BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

Pengertian Metode AHP

III. METODE PENELITIAN

Bab II Analytic Hierarchy Process

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara

BAB III METODE PENELITIAN. dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain Riset Tujuan Penelitian. Jenis Penelitian

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

BAB III METODE PENELITIAN

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit

Abstrak

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

JURNAL LENTERA ICT Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat

P11 AHP. A. Sidiq P.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... ix. DAFTAR TABEL...xii. DAFTAR GAMBAR... xv. DAFTAR LAMPIRAN...

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

III. METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

Pendidikan Responden

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP)

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP)

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

PENGOLAHAN DATA PENGANGKATAN KARYAWAN TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENERAPAN METODE AHP DALAM MENENTUKAN JALUR PENGOBATAN PADA PENDERITA WASIR

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

Analytical hierarchy Process

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan berbagai kajian literatur yang ada.

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

Pengambilan Keputusan Pemilihan dan Penempatan Promosi Pada Bidang Outdoor dengan Analytical Hierarchy Process Untuk PT Rakantara Gaya Pesona

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan 3.1.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan penelitian. Dalam penelitian ini, jenis desain yang digunakan bersifat penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain (Sugiyono, 2007:11). Penelitian deskriptif menjelaskan karakteristik atau fenomena yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah-masalah bisnis. Tabel 3.1. Desain Penelitian TUJUAN PENELITIAN Jenis Penelitian Desain Riset Metode Penelitian Unit Analisis Time Horizon T 1 Deskriptif AHP individu Cross Sectional T 2 Deskriptif AHP individu Cross Sectional T 3 Deskriptif AHP individu Cross Sectional 41

42 3.1.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Menurut (W.Gulo:2000,p19) penelitian Deskriptif didasarkan pada pertanyaan dasar yang kedua yaitu Bagaimana. Penelitian Deskriptif lebih luas dan lebih terperinci. Dikatakan lebih luas karena kita meneliti tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga variabel variabel yang lainnya berhubungan dengan masalah itu. Lebih terinci karena variabel variabel tersebut diuraikan atas faktor faktornya. 3.1.3 Unit Analysis Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah individu yaitu Manager Marketing Comunication Pantos, Manager Marketing PT Rakantara Gaya Peson, Marketing Advertising PT Rakantara Gaya Pesona, Manager PT Rakantara Gaya Pesona, Dosen Marketing Management. 3.1.4 Metode Penelitian Menurut Mulono (2004,p335-337) dalam menyelesaikan persoalan dengan menggunakan AHP, ada beberapa prinsip ang harus dipahami. Antara lain adalah : decomposition, comperative judgement, syntetis of priorty dan logical consistency. Decomposition Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil ang akurat, pemecahan juga dilakukan pemecahan juga

43 dilakukan unsur unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut,sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis ini dinamakan hirarki. Ada dua jenis hirarki, yaitu : lengkap dan tidak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian maka dinamakan hirarki tidak lengkap. Comparative Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relative dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari penilaian AHP, Karena ia akan berpengaruh pada prioritas elemen elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih enak bila disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan pairwise comparison matrix. Pertanyaan yang biasanya diajukan dalam menyusun skala kepentingan adalah : a. Elemen mana yang lebih ( penting/disukai/mungkin/ )? Dan b. Berapa kali lebih (penting/disukai/mungkin/ )? Agar memperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, seseorang ang memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang elemen elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap criteria atau tujuan yang dipelajari. Dalam penyusunan skala kepentingan ini. Contoh :

44 DESKRIPSI KRITERIA KRITERIA B/A A B A sama pentingnya dengan B 1 1 1 A sedikit lebih penting dari B 3 1 1 / 3 A secara signifikan lebih penting dari B 5 1 1 / 5 Tabel 3.2 Interpretasi Perbandingan Berpasangan Pada AHP 3.1.4.1 Penentuan Metode AHP Penentuan Metode AHP Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan langkah langkah AHP dalam memecahkan masalah dan menghasilkan sebuah keputusan. Langkah awal mulai dari mendefinisikan masalah hingga perhitungan pengolahan data menggunakan matriks. Metodologi AHP nya adalah sebagai berikut ; 1. Penentuan Kriteria Mengidentifikasi kriteria dan subkriteria apa saja ang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Tidak lupa menentukan alternatif lain yang dinilai baik oleh perusahaan, contoh :

