Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat Agus Subekti 1 dan Lelya Pramudyani 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan E-mail. subektiagus75@yahoo.com.sg Abstrak Pemenuhan kebutuhan beras di Kalimantan Barat dihadapkan pada kendala masih rendahnya produktivitas padi sawah yaitu 3,36 t/ha. Upaya meningkatkan produksi padi sawah dapat dilakukan dengan mengintroduksi varietas padi berproduktivitas tinggi. BB-Padi telah melepas varietas unggul padi sawah dengan potensi hasil 5.6-10 ton/ha. Tujuan penelitian adalah mendaptakan VUB padi sawah yang adaptif untuk meningkatkan produksi padi di Kalimantan Barat. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari empat varietas unggul padi sawah yaitu cibogo, inpari 24, inpari 30 dan Inpara 3, dengan 6 ulangan. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah isi/malai, persentase gabah isi/malai, berat 1.000 butir gabah, dan produktivitas. Data dianalisis dengan Anova dan uji BNJ. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata di antara varietas padi yang di uji untuk karakter tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, persentase gabah isi, bobot 1.000 butir, dan produktivitas, sedangkan untuk karakter jumlah gabah/malai berbeda tidak nyata. Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa varietas Inpari 24 dengan produktivitas 7,35 t/ha memiliki keragaan fenotipik dan adaptasi yang lebih baik pada lahan sawah dibandingkan varietas lainnya. Kata kunci : Adaptasi, Lahan Sawah, VUB Padi, Pendahuluan Padi merupakan tanaman pangan penting yang kebutuhannya terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Masalah utama yang dihadapi dalam upaya untuk meningkatkan produksi padi adalah terjadinya konversi lahan pertanian produktif untuk keperluan pembangunan di luar sektor petanian, selain itu fragmentasi lahan yang menyebabkan semakin sempitnya penguasaan lahan per Kepala Keluarga petani, serta terjadinya perubahan iklim. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi padi salah satunya adalah dengan meningkatkan produksi per satuan luas lahan melalui introduksi varietas unggul dengan produktivitas tinggi terutama pada lahan sawah produktiv. Luas lahan sawah di Kalimantan Barat mencapai 196,305 juta ha, yang tersebar 12 kabupaten dan 2 kota (Badan Pusat Statistik, 2015). Potensi lahan sawah yang cukup besar ini masih belum optimal dalam upaya mendukung ketersediaan pangan khususnya padi di Kalimantan Barat. Hal ini disebabkan produktivitas padi sawah tersebut masih tergolong rendah yaitu 3,36 ton/ha. Rendahnya produktivitas padi tersebut antara lain disebabkan belum diperhatikannya teknologi spesifik lokasi pada agroekosistem lahan sawah. Varietas unggul merupakan inovasi teknologi yang paling murah dan mudah diadopsi oleh petani. Menurut Sembiring (2008) dan Badan Litbang Pertanian (2007) varietas unggul merupakan salah satu teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi, baik melalui peningkatan potensi atau daya hasil tanaman maupun toleransi dan/atau ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik. Ditambahkan oleh Makarim et. al. (2010) bahwa peningkatan produksi harus didukung dengan penggunaan benih bermutu yang adaptif pada lingkungan yang berbeda. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 199
Jamil A, et. al. (2015) menyatakan bahwa Badan itbang Pertanian telah melepas beberapa varietas unggul baru di lahan sawah dengan potensi hasil 6,0-10 ton/hektar. Penampilan fenotipik suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan (Falconer dan Mackay, 1996). Suatu tanaman yang mempunyai konstitusi genetik yang sama belum tentu memberikan penampilan fenotipik yang sama bila ditanam pada kondisi lingkungan yang berbeda. Respons genotip terhadap faktor lingkungan biasa terlihat pada penampilan fenotipik dari tanaman tersebut. Berdasarkan pada penampilan fenotipik tanaman dapat diperoleh genotip-genotip yang memberikan karakter yang baik di suatu percobaan. Penampilan suatu tanaman dalam suatu populasi akan berbeda-beda sesuai dengan susunan genotip yang dikandung dan lingkungan yang mempengaruhinya (Poehlman dan Sleper, 1995). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan varietas unggul padi yang adaptif pada agroekosistem sawah sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani padi di Kalimantan Barat. Metodologi Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan metode percobaan lapang. Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Sanggau pada agroekosistem lahan sawah dengan jenis tanah ultisol, pada musim kemarau 2015. