SPIROMETRI PADA IBU-IBU PENDERITA BATUK DI KECAMATAN DARUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 2 Agustus 2011

Nilai Spirometri Penderita Batuk Setelah Minum Seduhan Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Sebagai Obat Tradisional

EFEK OBSTRUKSI PADA SALURAN PERNAPASAN TERHADAP DAYA KEMBANG PARU

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

ABSTRAK PENILAIAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK RAWAT JALAN DENGAN METODE SAINT GEORGE S RESPIRATORY QUESTIONNAIRE (SGRQ)

SPIROMETRI. Deddy Herman. Bagian Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FK UNAND

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

Indikasi Pemeriksaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERIKSAAN FUNGSI PARU DENGAN SPIROMETRI. Hj. Efy Afifah, SKp, M.Kes. Pengukuran obyektif paru menggunakan alat spirometer.

PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG

ABSTRAK. Pengaruh dan Hubungan Merokok Terhadap Kapasitas Vital Paru pada Pria Dewasa

Sistem Pernafasan Manusia

Hubungan Pemeriksaan Faal Paru dan Keluhan Respiratorik pada Jemaah Haji Kota Padang Tahun 2008

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

BAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

PENYULUHAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENURUNAN TANDA DAN GEJALA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. peringkat kelima di seluruh dunia dalam beban penyakit dan peringkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Sri Wahyu Basuki, Anita Sari Nurdi Atmaji, Dedik Hartono, dan Sigit Widyatmoko

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. populasi dalam negara yang berbeda. Asma bronkial menyebabkan kehilangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EFEK PAPARAN PARTIKEL TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

PENGARUH LATIHAN PERNAPASAN DIAFRAGMA TERHADAP ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA ANAK YANG MEMPUNYAI HOBI RENANG USIA 9-15 TAHUN

Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan tahun 2012

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

PENGARUH PURSED LIPS BREATHING

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

ABSTRAK HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG / WAIST CIRCUMFERENCE (WC) DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA LAKI LAKI DEWASA

: CINDY AUDINA PRADIBTA

LAMA PEMBELAJARAN PRAKTIK LABORATORIUM/BENGKEL DAN FUNGSI PARU MAHASISWA JURUSAN ORTOTIK PROSTETIK POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

PERBANDINGAN PARAMETER FUNGSI PARU ATLET PUTRA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI DENGAN SEPAK TAKRAW DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR JAWA TENGAH

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PEMERIKSAAN FAAL PARU

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

Menghitung kapasitas udara paru-paru pada manusia dengan teliti. Mnyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas udara paru-paru manusia

BAB I PENDAHULUAN. bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009).

NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPAT GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI. Disusun Oleh :

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PENILAIAN TINGKAT TERKONTROLNYA ASMA BERDASARKAN METODE ASTHMA CONTROL TEST TM PADA PENDERITA ASMA

LATIHAN BATUK EFEKTIF DAN NAFAS DALAM PADA KLIEN DENGAN PNEMONIA. Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERTUKARAN UDARA O 2 DAN CO 2 DALAM PERNAPASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu

ABSTRAK. PENGARUH TEH HIJAU (Camellia sinensis L.)TERHADAP VOLUME EKSPIRASI PAKSA detik pertama (VEP 1 ) LAKI-LAKI DEWASA NORMAL

III. METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental dengan desain penelitian (Pre-Post Test

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

Kadar Debu Kayu, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja Dan Volume Ekspirasi Paksa Pada Tenaga Kerja Industri Mebel CV Bandengan Wood Desa Kalijambe Sragen

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

PENGARUH PEMBERIAN RENANG DAN PURSED LIP BREATHING UNTUK MENGURANGI SESAK NAFAS PADA KONDISI ASMA BRONKIAL

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup ilmu fisiologi pernapasan.

