BAB I PENDAHULUAN. Tasikmalaya merupakan kota yang terletak di selatan Jawa Barat. Sejarah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

BAB III GAMBARAN UMUM INDUSTRI KREATIF BORDIR

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah industri kerajinan bordir. Persaingan di dunia perusahaan bordir di

2015 PENGARUH PERPUTARAN PERSED IAAN TERHAD AP LABA D I INDUSTRI KERAJINAN BORD IR TASIKMALAYA:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Muhamad Irdan Rusyaman, 2013

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR NASIONAL STANDARISASI 2014 JAKARTA, 12 NOVEMBER 2014

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA

BAB II PAYUNG GEULIS KHAS TASIKMALAYA. 2.1 Sejarah Singkat Payung Geulis Tasikmalaya

BAB II ESTETIKA DAN MOTIF BUNGA DALAM KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA PENGRAJIN SULAM DI KEC. TANGGULANGIN KAB. SIDOARJO

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DI WILAYAH KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kusumaningrat (2009:4), bahwa pada awal tahun 2003 pemerintah

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. memacu pertumbuhan di berbagai sendi kehidupan seperti bidang ekonomi,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 90 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 1 TAHUN 2002 Lampiran : 2 ( Dua ) berkas. TENTANG MODEL KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 1 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pendorong yang

I. RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul Taman dan Galeri Kota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan paparan pendahuluan yang menunjukkan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bukittinggi yang berada di provinsi Sumatra Barat yang pada masa kolonial

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

LUAS WILAYAH ADMINISTRATIF KECAMATAN DAN JUMLAH WILAYAH ADMINISTRATIF KELURAHAN DI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 IBU KOTA KECAMATAN

LAMPIRAN I.2 : KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN U K M. JUMLAH ( Rp. ) ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN

PEGUKURAN KINERJA KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

RGS Mitra 1 of 8 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM) PENGOLAHAN LIMBAH KAIN PERCA DI KELURAHAN TIPES KECAMATAN SERENGAN KOTA SOLO ABSTRAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) KERAJINAN BORDIR

2015 TARIAN PAYUNG GEULIS DALAM SENI MARAWIS KELOMPOK CINTAPADA KEC.CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah

2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN KERAMIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian

Bab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MENDONG

BAB I PENDAHULUAN. sentral dalam perekonomian Indonesia khususnya Jawa Barat. Walaupun krisis

KARYA TULIS ILMIAH HASIL SURVEI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sedang memasuki era ekonomi kreatif yang mengakibatkan tumbuh,

I. PENDAHULUAN. Industri kecil mempunyai peranan penting tidak saja di negara-negara sedang

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN DINA SPEREKONOMIAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TUBAN TAHUN ANGGARAN 2012

PELUANG EKSPOR PECI BANTEN DI MUSIM HAJI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. jasa konveksi di kota Baganbatu. Konveksi ini di dirikan oleh Bapak Sarman pada

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

SENTRA PROMOSI DAN INFORMASI KERAJINAN KUNINGAN DI JUWANA

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BUBAR BARCA BUSANA BATIK ANAK-ANAK HASIL DAUR ULANG KAIN PERCA PKM-K

RENCANA PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS PERUBAHAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Indikator kinerja. Ket. Urusan Prioritas Sasaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi

13 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tasikmalaya merupakan kota yang terletak di selatan Jawa Barat. Sejarah berdirinya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonomi tidak terlepas dari sejarah berdirinya Kabupaten Tasikmalaya sebagai daerah kabupaten induknya. Sebelumnya, Kota Tasikmalaya merupakan Ibukota dari Kabupaten Tasikmalaya, kemudian statusnya menjadi kota administratif tahun 1976, pada saat A. Bunyamin menjabat sebagai Bupati Tasikmalaya, dan kemudian menjadi pemerintahan kota yang mandiri pada masa Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya dipimpin oleh bupatinya saat itu H. Suljana W.H. Pada awal tahun 1980-an, Tasikmalaya dikenal sebagai basis dari perekonomian rakyat dan usaha mikro, kecil dan menengah. Sentra-sentra kerajinan sejak dahulu tersebar di Kota Tasikmalaya. Hal ini terbukti dengan terdapat berbagai macam olahan kerajinan yang di hasilkan di beberapa daerah di Kota Tasikmalaya.Dengan banyaknya UKM yang tersebar di kota ini, Kota Tasikmalaya disebut juga sebagai Kota UKM. Daerah yang menjadi sentra industri kerajinan Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut: 1. Sentra Bordir; Tersebar di Kec. Cipedes, Kec. Cihideung, Kec. Tamansari, Kec. Cibeureum, Kec. Kawalu, Kec. Tawang dan Kec. Mangkubumi. 2. Sentra Anyaman Mendong; Tersebar di Kec. Cibeureum dan Kec. Tamansari. 1