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari empat varietas unggul padi, yaitu cibogo, inpari 24, inpari 30, dan inpara 3, dengan 6 ulangan. Ukuran petak yang digunakan 5 m x 6 m, bibit ditanam 2-3 batang per rumpun. Bibit ditanam pada umur 20 hari. Tanaman diberi pupuk majemuk N-P-K dengan dosis 250 kg/ha, pupuk KCl 50 kg/ha, dan Urea 150 kg/ha. Pupuk majemuk N-P-K diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar ( 10 hari setelah tanam), seluruh dosis pupuk KCl dan 1/2 dosis pupuk urea tambahan diberikan pada umur 35 hari setelah tanam, dan 1/2 dosis urea sisanya diberikan pada 45 hari setelah tanam. Variabel yang diamati adalah : tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah anakan produktif, panjang malai, % gabah isi, berat 1000 butir, dan produktivitas GKG. Pengamatan mengikuti pedoman SES padi (IRRI 2002). Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik menggunakan Analisis Varian (Anova). Jika analisis Varian nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) (Gaspersz, V., 1994; Gomez. K. A., and A. A. Gomez. 1995, Baihaki A., 2000). Hasil dan Pembahasan Penelitian dilaksanakan pada agroekosistem lahan sawah dengan jenis tanah ultisol. Data berbagai karakter yang diamati dianalisis dengan menggunakan analisis varian. Berdasarkan analisis varian pada Tabel 1, dari berbagai karakter yang diamati terlihat bahwa terdapat perbedaan yang nyata diantara varietas yang diuji pada karakter tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, persentase gabah isi, bobot 1.000 butir, dan produktivitas, sedangkan untuk karakter jumlah gabah/malai berbeda tidak nyata. 200 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Tabel 1. Analisis varians karakter VUB padi yang diuji pada lahan sawah No Karakter yang diamati Varietas 1. Tinggi tanaman (cm) 85,8194 * 2. Jumlah anakan produktif (anakan) 24,8194 * 3. Panjang malai (cm) 5,76042 * 4. Jumlah gabah/malai (butir) 1317,61 tn 5. Persentase gabah isi (%) 0,00701 * 6. Bobot 1000 butir gabah isi (g) 3,45375 * 7. Produktivitas (t/ha) 3,01884 * Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf Uji F 0.05 tn = berbeda tidak nyata Untuk mengetahui varietas mana saja yang lebih baik keragaannya pada lahan sawah, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil uji BNJ dari karakter-karakter yang diamati disajikan pada tabel 2 dan 3. Berdasarkan hasil uji BNJ pada tabel 2 diperoleh informasi bahwa untuk karakter tinggi tanaman inpari 24 (109,83 cm), cibogo (109,50 cm), dan inpara 3 (107,50 cm) memiliki karekter tinggi tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan inpari 30 (101,67 cm). Tinggi tanaman yang ideal dengan batang yang kokoh dan tidak rebah merupakan varietas yang baik untuk dikembangkan, hal ini karena kondisi tersebut menyebabkan pembuluh xylem dan floem berfungsi secara baik dalam mengangkut hara mineral dan fotosintat (hasil fotosintesis) ke seluruh jaringan tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat berjalan secara baik. Tingginya hasil padi varietas unggul baru terutama disebabkan oleh ketahanannya terhadap kerebahan (Yoshida, 1981). Oleh karena itu, tanaman padi yang bertunas banyak tetapi batangnya tidak memanjang adalah varietas yang cocok untuk daerah tropik (Murata dan Matsushima, 1978). Tabel 2. Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) nilai rata-rata karakter tinggi tanaman, anakan produktif, panjang malai, dan jumlah gabah/malai dari varietas-varitas yang di uji No Varietas Tinggi Tanaman (cm) Anakan Produktif Panjang Malai (cm) Jumlah gabah/malai (butir) 1 Cibogo 109,50 A 15,33 AB 26,83 AB 174,50 A 2 Inpari 24 109,83 A 18,00 A 28,50 A 170,17 A 3 Inpari 30 101,67 B 13,33 B 26,58 AB 144,33 A 4 Inpara 3 107,50 A 14,17 B 26,33 B 176,00 A Keterangan : Angka Rerata dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama, tidak menunjukkan beda nyata pada uji beda nyata BNJ pada taraf nyata 5%. Pada tabel 2 juga terlihat bahwa untuk karakter jumlah anakan produktif, varietas inpari 24 (18,00) memiliki jumlah anakan produktif yang lebih banyak dan berbeda nyata dari varietas inpari 30 dan inpara 3, tetapi berbeda tidak nyata dari varietas cibogo. Untuk karakter panjang malai, inpagi 24 (28,50 cm) memiliki panjang malai yang lebih panjang dan berbeda nyata dibandingkan varietas inpara 3 (26,33 cm), tetapi berbeda tidak nyata dibandingkan varietas cibogo (26,83 cm) dan inpari 30 (26,58 cm). Sedangkan untuk karakter jumlah gabah/malai tidak terjadi perbedaan yang nyata diantara semua varietas. Untuk karakter persentase gabah isi (tabel 3), terlihat bahwa varietas yang memiliki persentase gabah isi yang lebih tinggi adalah varietas cibogo (94,83 %) hal ini berbeda nyata dibandingkan varietas inpara 3 (87,50 %), namun berbeda tidak nyata dibandingkan dengan Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 201