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

INTISARI. Ahmad Rajidin 1 ; Riza Alfian 2 ; Erna Prihandiwati 3

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE) ANTARA BURUH ADMINISTRASI DENGAN BURUH PROSES PENCELUPAN INDUSTRI BATIK SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kolam Renang dan Studio Senam di

BAB 4 METODE PENELITIAN

Transkripsi:

ISSN: 2087-2879 SPIROMETRI PADA IBU-IBU PENDERITA BATUK DI KECAMATAN DARUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR Spirometry in Patients with Cough at Darussalam Sub District in Aceh Besar Regency Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Physiology Department, faculty of Medicine, Syiah Kuala University, Banda Aceh E-mail: ch_wid@yahoo.co.id ABSTRAK Batuk merupakan suatu gejala penyakit yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat, dapat menyebabkan perubahan pada sistem respirasi seperti penurunan ventilasi akibat tertimbun dahak, sehingga terganggu udara masuk dan keluar. Spirometri sebagai salah satu pemeriksaan uji fungsi paru merupakan metode yang dapat mengukur pergerakan udara ke dalam dan keluar paru pada berbagai perasat pernapasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran nilai spirometri pada ibu-ibu penderita batuk di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Desain penelitian bersifat deskriptif dengan metode Cross Sectional yang dilaksanakan pada periode Juli 2012 September 2012. Ibu-ibu yang sudah menderita batuk lebih dari tiga hari diukur kekuatan mengeluarkan napas ekspirasi paksa atau Forced Expiratory Volume In One Second (FEV1), dalam menentukan jumlah sampel secara quota sampling sebanyak 40 orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa penderita batuk mengalami obstruksi ringan 30 orang (75%), sedang 8 orang (20%), berat 2 orang (5%). Dapat disimpulkan bahwa penderita batuk kurang mampu menghembuskan nafas dengan kuat (ekspirasi paksa) melalui spirometer. Kata kunci : batuk, nilai spirometri dan pernapasan ABSTRACT Cough is a disease symptom that is complained by many people. It can cause a change in respiratory system such as ventilation decreasing as result of accumulates phlegm which disturbs the out coming and outgoing air. Spirometry as one of pulmonary function test is a method used to measure air movement into and out of the lungs at various respiratory maneuvers. The purpose of this study was to find out a description of spirometry value in patients with cough at Darussalam sub district in Aceh Besar Regency. The study design was descriptive with cross sectional method. The study was conducted in July 2012 - September 2012. Patients who have had a cough for more than 3 days was measured based on force exhale forcefully or Forced Expiratory Volume In One Second Expiatory (FEV1) in determining the number of sample in quota sampling for 40 people. The result showed that: the number of patients with mild cough obstruction was 30 people (75%), the number of patients with medium cough obstruction was 8 people (20%), and the number of patients with chronic cough obstruction was 2 people (5%). It can be concluded that the patients with cough cannot afford to breath out strongly (forced expiratory) through spirometer. Keywords: cough, spirometry value, respiratory PENDAHULUAN Batuk dapat menyebabkan perubahan pada sistem respirasi seperti peningkatan efisiensi ventilasi, yaitu jumlah udara yang ikut berventilasi dan nilai volume paru. Batuk ini merupakan gejala paling dini pada gangguan sistem pernafasan. Awalnya berupa batuk ringan dianggap akibat merokok atau asap rokok. Pada keadaan ini dahak akan berkumpul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan pada saat bangun pagi hari. Bila proses gangguan pada sistem pernapasan berlanjut, dahak dikeluarkan terus menerus dan batuk menjadi lebih hebat. Hal ini sangat mengganggu penderita, baik pada waktu siang maupun pada waktu malam hari. Bila yang terkena gangguan trakea dan/ atau bronkus, batuk akan terdengar sangat keras, lebih sering atau 30

