PERTEMUAN 14: BENTUK DAN LAPORAN AUDIT

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

PERTEMUAN 13: TAHAPAN AUDIT INVESTIGASI

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

PERTEMUAN 1: AUDIT DAN STANDAR AUDIT

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

TENTANG KERJASAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200

PERTEMUAN 6: AUDIT INVESTIGASI

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pe

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN. : 42/KPK-BPKP/IV/2007 : Kep-501/K/D6/2007

PERTEMUAN 11: BUKTI AUDIT INVESTIGASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepoti

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 7

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Narkotika Na

PIAGAM KOMITE AUDIT. (Audit Committee Charter) PENDAHULUAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 76 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PELAPORAN PENGADUAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) DUGAAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PERTEMUAN 15: PENYELESAIAN HUKUM. B. URAIAN MATERI Tujuan Pembelajaran 15: Menjelaskan upaya hukum untuk penyelesaian investigasi

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 15 TAHUN 2010

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2013 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI. Whistleblower System. Pelaksanaan. Pedoman.

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 462/KMK.09/2004 TENTANG

PEDOMAN PENUGASAN BIDANG INVESTIGASI

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala LIPI tentang Pengelolaan Pengadu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dibahas dalam bab sebelumnya yang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 08/PRT/M/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KHUSUS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

Dadit Herdikiagung - Inspektur II Inspektorat Jenderal Kementerian Ristek, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Riwayat Hidup. Auditor Utama Itjen Kemristekdikti. Agus Bintoro. Tempat Tgl Lahir Solo, 6 Mei 1959

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kecurangan di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat pada

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 13 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI B A T A N G, NOMOR 26 TAHUN 2014 DENGAN R A H M A T TUHAN Y A N G MAHA E S A

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEDUDUKAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

2017, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

Isliko Tersangka Dana Bansos Rp 4 Miliar Lebih

Isliko Tersangka Dana Bansos Rp 4 Miliar Lebih

DAFTAR TABEL. 1. Tabel 1.1 Kegiatan dan Jadwal Rencana Penelitian Tabel 2.1 Perbedaan Audit Laporan Keuangan dengan. Audit Investigatif...

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lemb

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAB I PENDAHULUAN. optimalnnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Sistem Penanganan Pengaduan. Tindak Pidana Korupsi.

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DIBIDANG PERPAJAKAN

" '"".'\. TI;:PIOTHUSUS ~... MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERTAMA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA.

BERITA NEGARA. No.859, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pelayanan. Komunikasi Masyarakat. Rencana Aksi Nasional. HAM. Pedoman.

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

Transkripsi:

PERTEMUAN 14: BENTUK DAN LAPORAN AUDIT A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bentuk dan laporan audit.melalui makalah ini, anda harus mampu: 14.1 Memahami tujuan dan penyampain laporan audit investigasi 14.2 Memahami kerangka susunan laporan audit investigasi B. URAIAN MATERI Tujuan Pembelajaran 14: Menjelaskan tujuan penyusunan laporan audit investigasi Penyusunan laporan merupakan tahap akhir dari kegiatan audit investigatif. Di dalam laporan hasil audit investigatif disajikan temuan dan informasi penting lainnya. Laporan hasil audit investigatif harus disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan guna keperluan: a. Dalam rangka kerja sama antara unit pengawasan internaldengan lembaga penegakan hukum untuk menindaklanjuti adanya indikasi tindak pidana korupsi. Dengan demikian laporan hasil audit investigatif harus mudah dipahami oleh penggunanya, dalam hal ini para staf lembaga penegakan hukum yang terkait. b. Memudahkan pejabat yang berwenang dan atau pejabat obyek yang diperiksa dalam mengambil tindakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Laporan tersebut disampaikan, tergantung dari materi hasil audit. Apabila dari hasil audit ditemukan penyimpangan yang mengandung unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi atau perdata, laporan disampaikan kepada : a. Instansi penyidik (kejaksaaan/kepolisian) yang akan digunakan sebagai informasi/bahan penanganan lebih lanjut. b. Atasan langsung dari pejabat organisasi/ entitas yang diaudit atau pejabat yang berwenang yang akan menindak-lanjuti rekomendasi 73

