BAB I PENDAHULUAN. IPA (sains) pada hakekatnya terdiri atas tiga komponen, yaitu produk,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, pendidikan

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains sangat berkaitan erat dengan cara

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Rasionalitas atau kemampuan manusia untuk berpikir secara rasional adalah

I. PENDAHULUAN. tersebut Kosasih Djahiri (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 2) makna bahwa pendidikan harus dilakukan oleh usaha sadar manusia

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang sangat penting dan tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations. umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak. Banyak

Daenah. Kata Kunci: Tujuan Pembelajatan, Kooperatif, Model Jigsaw, Minat, Hasil Belajar PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Fitriyani, 2014 Profil model mental siswa pada materi termokimia dengan menggunakan TIM_POE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pembukaan UUD 45 pada alinea ke empat, yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang perlu segera direalisasikan. Hal tersebut dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

I. PENDAHULUAN. Rumpun ilmu IPA erat kaitannya dengan proses penemuan, seperti yang. dinyatakan oleh BSNP (2006: 1) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan tidak dapat diperoleh begitu saja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

I. PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Johnstone (1982) dan Talanquer (2011) membedakan representasi kimia ke dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan menjadi semakin ketat, dan ini harus diimbangi

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan kajian untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana prosesproses

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan syarat mutlak untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. semakin berkembang, Hal ini menuntut setiap individu untuk dapat. kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi.

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR IPA MELALUI METODE OUTDOOR STUDY PADA SISWA KELAS IV DI MI AL ISLAM SURUPAN NGUNTORONADI

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

I. PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

I. PENDAHULUAN. Pembaharuan sistem pendidikan nasional telah menetapkan visi, misi dan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN IPA (sains) pada hakekatnya terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam. IPA selain sebagai produk juga sebagai proses tidak dapat dipisahkan satu sama lain. IPA sebagai produk mengandung arti bahwa di dalam IPA terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang telah diterima kebenarannya. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris di dalam sains. Sementara konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan kegiatan-kegiatan analisis di dalam sains. IPA sebagai proses atau metode berarti bahwa IPA merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. IPA dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan antara lain mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol variabel, melakukan eksperimen. IPA sebagai sikap berarti bahwa IPA dapat berkembang karena adanya sikap tekun, teliti, terbuka, dan jujur. IPA dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu,

2 berusaha untuk membuktikan, menerima perbedaan, bersikap kooperatif, dan menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif. Pembelajaran IPA yang ada di sekolah mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu fisika, kimia dan biologi. Pada aspek fisika IPA lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Aspek kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam. Pada aspek biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingkungannya. Biologi sebagai sebuah mata pelajaran memiliki karakteristik berbeda daripada mata pelajaran lain yang diajarkan di sekolah. Objek biologi yang berupa makhluk hidup dan proses dalam tubuh makhluk hidup merupakan daya tarik tersendiri yang dapat menarik perhatian dan minat siswa untuk mempelajarinya. Kesalahan klasik yang selalu muncul dalam memahami mata pelajaran ini adalah dianggapnya biologi adalah materi yang harus dihafalkan, sehingga sebagian siswa menganggap biologi sebagai pelajaran yang membosankan. Pembelajaran biologi seringkali didesain secara statis, yakni guru lebih memilih metode ceramah yang cenderung berpusat pada guru (teacher-centered). Menurut Rustaman et al, (2003) metode ceramah banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa, tetapi metode ceramah kurang merangsang kreativitas siswa dan tidak membuat mereka aktif mengemukakan pendapat, serta tidak

3 dibiasakan mencari dan mengolah informasi. Padahal dalam pembelajaran biologi banyak sekali kemampuan siswa yang dapat digali, salah satunya adalah kemampuan representasi. Representasi merupakan kemampuan yang cukup penting yang perlu dimiliki siswa, khususnya dalam pembelajaran biologi karena representasi dapat mewakili pemikiran siswa, sebagaimana Hudiono (2005: 18) menjelaskan representasi sebagai bentuk peragaan konkritisasi (perwujudan) ide-ide abstrak memiliki peranan vital terutama untuk menggambarkan aktivitas pemikiran yang terjadi dalam diri siswa. Selain itu Parmentier (Ludlow, 2001) menyatakan representasi sebagai aktivitas atau hubungan dimana satu hal mewakili hal lain sampai pada suatu level tertentu, untuk tujuan tertentu, dan yang kedua oleh subjek atau interpretasi pikiran. Representasi menggantikan atau mengenai penggantian suatu objek, penginterpretasian pikiran tentang pengetahuan yang diperoleh dari suatu objek, yang diperoleh dari pengalaman tentang tanda representasi. Cox (1999) berpendapat bahwa representasi dapat digunakan sebagai alat untuk berbagai bentuk reasoning (pemikiran) seperti membuat diagram atau model untuk membayangkan bagaimana suatu proses dapat terjadi. Berdasarkan uraian-uraian tersebut maka kemampuan representasi sangat diperlukan dalam pembelajaran biologi karena kemampuan representasi cukup sesuai dengan karakteristik pembelajaran biologi yang telah diuraikan sebelumnya. Representasi memiliki definisi yang berbeda-beda di kalangan para pendidik sains. Johnstone (1982), pendidik sains dalam kajian kimia membedakan representasi ke dalam tiga tingkatan. Pertama tingkat makroskopis (bersifat nyata)