terdengar berulang-ulang (Alsagaff dan Mukti, 2008). Batuk adalah suatu reflek fisiologis pada keadaan sehat maupun sakit dan dapat disebabkan oleh berbagai sebab. Reflek batuk lazimnya diakibatkan oleh rangsangan dari selaput lendir saluran pernapasan, yang terletak di beberapa bagian dari tenggorokan (epiglottis, laring, trakea, dan bronkus). Mukosa selaput lendir ini memiliki reseptor yang peka untuk zat-zat perangsang (dahak, debu, peradangan), yang dapat mencetuskan batuk (Djaja, 1990 dan Sherwood, 2001). Berbagai faktor dan keadaan dapat menimbulkan batuk, faktor tersebut bisa berasal dari luar maupun dari dalam tubuh. Inhalasi zat tertentu, polusi udara dan penutupan oleh lendir adalah beberapa keadaan yang dapat menimbulkan batuk. Batuk lebih mudah terjadi pada orang yang mempunyai kelainan saluran napas, seperti radang tenggorok, asma bronkial dan infeksi paru (Yunus, 1993). Mantel lendir yang sudah mengental (dahak) disaluran napas maka akan mengalami hambatan aliran udara keluar (obstruksi jalan napas) yang mencakup semua penyakit saluran napas yang bercirikan penyumbatan (obtruksi) bronki disertai pengembangan mukosa (udem) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan (Price & Wilson, 1995). Obtruksi jalan napas akibat tertimbun dahak yang berlebihan sehingga tubuh mengeluarkan dahak dengan batuk. Tjay dan Rahardja (2002) menjelaskan Chronic Aspesifik Respiratory Affections (CARA) mencakup semua penyakit saluran pernapasan yang bercirikan penyumbatan (obstruksi) bronkus disertai pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan. Pemeriksaan spirometri merupakan sebagian dari pemeriksaan faal paru, yaitu pemeriksaan terhadap fungsi ventilasi. Untuk pemeriksaan ini digunakan alat spirometer yang mengukur arus udara dalam satuan isi dan waktu. Spirometer dapat mencatat nilai pada inspirasi dan ekspirasi, yang lebih umum pencatatan pada waktu ekspirasi (Syamsiah, 1997 dan Yunus, 1997). Pemekrisaan faal paru dengan spirometri dapat menentukan derajat penyempitan saluran nafas. Subjek harus melakukan manuver sederhana dengan menarik napas semaksimal mungkin kemudian mengeluarkan udara (menghembus udara) secepat mungkin ke dalam tabung spirometer, sehingga dapat menggambarkan fungsi saluran napas yang menampilkan FEV1 dalam persen, parameter ini sering dipakai sebagai pengukuran tunggal terbaik untuk fungsi paru (Imron dan Darmawan dkk, 2001). Surdjadana (2004) dan Levizkty (2003) adanya suatu obstruksi dari jalan pernapasan biasanya diketahui dari pemeriksaan ekspirasi yang kuat dan cepat melalui spirometer yang dikenal dengan nama Tiffeneau test. Hasil dari pemeriksaan ini biasanya dinyatakan dalam satu waktu tertentu yaitu 1 detik yang disebut volume ekspirasi maksimal 1 detik (Forced Expiratory Volume 1 Sec FEV 1 ). Pada orang normal tidak ada obstruksi pada jalan pernapasan FEV 1 ini biasanya mencapai 75 % dari besarnya kapasitas vital, bila ada obstruksi dari jalan pernapasan menghasilkan angka FEV 1 lebih rendah. Imron (1993) cara yang dilakukan untuk mengukur kapasitas vital paru yaitu dengan menggunakan spirometer. Untuk melakukan pengukuran kapasitas paru pertama-tama subjek harus meniup udara sebanyak-banyaknya sampai subjek tidak lagi mampu menarik napas, kemudian subjek disuruh mengeluarkan napas ke dalam spirometer melalui mouth piece secepat-cepatnya dengan usaha yang maksimum. Dengan adanya dahak kemungkinan besar akan berpengaruh pada 31