yang tercantum dalam laporan. Tujuan Pembelajaran11.2: Menjelaskan kerangka penyusunan laporan audit investigasi Apabila dari hasil audit ditemukan penyimpangan yang memerlukan tindak lanjut, tetapi tidak memenuhi unsur TPK/Kasus Perdata, maka Laporan Hasil Fraud Audit tidak perlu disampaikan ke Kejaksaan/Kepolisian atau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Format Laporan Audit Investigatif a. Pedoman Penyusunan Laporan Hasil Audit Investigasi Format pelaporan sangat bervariasi, beberapa organisasi pengawasan yang memiliki satuan unit investigasi, khususnya di sektor pemerintahan, memiliki pedoman penyusunan laporan hasil audit investigatif yang bersifat baku sehingga informasi kasus dapat disajikan secara konsisten. Apapun format yang digunakan, suatu laporan umumnya terdiri dari memorandum, dokumen-dokumen, lampiran, indeks, halaman judul dan surat pengantar. Agar dapat memenuhi tujuannya, maka perlu diadakan pengaturan penyusunan laporan hasil audit investigasi. Jika dari audit investigasi dijumpai adanya penyimpangan-penyimpangan yang memerlukan tindak lanjut laporan dibuat dalam bentuk bab. Namun jika tidak dijumpai adanya unsur-unsur tersebut maka cukup diterbitkan surat yang menjelaskan tidak adanya tindak pidana korupsi pada kasus yang diaudit. b. Outline Laporan Hasil Audit Investigasi Bab I : Simpulan dan Saran Bab II : Umum, berisi: 1. Dasar Audit 2. Tujuan Audit 3. Sasaran dan Ruang Lingkup Audit 4. Data Umum Bab III : Uraian Hasil Audit Investigatif, yang memuat: 1. Dasar Hukum Auditee 74

2. Temuan Hasil Audit 2.1. Sistem Pengendalian Intern 2.2. Materi Temuan 2.2.1. Jenis penyimpangan 2.2.2. Modus operandi penyimpangan 2.2.3. Dampak penyimpangan 2.2.4. Sebab Penyimpangan 2.2.5. Unsur kerja sama 2.2.6. Pihak yang diduga terlibat 2.3. Tindak lanjut 3. Rekomendasi 4. Lampiran c. Penjelasan Outline Bab I : Simpulan dan Rekomendasi Bab ini memuat secara ringkas dan jelas penyimpangan yang terjadi, saran berupa langkahlangkah perbaikan dan atau tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh pejabat yang berwenang/ pejabat atasan obyek yang diaudit. Materi yang diuraikan oleh bab ini tidak boleh menyimpang dari materi yang diuraikan dalam Bab II. Bab II : Umum 1. Dasar Audit Menjelaskan tentang dasar atau alasan dilakukan audit. Misalnya, karena adanya surat pengaduan masyarakat atau bukti awal yang diperoleh dari hasil audit sebelumnya (audit operasional, audit keuangan) sehingga perlu pendalaman melalui audit investigasi. 2. Sasaran dan Ruang Lingkup Audit Investigasi Menguraikan masalah pokok yang menjadi sasaran dan ruang lingkup audit, misalnya masalah ganti rugi tanah, pengadaan barang, pemborongan pekerjaan, penyalah- gunaan fasilitas negara, dan lain-lain dengan menyebutkan periode yang diperiksa, masa audit dan jangka waktu audit 3. Data umum yang memuat informasi mengenai : 75

Nama obyek yang diperiksa Dasar Hukum Obyek yang Diperiksa Kementerian atau Lembaga Non Departemen, BUMN/D Alamat obyek yang diperiksa Organisasi obyek yang diperiksa Bab III: Uraian Hasil Audit Investigatif 1. Dasar Hukum Auditee Memuat ketentuan atau peraturan yang melandasi kegiatan yang diaudit. Pada contoh kasus di atas, yang perlu disajikan adalah Surat Perjanjian antara pihak proyek dengan kontraktor pelaksana maupun konsultan pengawas yang merupakan dasar hukum atau landasan kegiatan pencetakan sawah. Selanjutnya perlu pula diungkapkan hal-hal penting yang dimuat dalam Surat Perjanjian sehingga dapat secara jelas diketahui kewajiban masing-masing penandatangan Surat Perjanjian. 2. Temuan Hasil Audit Investigatif memuat uraian sebagai berikut: a) Sistem pengendalian intern kegiatan yang diaudit. Memuat kelemahan-kelemahan prosedural dan sistem yang memungkinkan terjadinya tindak penyimpangan oleh pejabat obyek yang diperiksa termasuk kelemahan ketentuan-ketentuan intern dari obyek yang diperiksa. b) Materi temuan yang memuat uraian sebagai berikut : 1) Jenis penyimpangan Memuat uraian tentang penyimpangan-penyimpangan yang terjadi yang merupakan ketidak-taatan kepada prosedur, peraturan, maupun perundang-undangan yang terkait atas suatu tindakan. 2) Modus Operandi Penyimpangan Berisikan uraian kronologis kejadian penyimpangan yang mengarah pada tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara. Dalam uraian ini 76

