HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Adsorben

dokumen-dokumen yang mirip
Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

APLIKASI BENTONIT-ZEOLIT DALAM MENINGKATKAN MUTU MINYAK AKAR WANGI HASIL PENYULINGAN DAERAH KABUPATEN GARUT AHMAD FIRDAUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

ION EXCHANGE DASAR TEORI

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB I PENDAHULUAN. tropis seperti di pesisir pantai dan dataran tinggi seperti lereng gunung.

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam

dapat mencapai hingga 90% atau lebih. Terdapat dua jenis senyawa santalol dalam minyak cendana, yaitu α-santalol dan β-santalol.

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

ABSTRAK. Kata kunci : minyak nilam, pemurnian kimia, pemurnian fisik, kejernihan, kandungan PA ABSTRACT

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

Metodologi Penelitian

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

TUGAS ANALISIS AIR, MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS LEMAK

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 Hasil dan Pembahasan

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

KIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

PROSES BLEACHING MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN BENTONIT ASAL MUARA LEMBU

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

MODIFIKASI ZEOLIT MELALUI INTERAKSI DENGAN Fe(OH) 3 UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS TUKAR ANION. Syafii, F; Sugiarti, S; Charlena.

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

Cation Exchange Capacity of Zeolite X from Bagasse Ash against Magnesium(II)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

Transkripsi:

±0,2 C. Sebelum contoh diteteskan, suhunya dibuat sama dengan suhu pengukuran. Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil. Penentuan kelarutan d etanol. Satu ml contoh minyak diukur di d gelas ukur yang berukuran 10 ml. Etanol 95 % ditambahkan setetes demi setetes dengan dikocok setelah setiap penambahan, sampai diperoleh larutan yang sebening mungkin pada suhu 20 C. Kekeruhan yang terjadi dibandingkan dengan larutan pembanding bila larutan tersebut tidak bening. Penentuan bilangan asam. Asam-asam bebas dinetralkan dengan larutan terstandar d etanol. Ditimbang (0,7 g ± 0,05) g contoh lalu dilarutkan d 5 ml etanol netral pada labu bulat dan ditambahkan 5 tetes larutan fenolftalein sebagai indikator. Campuran tersebut dititrasi dengan 0,1 N d etanol sampai warna merah muda. Bilangan asam ditentukan dengan persamaan berikut: V Bilangan asam N W BM Penentuan bilangan ester. Sebanyak (1,5 ± 0,05) g contoh ditimbang d labu penyabunan. Ditambahkan 25 ml 0,5 N d alkohol dan batu didih, lalu labu direfluks diatas penangas air selama 1 jam. Setelah dingin, labu dilepaskan dari pendingin dan dititrasi dengan HCl 0,05 standar dan indikator fenolftalein sampai warna tepat hilang. Pengujian blanko dilakukan dengan cara yang sama, tetapi tanpa menggunakan contoh. Bilangan ester (E) ditentukan dengan persamaan: ( V E blanko V ) W N HCl BM dengan V blanko dan V ialah mililiter titran yang terpakai untuk menetralkan berturutturut blanko dan contoh, sedangkan W ialah gram contoh yang digunakan. Penentuan bilangan ester setelah asetilasi. Kira-kira 10 ml contoh dicampurkan dengan 10 ml anhidrida asetat dan 2 g natrium asetat anhidrat d labu asetilasi. Campuran direfluks dengan hati-hati selama 2 jam, lalu dibiarkan mendingin. Setelah itu, ditambahkan 50 ml air suling dan dipanaskan kembali selama 15 menit pada suhu 40 50 C dengan sering dikocok. Campuran ini dibiarkan mendingin ke suhu kamar sebelum dipindahkan ke corong pisah. Labu dibilas 2 kali masing-masing dengan 10 ml air suling, dan air bilasan digabungkan ke corong pisah. Ketika 2 lapisan telah memisah sempurna, lapisan air dibuang dan lapisan minyak dikerjakan lebih lanjut. Lapisan minyah dicuci berturut-turut dengan larutan jenuh 50 ml NaCl, 50 ml Na 2 CO 3 -NaCl, 50 ml NaCl, dan 20 ml air suling. Apabila pencucian dengan larutan jenuh tersebut telah dilakukan dengan baik, minyak akan netral terhadap kertas lakmus (ph 7). Lapisan minyak ini dipindahkan ke d sebuah tabung yang kering dan dikocok beberapa kali selama 15 menit dengan sedikitnya 3 g MgSO 4 anhidrat. Minyak disaring lalu pengocokan diulangi dengan 3 g MgSO 4 anhidrat berikutnya sampai minyak yang terasetilasi ini bebas dari air. Minyak yang terasetilasi ditimbang sampai ketelitian 0,05 g sebanyak 0,7 g lalu ditambahkan 2 ml air suling dan 0,5 ml larutan fenolftalein. Sebanyak 25 ml 0,5 N d alkohol ditambahkan, kemudian campuran direfluks di atas penangas air selama 1 jam. Campuran didinginkan dengan cepat dengan menambahkan 20 ml air suling dan kelebihan alkali dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N. Rumus penentuan bilangan ester setelah asetilasi sama seperti yang tidak diasetilasi. Penentuan alkohol total sebagai vetiverol. Senyawa alkohol total sebagai vetiverol dihitung dari bilangan ester sebelum asetilasi (E 1 ) dan setelah asetilasi (E 2 ): 220,36 ( E2 E1 ) Persen vetiverol 561 0,42E2 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Adsorben Bentonit dan zeolit yang digunakan d penelitian ini berasal dari Bogor. Diagram alir untuk pencirian adsorben dapat dilihat pada Lampiran 2. Informasi ph dan kapasitas tukar kation (KTK) diperoleh dari penjualnya, CV. Jaya Abadi (Tabel 2) sedangkan warna tentukan dengan soil munsell color chart (Tabel 3). Tabel 2 Nilai ph dan KTK dari bentonit dan zeolit Bahan ph KTK (mek/g) Bentonit 4,18 33,70 Zeolit 5,05 44,40

