisasi formulasi sosis ikan nila (Oreochromis niloticus), diketahui bahwa sosis ikan nila formula ke-2 merupakan formula optimal yang terpilih dengan biaya produksi yaitu 5.330/300 gramdenagn kadar protein 15,014%, lemak 2,75%, karbohidrat 23,058% dan air 51,406%. Menuru Andre (2004), metode least cost dalam program linier sangat membantu untuk mendapatkan formula yang baik dan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan biaya rendah. Adrizal (2002), menyatakan bahwa pengolahan model linier dengan program linier menggunakan aplikasi komputer, dapat menghasilkan output program komputer berupa formula dan analisis sensitivitas

10 formula yang berguna untuk melihat sejauh mana bahan baku dapat digunakan secara optimal dengan kandungan gizi dan harga yang berlaku. Wiranegara (2011), menambahkan dengan aplikasi program linier diharapkan didapatkan cara penyusunan formula yang mudah dan akurat. Aplikasi program linier sangat akurat dalam menentukan komposisi, memperkirakan hasil nutrisi dan dapat menentukan sekaligus harga produk sehingga diketahui bahan yang memberikan kontribusi paling besar maupun paling kecil terhadap harga produk secara keseluruhan. 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan kerangka pemikiran di atas diperoleh hipotesis sebagai berikut : 1. Formulasi sosis campuran tepung kedelai dan ikan nila optimum hasil dari program linier diduga dapat memenuhi standar SNI sosis. 2. Penggunaan perbandingan tepung rumput laut dan susu skim diduga dapat mempengaruhi harga dan karakteristik sosis campuran tepung kedelai dan ikan nila. 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jalan Dr. Setiabudhi No. 193 Bandung. Waktu penelitian dimulai pada bulan Februari 2013.