45 Untuk masalah keterlambatan pengiriman barang dapat dimasukkan dalam criteria Delivery ( pengiriman ) Untuk masalah kualitas yang kurang memuaskan dapat dikategorikan sebagai kriteria Quality ( kulitas bahan baku ) Menentukan alternatif mana saja yang menjadi pilihan terbaik perusahaan 2. Penentuan Hirarki Hirarki adalah alat yang paling mudah untuk memahami masalah yang kompleks dimana masalah tersebut diuraikan kedalam elemen elemen yang bersangkutan, menyusun elemen elemen tersebut secara hirarkis dan akhirnya melakukan penilaian atas elemen - elemen tersebut sekaligus menentukan keputusan mana yang akan diambil. Proses penyusunan elemen elemen secara hirarkis meliputi pengelompokan elemen elemen dalam komponen yang sifatnya homogeny dan menyusun komponen komponen tersebut dalam level hirarki yang tepat. Hirarki juga merupakan abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi anatara komponen dan juga dampak dampaknya pada sistern. Abstarksi ini mempunyai bentuk saling berkaitan, tersusun dan suatu puncak atas sasaran utama ( ultimate goal ) turun ke sub sub tujuan tersebut, lain kepelaku ( aktor ) yang member dorongan, turun ketujuan tujuan pelaku, kemudian kebijakan kebijakan strategi tersebut. Dengan demikian hirarki adalah sistem ang

46 tingkatan tingkatan ( level ) keputusannya berstratifikasi dengan beberapa elemen keputusan pada setiap tingkatan keputusan. Menyusun hierarki dari kriteria, subkriteria, dan alternatif yang didapat. Tingkat I: FOKUS Tingkat 2: Kriteria Tingkat 2: Kriteria Tingkat 2: Kriteria Tingkat 3: Alternatif Tingkat 3: Alternatif Tingkat 3: Alternatif 3. Langkah Penilaian Untuk mengisi pairwise comparison matrix tersebut, digunakan nilai dalam skala 1 9 yang diterapkan bagi pertimbangan dalam masing masing elemen yang sejenis ( untuk mengetahui skala lihat table ). Penilaian dilakukan oleh emapt decision maker, maka setelah mengisi lembar penilaian digunakan rumus rata rata geometric.

47 Keterangan : Jika untuk aktivitas i mendapat suatu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j.maka j mempunyai nilai kebalikannya dibandingakan dengan i. Contoh : I 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 J Berarti i sedikit lebih penting dari j i = (3) j I 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 J Berarti j sedikit lebih penting dari i i = (1/3) j 4. Mencari Rata Rata Geometrik Rata rata geometric = hasil dari rata rata geometric ini kemudian dimasukkan ke dalam pairwise comparison matrix. 5. Langkah Prioritas Dalam pengambilan keputusan hal yang perlu diterpkan adalah pada saat pengambilan data, dimana data ini diharapkan dapat mendekati nilai yang sesungguhna. Derajat kepentingan pelanggan dapat dilakukan dengan pendekatan perbandingan berpasangan. Perbandingan berpasangan sering digunakan untuk menentukan kepentingan relative dari elemen elemen dan kriteria kriteria yang ada. Perbandingan berpasangan tersebut

48 diulang untuk semua elemen dalam tiap tingkat. Elemen dengan bobot paling tinggi adalah pilihan keputusan yang layak dipertimbanggkan untuk diambil. Untuk setiap kriteria dan alternative, kita harus melakukan perbandingan berpasangan ( pairwise comparison ) yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen yang lainnya pada setiap tingkat hirarki secara berpasangan sehingga didapat nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk pendapat kualitatif. Langkah selanjutnya adalah menetapkan prioritas dengan membuat suatu pairwise comparison matrix, yaitu maksudnya elemen elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu criteria yang ditentukan, contoh : C A1 A2...... A7 A1 1 A2 1 - - A7 1