Vol. IV No. 1 2013 kemampuan sistem pernapasan dalam hal pengambilan dan pengeluaran udara, hal ini dapat diuji melalui pengukuran kapasitas paru. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah bagaimana gambaran hasil spirometri pada ibu-ibu penderita batuk di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran spirometri pada ibuibu penderita batuk di Kecamatan Darussalam Aceh besar. METODE Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode Cross sectional digunakan untuk mengetahui gambaran spirometri pada ibu-ibu penderita batuk di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Populasi penelitian ini ibu-ibu penderita batuk yang telah menderita lebih dari tiga hari sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel non random (non probabilitas) sampling, dalam menentukan jumlah sampel dengan menggunakan metode quota sampling (Budiarto, 2003 dan Notoadmodjo, 2005). Kriteria inklusi: 1. Jenis kelamin : perempuan 2. Umur : 22-36 tahun 3. Tinggi badan : 150-160 cm 4. Berat bandan : 45-65 kg Sampel penelitian ini adalah ibu-ibu penderita batuk yang telah menderita lebih dari tiga hari di Kecamatan Darussalam Aceh Besar. Tempat penelitian ini terdiri dari lima desa yang diambil secara acak yaitu Desa Lambitra, Desa Lamduro, Desa Tungkop, Desa Lampuuk dan Desa Lamptimpeung Kecamatan Darussalam Aceh Besar. Pengumpulan data dilakukan pada periode Juli 2012 September 2012. Kuisioner yang diberikan kepada responden yaitu ibu-ibu penderita batuk untuk mengetahui keadaan batuk. Spirometer yang digunakan untuk mengukur kekuatan hembus napas (ekspirasi paksa) dengan merk Vitalogarph COPD-6 (Cat No.40200) pada alat tersebut menampilkan nilai FEV 1 dalam persen (%). Sebelum pemeriksaan pernafasan dilakukan terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan mengukur fungsi saluran pernapasan dan kesehatan paru, dijelaskan bahwa pemeriksaan dengan alat spirometer tidak menimbulkan rasa sakit. Cara mengukurnya subjek menarik napas dalam sambil berdiri serta memegang spirometer, spirometer dengan hidung dijepit lalu meniup dengan kuat dan cepat sampai habis napas ke dalam spirometer untuk menampilkan nilai FEV 1, Tabel 1. Rekapitulasi kuesioner No Jenis pertanyaan Alternatif Jawaban = persen 1. Sekarang ibu sedang menderita batuk? a. Ya = 100% 2. Sudah berapa lama ibu batuk? 3 Hari = 10% 6 Hari = 40% 9 Hari = 25% 12 Hari = 29% 15 Hari = 5% 3. Batuk lebih berat ibu rasakan saat? a. Siang hari = 25% b. Malam hari = 75% 4. Sebelum batuk ibu ada merasakan sesuatu ditenggorokan? a. Ada = 100% 5. Pada saat batuk yang ibu alami ada terasa dahak yang a. Ada = 100% susah keluar? 6. Pada saat batuk ibu merasakan adanya hambatan jalan napas? 32 a. Ada = 100%