4 dan mengandung bahan kimia yang kasat mata dan nyata. Kedua tingkat submikroskopis (bersifat nyata tetapi tidak kasat mata) yang terdiri dari tingkat partikel yang dapat digunakan untuk menjelaskan pergerakan elektron, molekul, partikel atau atom. Ketiga adalah tingkat simbolik yang terdiri dari berbagai jenis representasi gambar, aljabar, dan bentuk komputasi (tabel dan grafik). Sedangkan pendidik sains dalam kajian matematika, Hudiono, (2005: 17-18) menyatakan representasi merupakan proses abstraksi secara internal dari ide-ide atau proses kognitif berupa pembentukan skemata (suatu pola) yang dibangun oleh siswa melalui pengalaman; sebagai reproduksi mental; merujuk pada sajian secara struktur melalui gambar, simbol ataupun lambang; dan sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain. Penelitian mengenai kemampuan representasi siswa telah dilakukan oleh peneliti luar negeri maupun dalam negeri, meskipun penelitian di dalam negeri masih sedikit. Salah satu penelitian dalam pembelajaran matematika misalnya, oleh Hudiono (2005) yang menyatakan bahwa kemampuan representasi dapat mendukung siswa dalam memahami setiap konsep-konsep matematika yang dipelajari dan keterkaitannya; untuk mengomunikasikan ide-ide matematika siswa; untuk lebih mengenal keterkaitan (koneksi) di antara konsep-konsep matematika; ataupun menerapkan matematika pada permasalahan matematika realistik melalui permodelan. Penelitian Hubber et al (2010) menyimpulkan bahwa mengajar sains dengan menggunakan representasi cukup baik untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep sains.

5 Salah satu hal yang cukup menarik yang dapat mempengaruhi kemampuan representasi siswa adalah gaya belajar (learning styles), sebagaimana Roberts (1996) menyatakan bahwa cara mengajar dan gaya belajar siswa dalam materi apapun mempengaruhi representasi yang digunakannya, dan mempengaruhi keaktifannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini mungkin luput dari perhatian kita, karena pembelajaran biologi yang selama ini dilakukan jarang memperhatikan kemampuan representasi dan gaya belajar siswa. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan representasi dan gaya belajar siswa merupakan dua hal yang cukup penting. Oleh karena itu, penulis menganggap perlu diadakan penelitian dengan tujuan untuk meneliti hal tersebut. Untuk dapat mengetahui saling berpengaruhnya dua hal tersebut tidak serta merta langsung diatasi dengan model, pendekatan, atau metode pembelajaran tertentu. Tetapi, perlu diadakan penelitian yang mengidentifikasi dan menganalisis gaya belajar yang digunakan siswa dalam proses pembelajaran biologi. Kedua, setelah diketahui dan diidentifikasi gaya belajar siswa tersebut, maka dapat kita teliti bagaimana kemampuan representasi mereka berdasarkan gaya belajarnya. Dikarenakan masih sedikitnya penelitian mengenai kemampuan representasi siswa dalam pembelajaran biologi, serta masih sedikitnya penelitian mengenai kemampuan representasi yang dipengaruhi gaya belajar, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana kemampuan representasi siswa dalam pembelajaran biologi berdasarkan gaya belajarnya. Peneliti memberi judul penelitiannya yaitu Analisis Kemampuan Representasi Siswa SMP Berdasarkan Gaya Belajar VAK Pada Subkonsep Pencemaran.

6 B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimanakah kemampuan repesentasi siswa SMP berdasarkan gaya belajar visual, auditori dan kinestetik? Dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimana kemampuan representasi tabel, grafik, gambar dan tulisan pada siswa dengan gaya belajar visual? 2) Bagaimana kemampuan representasi tabel, grafik, gambar dan tulisan pada siswa dengan gaya belajar auditori? 3) Bagaimana kemampuan representasi tabel, grafik, gambar dan tulisan pada siswa dengan gaya belajar kinestetik? C. Batasan Masalah Fokus penelitian ini mengkaji kemampuan siswa SMP dalam menyajikan representasi yang berbeda-beda ditinjau dari gaya belajar siswa. Untuk lebih fokus terhadap permasalahan serta agar lebih mengarah pada pembahasan, maka batasan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1) Subkonsep yang diajarkan adalah mengenai pencemaran yang meliputi kerusakan lingkungan dan upaya mengatasinya, pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara, serta daur ulang limbah.

7 2) Gaya belajar yang diteliti adalah gaya belajar VAK yang dikembangkan oleh De Porter dan Henarcki (1999) yang disingkat menjadi VAK (Visual, Auditori, dan Kinestetik). 3) Kemampuan representasi yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu kemampuan representasi tabel, representasi grafik, representasi gambar, dan representasi tulisan yang merupakan bagian dari kemampuan komunikasi (Keterampilan Proses Sains). D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi kemampuan representasi berdasarkan gaya belajar siswa. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru: Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Memberikan sumbangan bagi guru dalam merancang, menerapkan dan mengembangkan bahan ajar pelajaran biologi di SMP yang berbasis kemampuan representasi dan gaya belajar.

8 2. Bagi siswa: a. Memberikan informasi mengenai gaya belajar yang mereka gunakan. b. Memberikan motivasi untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran karena mereka telah memahami gaya belajar yang mereka miliki. c. Memberikan informasi tentang kemampuan representasi mereka untuk memahami konsep pencemaran agar dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Bagi peneliti lain: a. Dapat menjadi salah satu sumber informasi dan inspirasi untuk meneliti kemampuan representasi siswa dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi, misalnya kemampuan representasi siswa SMA berdasarkan gaya belajarnya. b. Setelah diketahui dan diidentifikasi kemampuan representasi siswa, maka dapat ditawarkan pemecahannya berupa penerapan model, pendekatan atau metode pembelajaran tertentu yang tepat dan sesuai dengan kemampuan representasi siswa berdasarkan gaya belajarnya.