49 PRICE S1 S2 S3 S1 1 0.5 0.25 S2 2 1 0.5 S3 4 2 1 Contoh matriks sederhana yang membandingkan 3 supplier dalam kriteria price, keterangan : S1 = Supplier 1, S2 = Supplier 2, S3 = Supplier 3. 6. Normalisasi Matriks Setelah matriks tersebut diisi maka normalisasikan matriks tersebut. Caranya pertama tama jumlahkan nilai nilai dalam setiap kolom tersebut untuk memperoleh matriks yang dinormalisasi Penentuan Prioritas relative Kemudian merata ratakan sepanjang baris dengan menjumlahkan semua nilai dalam setiap baris dari matriks ang dinormalisasi itu, dan membagi banyaknya entri dari setiap baris.konsistensi Nilai nilai perbandingan berpasangan yang dilakukan harus diperiksa konsistensinya, misalnya bila dalam melakukan perbandingan kita menilai A>B dan B>C, maka secara logis seharusnya A>C. Untuk menhitung konsistensi ini, AHP telah memiliki rumus untuk menghitung consistency.

50 Konsistensi mengandung dua arti, yaitu : a. Bahwa pemikiran atau obyek yang serupa dikelompokkan menurut persamaan dan pertaliannya. b. Bahwa intensitas relasi antar gagasan atau antar obyek yang didasarkan pada suatu criteria tertentu akan saling membenarkan secara logis. Untuk menghitung konsistensi, hitung dengan prinsip eigen value (, jika dekat dengan n ( n adalah jumlah elemen yang dibandingkan satu sama lain ), hal ini berarti bahwa matrix konsisten. Jika tidak dekat dengan nilai n ini berarti bahwa matrix tidak konsisten. Sebuah index diperlukan untuk mengukur konsistensi dari bobot. Mulyono mengusulkan untuk menggunakan Consistenc Index ). Ini adalah index yang dapat mengukur berapa banyak konsitensi matrix yang dibandingkan berbeda dengan konsitensi sempurna. AHP mengukur konsistensi dari bobot. Contoh : PRICE S1 S2 S3 S1 1 0.5 0.25

51 S2 2 1 0.5 S3 4 2 1 Jumlah 7 3.5 1.75 PRICE S1 S2 S3 S1 0.14 0.14 0.06 S2 0.29 0.29 0.16 S3 0.57 0.57 0.57 Jumlah 7 3.5 1.75 7. Penentuan Prioritas Relative Kemudian merata ratakan sepanjang baris dengan menjumlahkan semua nilai dalam setiap baris dari matriks ang dinormalisasi itu, dan membagi banyaknya entri dari setiap baris :

52 ( 0.14 + 0.14 + 0.06 ) : 3 = 0.14 ( 0.29 + 0.29 + 0.16 ) : 3 = 0.29 ( 0.57 + 0.57 + 0.57 ) :3 = 0.57 Dari contoh diatas sintesis ini menghasilkan prioritas relatif menyeluruh, atau preferensi untuk S1, S2, dan S3 tersebut masing masing 0.14, 0.29, dan 0.57 8. Konsistensi Nilai nilai perbandingan berpasangan yang dilakukan harus diperiksa konsistensinya, misalnya bila dalam melakukan perbandingan kita menilai A>B dan B>C, makak secara logis seharusnya A>C. Untuk menhitung konsistensi ini, AHP telah memiliki rumus untuk menghitung consistency Konsistensi mengandung dua arti, yaitu: 1) Bahwa pemikiran atau obyek yang serupa dikelompokkan menurut persamaan dan pertaliannya. 2) Bahwa intensitas relasi antar gagasan atau antar obyek yang didasarkan pada suatu criteria tertentu akan saling membenarkan secara logis. Untuk menghitung konsistensi, hitung dengan prinsip eigen value (, jika dekat dengan n ( n adalah jumlah elemen