Tabel 3 Warna bentonit dan zeolit Bahan Kode Warna Warna Bentonit 10YR 8 / 3 sangat pucat Zeolit 2,5Y 8 / 2 Putih D penelitian ini, Ca-bentonit yang telah dimurnikan diaktivasi dengan HCl 6 N. Aktivasi ini betujuan membuat struktur permukaan bentonit lebih berpori dengan menghilangkan sisa pengotor mineral yag tidak dapat hilang selama proses pemurnian. Montmorilonit adalah penyusun utama bentonit, dan struktur bertingkat-tingkat yang dimilikinya membentuk kemampuan adsorpsi bentonit. Ion kalium, natrium, dan kalsium mengisi ruang antarlamela, sedangkan ion aluminium yang dapat tukar dengan magnesium dan besi (III) mengisi lapisan oktahedral dari kisi struktur montmorilonit. Larutan asam dengan konsentrasi yang cukup besar mampu menggantikan ion K +, Na +, dan Ca 2+ dengan H + serta melepaskan ion Al 3+, Fe 3+, dan Mg 2+, sehingga meningkatkan daya adsorpsi bentonit (Nurliana 2006). Sebagaimana halnya bentonit, zeolit mempunyai bentuk kristal sangat teratur dengan rongga-rongga yang saling berhubungan ke semua arah. Namun, karena zeolit ini berada di, rongga-rongganya masih terisi oleh ion-ion logam, molekul air, dan pengotor lainnya. Pengotor-pengotor tersebut juga dihilangkan dengan aktivasi menggunakan HCl 6 N. Aktivasi zeolit dengan asam akan melarutkan beberapa logam alkali sepeti Ca 2+, K +, Na +, dan Mg 2+ yang menutupi sebagian rongga sehingga zeolit lebih berpori dan permukaannya lebih aktif (Aryani 2003). Keberhasilan aktivasi bentonit dan zeolit dapat dilihat dari tingginya nisbah Si dan Al setelah aktivasi. Peningkatan ini terjadi karena aktivasi menyebabkan dealuminasi sebagian atau seluruh logam Al d kerangka adsorben yang lebih lanjut juga menurunkan kepolaran dan sifat asam Brönsted-nya. Tabel 4 memperlihatkan bahwa bentonit hasil aktivasi memiliki kandungan silika sebagai SiO2 sebesar 85,18% dan alumina sebagai Al 2 O 3 sebesar 2,80%, sehingga nisbah Si/Al-nya mencapai 30,42. Nisbah Si/Al zeolit hasil aktivasi juga cukup tinggi, mencapai 25,86, dengan 88,19% kandungan SiO 2 dan 3,41% kandungan Al 2 O 3. Hasil lengkap dapat dilihat di Lampiran 3. Tabel 4 Nisbah Si/Al pada bentonit dan zeolit setelah aktivasi Bahan Kadar Kadar Rasio SiO 2 (%) Al 2 O 3 (%) Si/Al Bentonit 85,18 2,80 30,42 Zeolit 88,19 3,41 25,86 Reaksi dealuminasi yang terjadi antara bentonit maupun zeolit dan HCl d medium air adalah sebagai berikut: Kehadiran H + menyebabkan pasangan elektron bebas pada atom O cenderung membentuk ikatan kovalen koordinasi. Atom O yang kehilangan sepasang elektron bebasnya menjadi tuna elektron sehingga ikatan Al-O yang lebih polar dibandingkan dengan Si-O mudah putus dan terjadi dealuminasi. Atom Al mempunyai valensi tiga, namun berikatan dengan 4 atom O d kerangka bentonit dan zeolit sehingga bermuatan formal -1. Muatan negatif ini dinetralkan oleh kation logam alkali atau alkali tanah. Asam kuat seperti HCl dapat memutuskan ikatan antara atom O dan atom Al. Kekosongan valensi Al akan diisi oleh ion Clˉ dan kekosongan valensi oksigen akan digantikan proton. Kation M + d bentonit maupun zeolit akan terlepas dari kerangkanya membentuk garam MCl, sedangkan Al 3+ akan berikatan dengan Clˉ membentuk AlCl 3 (Setyawan 2002). Analisis jenis mineral pada bentonit dengan XRD (Gambar 7) montmorillonit diperlihatkan oleh puncak difraksi 15,5, 5,2, dan 4,5 Å; kuarsa (4.26 dan 3,34 Å), serta kristobalit (4,04 Å). Sementara itu, analisis XRD pada zeolit (Gambar 8) memperlihatkan keberadaan klinoptilolit (8,92, 5,11, dan 2,97 Å); campuran mineral smektit (16,4 Å); haloisit (10,41 dan 4,45 Å); felspar (3,20 Å); kuarsa (3,33 Å), serta kritobalit (4,03 Å). Gambar 7 Difraktogram contoh bentonit. Gambar 8 Difraktogram contoh zeolit.

