3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Karet Karet (Havea brasiliensis) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan. karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter mencapai 40 m dan 35 cm (Anwar, 2010). batang tanaman ini mengandung getah yang disebut dengan lateks dan merupakan sumber karet alam dunia. Karet memiliki struktur daun majemuk yang terdiri atas tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama sekitar 3 20 cm dan panjang anak daun sekitar 3-10 cm dengan jumlah anak daun biasanya 3 anak daun. Anak daun berbentuk oval, memanjang, dan daunnya meruncing. Karet mempunyai biji yang terdapat dalam setiap buah. Jumlah biji sekitar 3 6 sesuai dengan jumlah ruang buah. Warna biji coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Karet memiliki akar tunggang dengan banyak akar-akar lateral. Anwar (2010) menyatakan bahwa karet tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian kurang dari 1200 m dpl dengan kemiringan lahan 0 70 m. Kondisi tanah yang optimum adalah tanah-tanah dengan kedalaman mencapai 1 m, mempunyai drainase yang baik dan dengan kisaran ph 4.0 8.0, tetapi tumbuh lebih baik pada kondisi tanah masam. Omokhafe dan Emoedo (2010) juga menyatakan iklim yang sesuai untuk karet adalah yang memiliki suhu udara sekitar 22 30 O C, kelembaban relatif tidak melampaui 70 80 %, curah hujan setiap tahunnya antara 1500 3000 mm dengan panjang bulan kering maksimum 3-4 bulan. Pada musim kering, karet akan menggugurkan daun setiap tahunnya. Pertumbuhan karet yang optimum dicapai dengan populasi 400 500 tanaman setiap hektar. Lateks Lateks merupakan hasil dari penyadapan karet. Penyadapan karet merupakan sistim pengambilan lateks dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk memperoleh produksi tinggi, secara ekonomis menguntungkan dan
4 berkesinambungan dengan memperhatikan kesehatan tanaman (Setyamidjaja, 1993). Setelah penyadapan, maka hasil karet akan dikumpulkan untuk dijual. Hasil lateks tidak selalu tetap setiap harinya, banyak hal yang mempengaruhi volume lateks yang didapatkan. Lateks yang dihasilkan dipengaruhi oleh klon karet, umur karet (Khasanah et al, 2007), lilit batang karet, intensitas pengambilan dan cara penyadapan (Joshi et al, 2002), keadaan tanah, dan waktu penyadapan (Omokhafe dan Emoedo, 2010). Klon klon lama yang telah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100. Tahun 2006 telah diliris klon-klon karet baru yaitu: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118 (Anwar, 2010). Klon klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu, pengguna harus memilih dengan cermat klon klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis jenis produk karet yang akan dihasilkan. Karet yang siap sadap juga bergantung pada umur tanaman. Pertambahan umur sebanding dengan pertambahan lilit batang karet. Lilit batang karet betambah 0 2 cm setiap bulannya (Chandrasekhar et al, 2005). Omokhafe dan Emoedo (2010) menyatakan produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 100 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen. Omokhafe (2004) menyatakan Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping system, UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah. Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung
5 disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba. Secara umum, permulaan sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan sadapan sebesar 40 o dari garis horizontal (Cornish, 2001). Pada sistem sadapan bawah, besar sudut irisan akan semakin mengecil hingga 30 o bila mendekati "kaki gajah" (pertautan bekas okulasi). Sistem sadapan ke atas sudut irisan akan semakin membesar. Secara teoritis, apabila didukung dengan kondisi pertumbuhan yang sehat dan baik, tanaman karet telah memenuhi kriteria matang sadap pada umur 5-6 tahun. Dengan mengacu pada patokan tersebut, berarti mulai pada umur 6 tahun tanaman karet dapat dikatakan telah merupakan tanaman menghasilkan atau TM. Nafri (2008) menambahkan bahwa tebalnya irisan sadap ± 1.5-2 mm, penyadapan dilakukan 2 hari sekali (pemakaian kulit hanya 2.5 cm / bulan), biasanya pembuluh lateks terletak pada ketebalan 7 mm, penyadapan jangan sampai terkena lapisan kambium (±1-1.5 mm dari lapisan kambium), dan waktu penyadapan yang terbaik antara pukul 05.00-07.00 pagi. Setelah dilakukan penyadapan tanaman karet maka kulit yang telah dipotong