53 yang dibandingkan satu sama lain ), hal ini berarti bahwa matrix konsisten. Jika tidak dekat dengan nilai n ini berarti bahwa matrix tidak konsisten. Sebuah index diperlukan untuk mengukur konsistensi dari bobot. Mulyono mengusulkan untuk menggunakan Consistenc Index ). Ini adalah index yang dapat mengukur berapa banyak konsitensi matrix yang dibandingkan berbeda dengan konsitensi sempurna. AHP mengukur konsistensi secara umum dengan menggunakan Consistency Ratio (CR). Consistency Ratio ini didapatkan dengan membagi Consistency Index dengan Random Index (RI). Berikut adalah table Rando Consistency Index (RI). Tabel 3.1.3.1 Tabel Random Consistency Index N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0 0 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 Apabila Consistency Ratio (CR) sama dengan ataupun kurang dari 0,1 dapat diterima,jika proses penilaian harus diulangi. 9. Langkah Iterasi Ulangi langkah dari langkah ke 2 sampai langkah ke 6 untuk setiap matriks dari setiap level hierarki. 10. Langkah Penentuan Prioritas Final

54 11. Kalikan setiap Vector Priority pada level yang paling bawah dengan kriteria pada level yang lebih tinggi dan begitu seterusnya, kemudian tambahkan hasilnya untuk mendapatkan Overall Priority. Kalikan setiap Vector Priority pada level yang paling bawah dengan kriteria pada level yang lebih tinggi dan begitu seterusnya, kemudian tambahkan hasilnya untuk mendapatkan Overall Priority. 3.1.4.2 Penyelesaian Dengan Persamaan Matematik Ada 3 langkah untuk menentukkan besarnya bobot yang dimulai dari kasus khusus yang sederhana sampai dengan kasus kasus umum. 3.1.5 Time Horizon Menunjukkan time horizon dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu cross sectional dimana informasi dikumpulkan hanya satu kali pada saat tertentu. 3.2 Operasional Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat variabel yang merupakan variabel yang akan diteliti dan dibahas lebih lanjut. Variabel tersebut adalah Billboard, Street Furniture, Transit, Alternatif Media. Peneliti akan menganalisis kriteria kriteria yang sudah ada pada Jurnal.

55 3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, ada beberapa data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Jenis dari masing masing data tersebut adalah kualitatif dan sumber datanya adalah primer, yang didapat secara langsung dari orang orang yang mengerti tentang media outdoor yang dijadikan sebagai responden melalui penyebaran kuesioner. Tabel 3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data Data T 1 Kuantitatif Primer Kuesioner T 2 Kuantitatif Primer Kuesioner T 3 Kuantitatif Primer Kuesioner 3.4 Teknik Pengumpulan Data Sumber : Metode Penelitian Bisnis (Sugiyono, 2006 ) Menurut Nasir ( 2003,p238 ) dikutip dari Ridwan dan Kuncoro ( 2007,p213 ) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Sehubung dengan pengertian teknik pengumpulan data, maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu :

56 1. Survey Yaitu peneliti melakukan survey langsung ( direct ) ke perusahaan untuk melihat keadaan PT Rakantara Gaya Pesona langsung. Misalnya melihat hasil penyewaan iklan oleh perusahaan bisnis. 2. Studi Pustaka ( Library Research ) Peneliti mengambil sumber data yang relevan dengan bahan peneliti dari literature, baik buku, jurnal, internet dan sebagainnya guna untuk mendukung penelitian ini. 3. Studi Lapangan ( Field Research ) Peneliti terjun langsung kelapangan untuk mendapatkan data atau informasi dari para ahli yang mengerti media outdoor. Dengan cara membagikan kuesioner ke perusahan PT. Rakantara Gaya Pesona dan Perusahan Pesaing Phantos. Dalam hal ini, peneliti memilih menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner atau angket sebagai pengumpulan data, lalu untuk dibagikan kepada responden. Peneliti memilih kuesioner sebagai alat pengumpulan data karena data yang didapat dari kuesioner standard dan dapat dipertanggungjawabkan untuk keperluan analisis. Untuk mengukur tanggapan responden yang diperoleh dari pernyataan pernyataan yang tercantum didalam kuesioner, maka setiap jawaban diberi nilai.