Mutu Minyak Akar Wangi Analisis mutu minyak akar (Lampiran 4) meliputi sifat fisis dan kimia. Analisis sifat fisis yang dilakukan adalah warna, bau, bobot jenis, indeks bias, dan kelarutan d etanol 95 %, sedangkan analisis sifat kimianya meliputi bilangan asam, bilangan ester, bilangan ester setelah asetilasi, dan kandungan vetiverol total. Sebagai acuan standar mutu minyak akar didunakan SNI nomor 06-2386-2006 tahun 2006 (Tabel 5). Tabel 5 SNI nomor 06-2386-2006 untuk minyak akar Jenis uji Persyaratan Warna Kuning muda cokelat Bau Bobot Jenis 0,980 1,003 20 o C/20 o C Indeks bias (20 o C) 1,520 1,530 Kelarutan d 1:1 jernih, etanol 95 % seterusnya jernih Bilangan asam 10 35 Bilangan ester 5 26 Bilangan ester 100 150 setelah asetilasi Vetiverol total Minimum 50 Tabel 6 menunjukkan sistem pengodean pada minyak akar yang digunakan d penelitian ini. Kode tersebut akan digunakan d pembahasan selanjutnya. Tabel 6 Pengodean contoh minyak akar Kode Contoh MAW-0 Minyak akar tanpa adsorben MAW-B Minyak akar dengan adsorben bentonit MAW-Z Minyak akar dengan adsorben zeolit MAW- 0,04 (B/Z) Minyak akar dengan adsorben campuran bentonit - MAW- 0,05 (B/Z) zeolit dengan nisbah 0,04 Minyak akar dengan adsorben campuran bentonit - zeolit dengan nisbah 0,05 Sifat Fisika Hasil penentuan warna minyak akar sebelum dan setelah penambahan adsorben adalah coklat dan baunya masih berbau khas akar dapat dilihat pada tabel 7. Menurut syarat mutu SNI warna dan bau tersebut sudah memenuhi syarat. Tabel 7 Warna dan bau minyak akar. Kode Warna Bau MAW-0 MAW-B MAW-Z MAW-0,04 (B/Z) MAW-0,05 (B/Z) Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting d menentukan mutu dan kemurnian minyak akar karena bobot jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen-komponen yang terkandung di dnya, semakin besar fraksi berat yang terkandung d minyak maka semakin besar pula nilai densitasnya. Bobot jenis hasil penelitian dapat dilihat d Tabel 8 : Tabel 8 Bobot jenis minyak akar. Kode Bobot jenis MAW-0 0,9876 MAW-B 0,9878 MAW-Z 0,9878 MAW-0,04 (B/Z) 0,9878 MAW-0,05 (B/Z) 0,9877 Berdasarkan hasil yang didapat (Lampiran 5) bobot jenis sebelum maupun sesudah penambahan adsorben telah memenuhi syarat mutu SNI yaitu berkisar antara 0,9800 1,0030. Indek bias minyak akar berhubungan erat dengan komponenkomponen yang tersusun di d minyak yang dihasilkan seperti halnya bobot jenis. Komponen penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indek biasnya, semakin banyak komponen bergugus karbonil yang terdapat d minyak akar, maka kerapatan medium minyak akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan dan menyebabkan indek bias