diungkap secara bersamaan kenyataan yang sebenarnya terjadi dengan ketentuan yang seharusnya ditaati. 3) Dampak penyimpangan memuat uraian-uraian mengenai Kerugian keuangan negara yang ditimbulkan oleh adanya penyimpangan, yang diungkapkan dalam nilai uang dirinci pertahun kejadian. Apabila kerugian keuangan negarabelum dapat ditetapkan besarnya secara pasti (adanya faktor ker ugian bunga atau denda) pengungkapannya agar menggunakan katakata sekurang-kurangnya. Dalam hal ini harus juga diungkapkan dampaklainnya, misalnya : Tidak tercapainya program pemerintah Kerugian perekonomian negara. 4) Sebab Penyimpangan Sebab penyimpangan merupakan uraian mengenai fakta yang mendorong timbulnya tindak pidana korupsi, yang merupakan upaya yang disengaja atau berupa kelalaian dari pihak pelaksana dan tidak adanya pengendalian dari manajemen. 5) Unsur kerja sama menguraikan secara jelas tindakan-tindakan pihak yang diduga terlibat, sehingga memberikan gambaran adanya kerja sama pihak-pihak yang bersangkutan. Kerja sama tersebut dapat berupa pemberian fasilitas, informasi data, atau bentuk kemudahan lainnya yang berakibat adanya kerugian negara. 6) Pihak-pihak yang diduga terlibat memuat uraian tentang : Nama, NIP/NIK/NPP/NRP, Pangkat, Jabatan bagi pejabat/ pegawai yang diduga terlibat dalam kasus yang bersangkutan. 77

Nama dan kedudukan pihak ketiga lainnya yang diduga terlibat. Apabila mungkin, nilai kerugian keuangan negara yang menjadi tanggung jawab masing-masing yang diduga terlibat. Peranan atau porsi kesalahan masing-masing yang diduga terlibat. Pengungkapan yang terlalu panjang, dapat dimuat dalam suatu daftar yang merupakan lampiran LHP dengan mencantumkan nomor lampirannya. Tindak lanjut memuat uraian tentang langkahlangkah perbaikan atau pengamanan yang telah dilaksanakan oleh obyek yang bersangkutan atau instansi yang berwenang. 7. Rekomendasi memuat uraian mengenai saran tindakan yang perlu dilakukan sehubungan dengan kelemahan-kelemahan yang menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan. 8. Lampiran-lampiran yang diperlukan terutama : Berita Acara Permintaan Keterangan Surat Pernyataan Kesanggupan Flow Chart Modus Operandi Risalah Rapat dan atau Surat Kesepakatan dengan pihak penegak Hukum. 3. Penyampaian Laporan Hasil Audit Investigatif Tahap terakhir dalam proses audit investigatif adalah menyampaikan hasil audit kepada instansi yang terkait. Tahap ini sama pentingnya dengan tahapan audit lainnya, dimana fokus, metode dan pelaksanaan audit diarahkan agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna laporan. Penanganan kasus yang berindikasi tindak pidana korupsi, tidak selesai 78

sampai di unit pengawasan saja, namun harus diteruskan dengan proses penyelidikan, penyidikan dan penuntutan yang dalam hal ini dilakukan oleh lembaga penegakan hukum. Lembaga pengawasan internal pada umumnya telah kesepakatan kerja sama dengan Kejaksaan Agung, Kepolisian maupun KPK dalam hal menindak-lanjuti kasuskasus yang Korups, Kolusi dan Nepotisme. Kerjasama tersebut merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh para auditor investigatif di lingkungan lembaga pengawasan internal. Menyampaikan hasil audit investigatif merupakan bagian dari tahapan dalam rangkaian kegiatan audit. Selain itu, seorang auditor investigatif dapat pula didengar keterangannya di pengadilan sebagai seorang ahli. 79

C. SOAL LATIHAN/TUGAS 1. Sebutkan secara lengkapbentuk format laporan audit investigasi 2. Jelaskan Hasil laporan audit investigasi akan disampaiakan kepada siapa saja? 3. Sumber-sumber apa yang digunakan oleh audit investigator untuk mengumpulkan bukti laporan investigasi? 4. Menurut anda pentingkah berita acara dilampirkan dilaporan investigasi, Jelaskan? 5. Berikan contoh kasus hasil audit invetigasi yang saudara ketahui? 80