57 Scale Tingkat preferensi 1 Equal importance (Sama pentingnya) 3 Moderate importance of one factor over another (Sedang pentingnya satu faktor di atas yang lain) 5 Strong or essential importance (Kuat atau penting) 7 Very strong importance (Sangat kuat pentingnya) 9 Extreme importance (Ekstrim pentingnya) 2,4,6,8 Values for inverse comparison (Nilai untuk perbandingan terbalik) Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen.hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa silihat di bawah. Intensitas Kepentingan : 1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar.

58 3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya, pengalaman dan penilaian sedikit menyokongsatu elemen dibandingan elemen yang lainnya. 5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, pengelaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya. 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek. 9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya,bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkst penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, nilai ini din=bedakan bila ada dua kompromi diantara 2 pilihan. Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka disbanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibandingkan dengan i. 1) Menghitung niai eigen dan menguji konsistensinya.jika tidak konsisten maka pengambilan data diulang. 2) Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hierarki.

59 3) Menghitung vector eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentu prioritas elemen-elemen pada tingkat hierarki terendah sampai mencapai tujuan. Perhitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nialai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. 4) Memeriksa konsistensi hierarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit intuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10%. 3.5 Teknik Pengambilan Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut ( Sugiyono, 2007, p73 ). Bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka dengan begitu dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. 3.6 Metode Analisis Menurut Istijanto ( 2009, p93 ), analisis merupakan tindakan mengolah data hingga menjadi informasi yang bermanfaat dalam menjawab masalah riset. Pemilihan metode analisis ini harus sesuai dengan jenis riset yang dijalankan.

60 Kegiatan yang penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah pengolahan data. Dengan pengolahan data maka dapat diketahui makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Oleh karena itu, hasil penelitian pun akan segera diketahui. Pengolahan data ini adalah menggunakan metode penelitian AHP ( Analytical Hierarcial Process ). Tahap awal yang dilakukan adalah menentukan prioritas pada sub-kriteria untuk menyusun tahapan sub-kriteria ini disusun berdasarkan literatur yang menjadi bahan refrensi penelitian. Tahap selanjutnya adalah pembuatan hierarki alternatif yang juga disusun berdasarkan wawancara dengan pihak manager yang berpengalaman dibidang marketing periklanan. Kuesioner diberikan untuk mengetahui pembobotan setiap elemen pada seluruh tingkat pada struktur hierarki sub-kriteria. Setelah hasil kuesioner didapat diketahui pembobotan setiap elemen pada tingkat hirarki sub-kriteria dan alternatif, data ini akan diolah dengan menggunakan AHP. 3.7 Rancangan Pemecahan Masalah Rancangan pemecahan masalah pada penelitian ini adalah dengan membuat kerangka strategi perusahaan dari hasil in-depth interview dengan para decison maker. Setelah itu peneliti akan menyebar kuesioner kepada para manager yang berpengalaman dibidang advertising yang juga merupakan manager dari PT Rakantara Gaya Pesona itu sendiri. Kuesioner berisi butir-butir pertanyaan mengenai klasifikasi masing masing kriteria dengan sub variabel yang mengikat nya. Hasil dari kuesioner akan diolah menggunakan metode analisis Analytical Hierarcial Process ( AHP ). Hasil dari pengolahan data ini akan berupa peringkat dari masing-masing pasang klasifikasi pemilihan dan penempatan periklanan bidang outdoor. Klasifikasi dengan nilai tertinggi

61 akan menjadi pilihan untuk dijadikan kerangka dalam membuat formulasi strategi baru berdasarkan pilihan Manager Marketing Comunication Pantos, Manager Marketing PT Rakantara Gaya Peson, Marketing Advertising PT Rakantara Gaya Pesona, Manager PT Rakantara Gaya Pesona, Dosen Marketing Management