minyak lebih besar. Indek bias yang dihasilkan pada Tabel 9 sebelum maupun setelah penambahan adsorben masih belum memenuhi syarat mutu SNI yaitu berkisar antara 1,5200 1,5300. Hasil lengkap dapat dilihat di Lampiran 6. Tabel 9 Indek bias minyak akar. Kode Indek bias MAW-0 1,5151 MAW-B 1,5151 MAW-Z 1,5152 MAW-0,04 (B/Z) 1,5151 MAW-0,05 (B/Z) 1,5150 Kelarutan minyak d alkohol ditentukan jenis komponen kimia yang terkandung d minyak (Guenther 2006). Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung senyawa terpen teroksigenasi lebih larut daripada yang mengandung terpen. Makin tinggi kandungan terpen tak teroksigenasi makin rendah daya larutnya, hal ini dikarenakan senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Kelarutan minyak akar d alkohol dapat dilihat pada Tabel 10 : Tabel 10 Kelarutan d alkohol minyak akar. Kode Kelarutan d alkohol MAW-0 1:1 larut jernih MAW-B 1:1 larut jernih MAW-Z 1:1 larut jernih MAW-0,04 (B/Z) 1:1 larut jernih MAW-0,05 (B/Z) 1:1 larut jernih Menurut Tabel 10 di atas minyak akar baik sebelum maupun setelah penambahan adsorben mempunyai kelarutan d alkohol 1:1 dengan warna jernih, sehingga telah memenuhi standar mutu SNI. Sifat Kimia Bilangan asam yang semakin besar dapat mempengaruhi kualitas minyak akar apabila selama penyimpanan terjadi proses oksidasi sehingga menyebabkan bau khas minyak berubah. Bilangan asam minyak akar sebelum dan setelah penambahan adsorben terlihat pada Tabel 11 : Tabel 11 Bilangan asam minyak akar. Kode Bilangan asam MAW-0 36,05 MAW-B 35,35 MAW-Z 35,18 MAW-0,04 (B/Z) 35,49 MAW-0,05 (B/Z) 35,76 Berdasarkan Tabel 11 terlihat sedikit perubahan bilangan asam setelah penambahan adsorben, hal ini menandakan adsorben yang ditambahkan berfungsi walaupun hanya sedikit asam yang terjerap, selain itu nilai bilangan asam yang masih tinggi dikarenakan adsorben baik bentonit maupun zeolit setelah diaktivasi tidak di cuci sampai ph netral, sehingga nilai tersebut masih belum memenuhi syarat mutu SNI yaitu sebesar 35. Hasil lengkap standarisasi dan penentuan bilangan asam dapat dilihat di Lampiran 7 dan 8. Hasil penentuan bilangan ester pada minyak akar setelah penambahan adsorben pada Tabel 12 tidak berbeda nyata dari nilai bilangan ester sebelum penambahan adsorben dan masih memenuhi syarat mutu SNI yaitu berkisar antara 5 26. Hal ini menandakan jumlah senyawa ester yang terkandung d minyak akar yaitu vetivenil vetivenat selama proses adsorpsi tidak banyak mengi perubahan. Hasil lengkap dapat dilihat di Lampiran 9. Tabel 12 Bilangan ester minyak akar. Kode Bilangan ester MAW-0 15,51 MAW-B 16,51 MAW-Z 16,21 MAW-0,04 (B/Z) 16,22 MAW-0,05 (B/Z) 15,41 Tabel 13 Bilangan ester setelah asetilasi minyak akar. Kode Bilangan ester setelah asetilasi MAW-0 134,34 MAW-B 170,26 MAW-Z 188,28 MAW-0,04 (B/Z) 183,42 MAW-0,05 (B/Z) 182,52