varietas inpari 30 (94,67 %) dan inpari 24 (92,33 %). Malai tanaman padi menopang gabah yang merupakan sink yang perlu dipenuhi dengan materi/footosintat dari berbagai sumber (source) dalam tanaman. Menurut Yoshida (1981) malai mencapai hasil tinggi ketika jumlah gabah per m 2 banyak persentase gabah isi tinggi, dan bobot 1.000 butir gabah isi tinggi. Tabel 3. Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) nilai rata-rata karakter bobot 1000 butir gabah, persentase gabah isi, dan produktivitas dari varietas-varitas yang di uji. No Varietas Persentase gabah isi (%) Bobot 1000 butir gabah (g) Produktivitas GKG (t/ha) 1 Cibogo 94,83 A 27,67 A 7,12 AB 2 Inpari 24 92,33 AB 26,83 AB 7,35 A 3 Inpari 30 94,67 A 26,42 AB 5,76 C 4 Inpara 3 87,50 B 25,87 B 6,54 B Keterangan : Angka Rerata dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama, tidak menunjukkan beda nyata pada uji beda nyata BNJ pada taraf nyata 5%. Pada tabel 3 juga terlihat bahwa bobot 1.000 butir gabah terberat di miliki oleh varietas cibogo dengan bobot 1.000 butir adalah 27.67 g, hal ini lebih berat dan berbeda nyata di bandingkan boot 1.000 butir dari varietas inpara 3 (25,87 g), namun berbeda tidak nyata dibandingkan varietas inpari 24 (26,83 g) dan inpari 30 (26,42 g). Selain itu pada tabel 3 juga diperoleh informasi bahwa untuk karakter produktivitas, varietas inpari 24 (7,35 t/ha) memiliki produktivitas yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan varietas inpara 3 (6,54 t/ha) dan inpari 30 (5,76 t/ha), namun berbeda tidak nyata dibendingkan dengan varietas cibogo (7,12 t/ha). Hasil yang berupa bobot gabah per rumpun merupakan karakteristik tanaman yang ditentukan oleh sejumlah karakter-karakter lain yang disebut komponen hasil. Manurung dan Ismunadji (1988) menyatakan bahwa dengan memecah hasil menjadi komponen-komponennya, maka hasil gabah tiap hektar sangat ditentukan oleh jumlah malai/m 2, jumlah gabah/malai, persentase gabah isi, dan berat 1000 butir. Dengan demikian semakin tinggi komponen-komponen hasil tersebut maka hasil gabah pun akan semakin tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka dari Tabel 2 dan 3 serta uraian di atas diketahui bahwa varietas inpari 24 secara konsisten menampilkan karakter komponen hasil yang lebih baik dari varietas lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa varietas inpari 24 merupakan varietas yang adaptif dan baik untuk dikembangkan di lahan sawah Kalimantan Barat. Kesimpulan Berdasarkah hasil penelitian dan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal terkait kegiatan penelitaian ini adalah : 1. Dari analisis varian terdapat perbedaan yang nyata dari varietas padi yang diuji untuk karakter tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, persentase gabah isi, bobot 1.000 butir, dan produktivitas, sedangkan untuk karakter jumlah gabah/malai berbeda tidak nyata. 2. Berdasarkan hasil uji lanjut dengan uji BNJ diperoleh informasi bahwa varietas inpari 24 dengan produktivitas 7,35 t/ha memiliki adaptasi dan keragaan fenotipik yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya dan baik untuk dikembangkan pada lahan sawah di Kalimantan Barat. 202 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat, 2015. Kalimantan Barat dalam Angka 2015. BPS Kalimantan Barat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007. Petunjuk TeknisLapang. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Baihaki, A. 2000. Teknik Rancangan dan Abalisis Penelitian Pemuliaan. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. Bandung. Falconer, D. S. and T.F.C. Mackay. 1996. Introduction to Quantitative Genetics. Longman Group. Ltd. England Gaspersz, V., 1994. Metode Perancangan Percobaan, Armico, Bandung. Gomez. K. A., and A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Ed. II. UI Press (terjemahan). Jamil A, Satoto, Sasmita P, Baliadi Y, Guswara A, dan Suharna. 2015. Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,Kementerian Pertanian, Jakarta. Makarim A. K. U.S Nugraha, dan U.G. Kartasasmita, 2010. Teknologi Produksi padi sawah. Puslitbangtan. Bogor. Manurung S.O., dan Ismunadji M. 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi. Dalam Padi. Buku 1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Murata, Y. and S. Matsusima, 1978. Rice, In L.T. Evans (ed), Crop Physiology. Cambridge University Press. Cambridge. P. 73-99 Poehlman, J. M., and D. A. Sleper. 1995. Breeding Field Crops. 4 th ed. Ioawa State University Press. Ames AVI Pbl. Company. Sembiring H. 2008. Kebijakan penelitian dan rangkuman hasil penelitian bb padi dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional. Dalam: Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 39-59. Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Science. International Rice Reserch Institute. Losa banos, Philippines. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 203