setelah selesai meniup oleh subjek dicatat dengan hasil yang tertera pada spirometri. HASIL Telah dilakukan penelitian tentang gambaran spirometri pada ibu-ibu penderita batuk di Desa Lambitra, Desa Lamduro, Desa Tungkob, Desa Lampuuk dan Desa Lamtimpeng Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Subjek penelitian sebanyak 40 orang ibu-ibu penderita batuk. Rekapitulasi kuisioner sebanyak 40 buah yang diedarkan kepada ibu-ibu penderita batuk, hasil jawaban pertanyaan dalam kuisioner seperti table 1. Hasil pemeriksaan pernapasan dengan spirometer terhadap ibu-ibu penderita batuk sebanyak 40 orang yang terdiri dari lima desa, menunjukkan nilai spirometer yang dilakukan dengan menghembus napas paksa di bawah patokan normal (tidak mencapai 75%) berarti di jalan pernapasan ada obtruksi dengan tingkat ringan 30 orang (75%), sedang 8 orang (20%), berat 2 orang (5%). DISKUSI Penelitian ini dilakukan pemeriksaan kekuatan hembus napas (ekspirasi paksa) dengan spirometri pada ibu-ibu penderita batuk untuk menetukan derajat penyempitan saluran napas. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 40 orang ibu-ibu penderita batuk terbukti tidak mampu mengeluarkan udara dengan cepat dari saluran napas, spirometer menunjukkan nilai FEV 1 di bawah patokan normal yaitu tidak mencapai 75%. Ibu-ibu penderita batuk dapat dinyatakan bahwa ada gangguan di saluran pernapasan yang dapat menghambat aliran udara di karenakan adanya benda asing atau dahak yang menyumbat dapat menyebabkan terjadinya obstruksi jalan napas yang merupakan kelainan pada proses ekspirasi yang dapat diartikan udara dalam paru sulit dikeluarkan pada waktu hembus napas ( ekspirasi) sehingga volume dan kapasitas paru meningkat (Darmawan dkk, 2001). Subjek dikatakan normal apabila nilai FEV 1 75%, jika nilai FEV 1 75% dapat dinyatakan bahwa subjek tersebut ada gangguan di saluran pernapasan yang dapat menghambat aliran udara dikarenakan adanya benda asing atau dahak yang menyumbat dapat terjadi obstruksi jalan napas yang merupakan kelainan pada proses ekspirasi yang dapat diartikan udara dalam paru sulit dikeluarkan pada waktu ekspirasi sehingga volume dan kapasitas paru meningkat (Leviztky, 2003). Dari hasil pengukuran pernapasan ekspirasi terhadap 40 orang ibu-ibu penderita batuk semuanya nilai FEV1 tidak mencapai 75% (dibawah normal), penderita batuk ada obtruksi di saluran napas. Penyakit-penyakit paru dengan obtruksi saluran napas biasanya jauh lebih sukar melakukan ekspirasi dari pada inspirasi karena kecenderungan menutupnya jalan napas sangat bertambah dengan tekanan positif pada dada selama ekspirasi, sementara tekanan pleura negatif pada saat inspirasi akan menarik jalan napas sehingga membuka saat yang sama dengan perkembangan alveoli, oleh karena itu udara cenderung untuk lebih mudah memasuki paru, tetapi kemudian terperangkap didalamnya, bila hal itu terjadi selama sebulan atau bertahun-bertahun efek ini akan menaikkan kapasitas total paru dan residu, obstruksi jalan napas lebih mudah terjadi kolaps saluran napas, sehingga aliran ekspirasi maksimum jauh berkurang (Ward dkk, 2004 dan Price, 1995) KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penderita batuk menggambarkan kurang mampu menghembus napas dengan kuat (ekspirasi paksa) melalui spirometer. Perlunya dilakukan lebih lanjut untuk memperbaiki kekuatan pernapasan 33

Vol. IV No. 1 2013 atau Forced Ekspiratory Volume in One Second (FEV1). KEPUSTAKAAN Asagaff, H.Dan Mukty, H.A. 2008. Dasardasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya. Budiarto, E. 2003. Metodelogi Penelitian Kedokteran. EGC. Darmawan, M.T.S. Naning, R. dan Sadjimin, T. 2001. Nilai Faal Paru Penderita Asma Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di kotamadya Yogyakarta. Berkala Ilmu Kedokteran. 33 (1): 33-42 Djaja-surya-A. 1990. Manual Ilmu Penyakit Paru. Binarupa Aksara. Imron, A., 1993. Respirasi. Dalam buku Monograf Fisiologi manusia, suwono (ed). Pusat Antar Universitas UGM. Yogvakarta. Mc Phee, S.J., Lingappa, V.R., Ganong, W.F., dan Lange, J.D. 1995. Pathophysiology of Disearse. Edisi 1. Printed In The United States Of America. Notoadmodjo,S. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Price, S.A., Wilson, L.M. 1995. Fisiologi proses-proses penyakit. EGC. Syamsiah, A dan Yunus F. 1997. Pemekrisaan spirometri Collis. Jurnal Respiratori Indonesia. 17 (1) : 46-51 Sherwood, L.2001. Fisiologi manusia; Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. EGC. Yunus, F. 1997. Latihan dan Pernapasan. Jurnal Respirologi Indonesia. 17: 68-69. Ward, J.P.T., Clarke, R.W. dan Linden, R.W.A. 2004. At a Glance Fisiologi. Gelora Aksara Pratama, Erlangga. 34