akan melakukan regenerasi (Kongsawadworakul et al., 2009). Regenerasi akan berlangsung sejak kulit mulai disadap dan akan kembali normal pada tahun kedua setelah penyadapan. Gulma juga merupakan komponen yang dapat mepengaruhi produksi lateks. Keberadaan gulma yang tumbuh pada area kebun dapat menjadi saingan tanaman karet dalam menyerap unsur hara. Pengendalian gulma sangat penting, karena pengurangan unsur hara yang diserap tanaman akan berpengaruh terhadap produksi tanaman (Priyadarshan et al., 2005). Gulma yang menjadi pesaing karet adalah alang-alang, Mikania cordorata, Axonopus sp, puspalum konjugatum, Imperata cylindrical, Melastoma malabathricum, Borreria alata (Yeoh and Taib, 1979 dan Anwar 2010). Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual ataupun kimia. Cahaya Kontinu Karet menyukai intensitas cahaya matahari yang rendah (Chandrasekhar et al., 2005). Hal ini disebabkan pada saat musim hujan dan intensitas cahaya
6 matahari menurun maka daun tanaman karet melebar dan membantu peningkatan proses fotosintesis. Intensitas matahari yang terlalu besar dapat mengakibatkan pengguguran daun. Musim kering (panas) berturut-turut selama dua bulan akan menyebabkan stress pada tanaman karena penguapan yang besar dan pasokan air yang sedikit. Sehingga proses fotosintesis terganggu. Jumlah panjang hari sangat mempengaruhi produktifitas karet. Jumlah panjang hari yang dibutuhkan oleh tanaman karet adalah 12 jam setiap hari (Yeang, 2007). Radiasi cahaya matahari dapat mempengaruhi fotosintesis karet. Cahaya yang efisien digunakan oleh tanaman karet adalah 0.17 0.31 g MJ -1 (Khasanah et al, 2007). Agusta dan Santosa (2005) menyatakan bahwa penambahan cahaya yang terus menerus (fotoperiodisitas 24 jam setiap hari) dengan nilai iradiasi sebesar 0.61 cal/cm 2 /menit dengan nilai iluminasi sebesar 59 lux mampu melakukan penekanan proses pembungaan dan pembentukan polong, pengisian biji, serta produksi kacang hijau kultivar Betet. Hal ini dapat menyatakan bahwa penambahan cahaya dapat memberikan efek negatif terhadap tanaman. Penambahan cahaya kontinu pada tingkat 0.01 cal/cm 2 /menit dengan nilai iluminasi sebesar 2 lux tidak mempengaruhi produksi kacang hijau (Agusta, 2008). Tanaman karet tidak terlalu terpengaruh terhadap suhu dingin pada malam hari. Blohm and Gehrels (2007) menyatakan bahwa tanaman karet dipengaruhi suhu dingin yang berkisar 10 o C pada malam hari. Analisis Komponen Utama Analisis komponen utama merupakan bagian dari analisis multivariat yang melibatkan lebih dari dua variabel. Pola hubungannya dapat bersifat dependen maupun independen. Jika pola hubungan dependen maka dalam analisisnya diperlukan variabel bebas dan variabel tergantung. Salah satu tantangan dalam analisis data peubah ganda adalah mereduksi dimensi dari segugus peubah data yang besar. Hal ini sering kali dilakukan dengan cara mereduksi gugus peubah tersebut menjadi gugus peubah yang lebih kecil atau gugus peubah yang baru yang banyaknya lebih sedikit. Peubah-peubah baru tersebut merupakan fungsi dari peubah asal atau peubah asal itu sendiri
7 memiliki proporsi informasi yang signifikan mengenai gugus data tersebut. Pereduksian dimensi ini sangat diperlukan saat melakukan eksplorasi data menggunakan plot-plot untuk memberikan informasi secara visual. Penggunaan komponen utama merupakan fungsi linier tertentu dari peubah asal. Sering disarankan untuk digunakan dalam proses mereduksi banyak peubah. Analisi komponen utama adalah prosedur statistik untuk mendapatkan komponen utama yang mampu mempertahankan sebagian besar informasi yang terkandung pada data asal (Sartono, et all. 2003). Komponen utama mampu mempertahankan sebagian besar informasi yang diukur menggunakan keragaman total hanya menggunakan sedikit komponen utama saja. Analisis komponen utama juga dapat dipandang sebagai sebuah kasus proyeksi data dari dimensi besar ke dimensi yang lebih rendah. Analisis komponen utama adalah salah satu teknik ekplorasi data yang digunakan sangat luas ketika menghadapi data peubah ganda. Metode yang digunakan untuk menentukan banyaknya komponen utama yaitu bedasarkan pada kumulatif proporsi keragaman total yang mampu dijelaskan. Minimum persentasi di entukan terlebih dulu, dan selanjutnya banyaknya komponen yang paling kecil sehingga batas itu terpenuhi dijadikan sebagai banyaknya komponen utama. Tidak ada patokan yang baku berapa batas minimum tersebut.