Tabel 14 Kandungan vetiverol total minyak akar. Kode Kandungan vetiverol total (%) MAW-0 51,90 MAW-B 69,22 MAW-Z 78,68 MAW-0,04 (B/Z) 76,13 MAW-0,05 (B/Z) 76,03 Berdasarkan penentuan bilangan ester setelah asetilasi (Lampiran 10) nilai yang di dapat sebelum dan setelah penambahan adsorben menunjukkan kenaikan yang tinggi (Tabel 13). Perubahan yang tinggi dari bilangan ester setelah asetilasi ini disebabkan oleh adsorben mampu menjerap pengotorpengotor d minyak akar, yaitu diduga berupa polimer dan logam-logam pengotor seperti Fe dan Cu yang terbentuk selama proses penyulingan, sehingga seiring dengan bilangan ester setelah asetilasi naik tinggi, maka kandungan vetiverol totalnya pun naik tinggi seperti pada Tabel 14 di atas. Hasil lengkap kandungan vetiverol total dapat dilihat di Lampiran 11. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Peningkatan mutu minyak akar hasil penyulingan Kabupaten Garut dari kandungan vetiverol sebagai alkohol total pada minyak akar sebelum dan setelah penambahan adsorben terjadi kenaikan yang cukup tinggi yaitu dari 51,90% menjadi 69,22% (MAW-B), 78,68% (MAW-Z), 76,13% (MAW-0,04) dan menjadi 76,03% (MAW-0,05). Penambahan adsoben zeolit menunjukan tingkat kemurnian yang lebih tinggi dibanding penambahan adsorben bentonit maupun campurannya maka zeolit mampu memurnikan kandungan vetiverol lebih tinggi untuk meningkatkan mutu minyak akar. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menurunkan kandungan asam dan pemucatan warna minyak akar yang lebih baik supaya memenuhi standar mutu SNI. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Proyek kerja Dinas Pertambangan Sumatera Utara. http://www.distampropsu.go.id/kegiatan8.php.htm. [16 Mei 2009]. Aryani Y. 2003. Studi kemampuan zeolit yang di impregnasi dengan ion Mn 2+ sebagai adsorben ion Fe d air [skripsi]. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Guenther E. 2006. Minyak Atsiri Jilid IV. Terjemahan: Ketaren S. Jakarta: UI Press. Grim, Ralph E. 1962. Applied Clay Minerologi. New York: Mc Graw Hill Book Company Inc. Hernani TM. 2006. Peningkatan Mutu Minyak Atsiri Melalui Proses Pemurnian. Di d: Konferensi Nasional Minyak Atsiri 2006, Solo, 18-20 Sep 2006. Bogor: Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Kardinan A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Penuh Potensi. Jakarta: Agro Media Pustaka. Kirk BE dan DF Othmer. 1985. Encyclopedia of chemical technology. New york: The Inter Science Encyclopedia Inc. Nurliana L. 2006. Aplikasi bentonit untuk memurnikan minyak kelapa sawit [skripsi]. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahian Alam, Universitas Indonesia. Paul J. 2005. Bentonite. http://www.imaeu.org/bentonite/. [16 Mei 2009] Priatna K. 1982. Prospek pemakaian diatomae, bentonit dan arang aktif sebagai penjernih minyak sawit. Laporan Teknik Pengembangan No. 74. Jakarta: Dirjen Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi.