BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam memproduksi daging. Mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-p-aminofenol merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam (makanan, dibuang melalui urin atau asam empedu.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1Ayam Pedaging

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory

BAB I PENDAHULUAN. sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2-5% dari berat badan pada orang dewasa normal yang terletak pada kwadran

Para-aminofenol Asetanilida Parasetamol Gambar 1.1 Para-aminofenol, Asetanilida dan Parasetamol (ChemDraw Ultra, 2006).

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan tikus Wistar sebagai hewan coba. Mekanisme dasar

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

menghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

PENGANTAR FARMAKOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih

BAB I PENDAHULUAN. obat ini dijual bebas di apotik maupun di kios-kios obat dengan berbagai merek

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tikus putih yang memiliki nama ilmiah Ratus novergicus adalah hewan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

1 Universitas Kristen Maranatha

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum, Provitamin A dan Kandungan Vitamin A di Hati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi banteng liar (Bibos banteng) (Batan, 2006). Banteng-banteng liar

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Ditinjau dari sistematika ternak,

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini sebagian besar masyarakat lebih mempercayai pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi merupakan minuman psikostimulant yang akan

FARMAKOKINETIKA. Oleh Isnaini

BAB 1 PENDAHULUAN. Jejas hati imbas obat (drug-induced liver injury; DILI) atau biasa dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup

HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

Farmakologi. Pengantar Farmakologi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM. Farmakodinamik. ., M.Med.Ed. normal tubuh. menghambat proses-proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengantar Farmakologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suplemen berenergi adalah jenis minuman yang ditujukan untuk. stamina tubuh seseorang yang meminumnya. (

Pengantar Farmakologi Keperawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Ayam Pedaging Ayam pedaging atau broiler merupakan ayam ras unggul hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat sehingga mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani asal ternak (Ardana, 2009). Ukuran berat karkas ayam pedaging berumur 6 minggu sama besarnya dengan ayam kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Pada umumnya, ayam pedaging di Indonesia sudah mulai dipasarkan mulai umur 5-6 minggu dengan berat 1.3-1.6 kg walaupun laju pertumbuhan belum mencapai maksimum. Pemeliharaan ayam pedaging pada umur diatas enam minggu dapat memperbesar biaya produksi (biaya pakan) karena jumlah biaya yang dikeluarkan tidak seimbang dengan tambahan daging yang dihasilkan. Menurut Ardana (2009), ayam pedaging merupakan hewan homeothermis atau berdarah panas yang memiliki kemampuan terbatas untuk menyesuaikan diri dengan suhu lingkungannya. Cuaca yang selalu berubah-ubah akan membuat ayam pedaging mudah terserang penyakit sehingga gagal panen. Oleh karena itu disamping pakan yang baik, ayam pedaging perlu diberi vitamin, antibiotika, vaksin dan obat antipiretik untuk mengurangi cekaman suhu agar hidup sehat sampai usia panen.

7 2.2 Parasetamol 2.2.1 Struktur Kimia Parasetamol Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau dan rasanya sedikit pahit. Parasetamol larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida (NAOH). Parasetamol mempunyai berat molekul 151,16 (DITJEN POM, 1995). Parasetamol relatif aman dikonsumsi pada dosis terapi, walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik, kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal. Parasetamol mempunyai beberapa nama generik antara lain N-hidroksi asetanilida, N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen. Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia. Struktur kimia parasetamol ditunjukkan pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Gambar Struktur Kimia Parasetamol (Wikipedia, 2014) Parasetamol berawal dari asetanilid yang merupakan anggota pertama golongan obat p-aminofenol. Asetanilid diperkenalkan di bidang kedokteran pada tahun 1886 dengan nama antifebrin oleh Chan dan Hepp, yang secara kebetulan menemukan kerja antipiretiknya. Namun asetanilid sangat toksik. Dalam usaha menemukan senyawa yang kurang toksik, p-aminofenol dicoba dengan keyakinan bahwa tubuh akan mengoksidasi asetanilid menjadi senyawa ini. Namun, toksisitasnya tidak berkurang, dan sejumlah turunan kimiawi p-aminofenol

8 kemudian diuji. Salah satu dari turunan tersebut yang lebih memuaskan adalah fenasetin atau asetofenetidin (Goodman dan Gilman, 2007). Fenasitin diperkenalkan ke dalam terapi pada tahun 1887 dan banyak digunakan dalam campuran analgesik sampai diketahui fenasetin menyebabkan nefropati akibat penyalahgunaan analgesik, akibatnya fenasetin tidak lagi tersedia khususnya di amerika serikat. Akhirnya di temukan pada tahun 1949 metabolit aktif dari asetanilid dan fenasetin yaitu parasetamol yang relatif lebih aman (Goodman dan Gilman, 2007). 2.2.2 Farmakokinetik Parasetamol Parasetamol diabsorpsi dengan cepat dan hampir sempurna dalam saluran cerna. Konsentrasi dalam plasma mencapai puncak dalam 30 sampai 60 menit, waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Indeks terapi parasetamol berada di antara 5-20 mg/ml. Parasetamol sedikit terikat dengan protein plasma dan dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian parasetamol (80%) dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat, yang secara farmakologi tidak aktif (Katzung, 1997). Jalur metabolisme parasetamol di tunjukkan pada gambar 2.2. Kurang dari 5% parasetamol diekskresikan dalam bentuk tidak berubah. Parasetamol mengalami metabolisme menghasilkan suatu metabolit minor tetapi sangat aktif dan penting pada dosis besar yaitu NAPQI karena toksis terhadap hati dan ginjal. Pada jumlah toksis atau adanya penyakit hati, waktu paruhnya meningkat menjadi dua kali lipat atau lebih (Katzung, 1997).

9 Gambar 2.2 Skema yang menggambarkan jalur metabolisme parasetamol (Goodman dan Gilman, 2007) 2.2.3 Farmakodinamik Parasetamol Parasetamol digunakan sebagai analgesik dan antipiretik. Meskipun efek analgesik dan antipiretiknya setara dengan aspirin, parasetamol berbeda karna efek antiinflamasinya hampir tidak ada (Katzung, 1997). Parasetamol dapat digunakan untuk pasien yang dikontraindikasikan menggunakan aspirin (misalnya pasien ulser lambung) untuk penggunaan analgesik atau antipiretiknya. Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, bagaimana mekanismenya belum diketahui secara pasti. Menurut Goodman dan Gilman (2007), parasetamol mengurangi produksi prostaglandin yaitu suatu senyawa proinflamasi, tetapi parasetamol tidak mempunyai sifat antiinflamasi seperti halnya aspirin. Sebagai antipiretik,

10 parasetamol bekerja mengembalikan suhu tubuh dalam keadaan demam menjadi normal dengan menghambat produksi prostaglandin di susunan saraf pusat. 2.3 Hati Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar di dalam rongga perut. Secara umum hati berperan penting dalam metabolisme dan berfungsi dalam tubuh sebgai detoksifikasi, penyimpanan glikogen, dan sintesis plasma protein. Selain itu, hati juga berperan dalam memproduksi empedu yang penting dalam pencernaan (Handayani, 2008). Istilah medis yang berhubungan dengan hati selalu dimulai dengan kata hepato atau hepatic yang berasal dari kata yunani dengan kata hepar yang berarti hati. Hati terdiri beberapa lobus, tergantung pada spesiesnya. Menurut Amrullah (2002), hati ayam baik bloiler maupun layer berwarna coklat atau coklat tua dan terdiri dari dua lobus. Struktur umum mirip dengan hati mamalia, hanya saja lobulasinya kurang jelas di daerah segitiga Kiernan. Limfosit dan leukosit banyak terdapat pada stoma hepatic. Susunan sel yang radier dalam lobus kurang jelas, tetapi jalinannya cukup jelas (Hartono 1992). Menurut Delman dan Brown (1992), keistimewaan hati terdapat pada sirkulasinya yang berlainan dengan alat tubuh lain. Hati mendapat pemberian darah ganda. Vena porta hepatica membawa darah penuh makanan yang diserap usus dan organ tertentu, sedangkan arteri hepatica menyalurkan darah ke sel-sel hati dengan darah bersih yang kaya oksigen. Menurut Hartono (1992), di daerah hubungan antara tiga lobules, jaringan ikat interlobularis meluas dan membentuk segitiga Kiernan yang mengandung

11 unsur-unsur arteri lobularis cabang dari arteri hepatica, vena interlobularis cabang vena porta, duktus interlobularis, pembuluh limfe dan saraf otonom. Unit fungsional hati adalah asinus hati. Asinus hati memiliki tiga gambaran daerah yang samar. Zona pertama adalah daerah yang dekat dengan kerangka vaskular. Hepatosit adalah yang pertama kali menerima darah dan nutrisi, serta yang pertama mengalami regenerasi. Zona ketiga adalah daerah sekitar vena sentralis. Di daerah ini terdapat sel-sel hati yang paling toleran dan paling cepat mati karena menerima darah dengan mutu yang paling rendah. Zona kedua adalah daerah antara zona pertama dan ketiga. Zona ini mendapat suplai darah berkualitas sedang (Dellman dan Brown, 1992). 2.3.1 Fungsi Hati Hati memiliki peranan yang penting dan melakukan berbagai fungsi yang komplesk. Berbagai fungsinya antara lain ekstraksi (metabolit), sekresi (empedu), penyimpanan (lipid, vitamin A, vitamin B, dan glikogen), sintesis (fiksinogen, globulin,albumin dan protrombin), fagositosis (benda asing), detoksifikasi (obat yang larut dalam lipid), konjugasi (zat beracun, hormon steroid), esterifikasi (asam lemak bebas menjadi gliserida), metabolisme (protein, hidrat arang, lemak, hemoglobin, obat) dan hemopoesis (Delman dan Brown, 1992). Salah satu fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu. Cairan lengket berwarna kuning kehijauan ini mengandung asam-asam empedu. Asam-asam ini jika masuk ke bagian ujung bawah duodenum membantu pencernaan lemak. Cairan empedu tidak mengandung enzim pencernaan. Fungsi utamanya adalah menetralkan kondisi asam dari saluran usus dan mengawali pencernaan lemak

12 dengan membentuk emulsi. Ayam pedaging memiliki saluran empedu, tetapi ada unggas lain yang tidak memilikinya (Amrullah 2002). Dua saluran empedu menyalurkan empedu dari hati ke usus. Saluran sebelah kanan membesar membentuk kantung empedu, dimana sebagian besar empedu dilewatkan dan sementara disimpan. Saluran bagian kiri tidak membesar dan lebih sedikit empedu yang melewatinya. Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu adanya pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat, durasi pemaparan, dosis dan sel inang yang rentan (Jubb 1993). Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat bersifat sementara dan tetap. Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara. Perubahan ini biasa disebut degenerasi. Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi yang disebabkan oleh iskemia, anemia, metabolisme abnormal dan zat kimia yang bersifat toksik. Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K + dan pemasukan ion Na +, Ca + dan air akan terganggu. Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah air ke dalam sel, sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air. Apabila kerusakan membran sel terus berlangsung, maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuolavakuola, sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat, keadaan ini dinamakan degenerasi hidropis (Cheville 1999). Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga terjadi kematian sel. Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses: yaitu

13 apoptosis dan nekrosa. Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel saja. Lain halnya dengan nekrosa, kematian sel bersifat menyeluruh. Pada nekrosa biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik. Nekrosa ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995). Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1). Toksopatik, disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik, 2). Trofopatik, akibat kekurangan oksigen, zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang 1984). Sel-sel hati memberikan respon berupa suatu perubahan struktur organel. Perubahan ini melibatkan sel dan mesenkim, termasuk kapiler-kapiler, empedu, pembuluh darah dan limfa, terutama sel hati (Bahar, 1975). Kenaikan enzim AST dan ALT pada darah disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada sel-sel penghasil enzim-enzim tersebut. Peningkatan perembesan AST ke peredaran darah disebabkan rusaknya mitokondria, sedangkan ALT yanag terdapat dalam sitoplasma merembes akibat kerusakan ringan, sel-sel hati enzim sitoplasmik akan merembes ke dalam peredaran darah. 2.4 Enzim Transaminase Sel- sel hati menghasilkan dua enzim transaminase yang paling utama yaitu enzim Aspartate Aminotransferase (AST) dan Alanine Aminotransferase (ALT). Bila sel-sel hati rusak biasanya ditandai peningkatan aktivitas kedua enzim tersebut, sehingga melalui hasil tes laboratorium, keduanya memberikan gambaran adanya gangguan hati (Gmikro, 2006). Sel atau jaringan yang mengandung transaminase mengalami nekrosis disebabkan misalnya obat-obatan

14 maka enzim transaminse akan terlepas dan masuk kedalam peredaran darah sehingga aktivitasnya didalam serum meningkat. AST banyak dijumpai pada organ jantung, hati, otot rangka, pankreas, paru-paru. Saat sel organ-organ tersebut rusak, AST dilepaskan dalam darah (Answer, 2007). Aktifitas ALT dalam darah meningkat seiring dengan kerusakan pada sel hepatosit yang terjadi karena infeksi virus dan obat-obatan. Pada peningkatan permeabilitas membran sel, enzim dapat keluar dari sel. Aktivitas AST dan ALT mungkin tinggi sekali pada penyakit akut, dan kurang meningkat pada penyakit hepatoseluler kronik. Hati memiliki mekanisme dalam mempertahankan diri dengan berusaha melawan ketika diserang virus. Saat sel hati mati dinding hati tidak kuat menahan dan akhirnya hati mengalami peradangan. Hal ini menyebabkan aktivitas AST dan ALT mengalami kenaikan dalam darah. Enzim AST dan ALT hanya menggambarkan tingkat kerusakan pada sel hati. Kedua enzim ini tidak dapat menggambarkan bagaimana tingkat kemampuan sel hati dalam meregenerasi. Dalam keadaan normal, sel tubuh dapat regenerasi, menggantinya dengan sel baru (Gmikro, 2006). 2.4.1 Aspartat aminotransferase (AST) Enzim Aspartat aminotransferase (AST) banyak ditemukan pada organ hepar, ginjal, pankreas, jantung, dan paru-paru. Enzim AST merupakan penanda yang tepat pada keruskan mitokondria hepar, salah satu mekanisme yang terjadi pada hepatotoksisitas yang diakibatkan parasetamol. AST diperlukan oleh tubuh untuk kelebihan amonia (Muray, 2003). Jika terjadi peningkatan enzim ini di darah maka dapat diduga bahwa telah terjadi kelainan pada hati (Handoko, 2003).

15 2.4.2 Alanin aminotransferase (ALT) Alanin aminotransferase (ALT) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada organ hepar terutama pada mitokondria dan sitoplasma sel-sel parenkim hepar. ALT memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengiriman karbon dan nitrogen dari otot ke hati. ALT dalam keadaan normal memiliki aktivitas yang tinggi dibanding AST. Jika terjadi peningkatan yang dominan dari aktivitas enzim ini, maka ada kemungkinan terjadi gangguan sel hati (Handoko, 2003). Bila hati mengalami kerusakan, enzim ALT akan dilepas ke dalam darah sehingga terjadi peningkatan aktifitas enzim ALT di dalam darah.