2 3. Sentra Anyaman Bambu; Tersebar di Kec. Tamansari, Kec. Indihiang, dan Kec. Kawalu. 4. Sentra Alas Kaki / Kelom Geulis; Tersebar di Kec. Cipedes, Kec. Cihideung, Kec. Tamansari, Kec. Cibeureum, Kec. Kawalu, dan Kec. Mangkubumi. 5. Sentra Kayu Olahan; Tersebar di Kec. Cipedes, Kec. Cihideung, Kec. Tamansari, Kec. Cibeureum, Kec. Mangkubumi, dan Kec. Tawang. 6. Sentra Batik; Tersebar di Kec. Cipedes dan Kec. Indihiang. 7. Sentra Payung Geulis; Tersebar di Kec. Indihiang 8. Sentra Makanan Olahan; Tersebar di setiap kecamatan kota Tasikmalaya. Tabel 1.1 Data Potensi Industri Kota Tasikmalaya Tahun 2009-2011 Unit Usaha Tenaga Kerja No. Komoditi Unggulan 2009 2010 2011 2009 2010 2011 1 Bordir 1.229 1.239 1.264 12.005 12.091 12.245 2 KerajinanAnyamanMendo ng 176 177 176 2.306 2.361 2.361 3 KerajinanAnyamanBambu 76 76 76 636 636 636 4 Alas Kaki (Kelom& Sandal) 465 483 495 5.271 5.536 5.679 5 KayuOlahan 241 246 253 1.632 1.656 1.705 6 Batik 30 41 42 446 703 475 7 PayungGeulis 4 4 5 37 37 50 8 MakananOlahan 451 474 485 3.101 3.693 3.792 Jumlah 2.672 2.740 2.796 25.434 26.713 26.943 Sumber: Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya 2012 Dari delapan sentra industri di kota Tasikmalaya tersebut yang merupakan sentra industri terbesar adalah sentra industri kerajinan bordir. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 1.1 yang menunjukan bahwa industri kerajinan bordir memiliki 2

3 jumlah unit usaha yang terbesar di bandingkan industri yang lainnya. Selain itu, pertumbuhan unit usaha industri bordir selalu naik dari tahun ke tahunnya. Seni hiasan bordir pertama kali muncul di Byzantium tahun 330 Masehi. Definisi bordir sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hiasan rajutan benang pada kain. Terdapat beberapa alat yang di gunakan untuk membuat hiasan bordir. Selain benang dan jarum, alat lain yang di gunakan adalah mesin jahit dan pamidangan kemudian di kenal dengan adanya mesin juki. Seiring perkembangan teknologi, sekarang terdapat mesin bordir yang menggunakan teknologi komputer. Industri kerajinan bordir di kota Tasikmalaya sudah dikenal dan dirintis sekitar tahun 1925 dan telah berperan mendorong peningkatan pendapatan masyarakat, disamping pekerjaannya sebagai petani. Seni Bordir datang ke Tasikmalaya sebagai serapan dari kebudayaan Cina. Perintis kerajinan bordir Tasikmalaya adalah Ibu Umayah dari Desa Tanjung, Kawalu. Sebelumnya Ibu Umayah yang pada tahun sebelumnya bekerja di perusahaan Amerika,Singer. Setelah menguasai bidang bordiran saat di Singer, ia keluar dan kembali ke Desa Tanjung danmembuka usaha kecil-kecilan dengan menerima pesanan bordir baik dari Tasikmalaya maupun dari luar daerah. Dalam waktu 50 tahun, Industri kerajinan bordir semakin berkembang. Awalnya kerajinan bordir ini hanya untuk memenuhi kebutuhan pakaian wanita, kemudian berkembang memproduksi kerudung, kebaya, mukena, tunik, selendang, blus, rok, sprei, sarung bantal, taplak meja, baju gamis, baju koko, kopiah haji, hingga busana sehari-hari yang dihiasi dengan bordir menarik. 3

4 Perkembangan kerajinan bordir ini berperan dalam meningkatkan perekonomian Tasikmalaya, hal tersebut berdampak pada penyerapan tenaga kerja seperti yang dapat dilihat dari Tabel 1.1 bahwa industri bordir pada tahun 2011 dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 12.245 orang yang sebagian besar tenaga kerjanya adalah wanita. Secara nasional, indikasi perkembangan usaha kerajinan bordir Tasikmalaya berkembang dan menjadi contoh daerah lain, ditandai dengan semakin banyaknya minat provinsi lain untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dan magang di industri-industri kerajinan bordir Kota Tasikmalaya. Sentra Industri Bordir Cipedes Cihideung Tamansari Tawang Cibereum Kawalu Mangkubumi Indihiang Bungursari Purbaratu Sumber: Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya 2012 Gambar 1.1 Diagram Sebaran Industri Kerajinan Bordir Tasikmalaya Sejumlah sentra industri bordir hingga kini terus berkembang di kota Tasikmalaya. Pada tahun 2011, tidak kurang dari 1.264 unit industri bordir tersebardi wilayah Kota Tasikmalaya dengan nilai produksi mencapai Rp. 615.377.827.000,- dan terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Industri tersebut hampir terdapat diseluruh kecamatan di Kota Tasikmalaya, akan tetapi 4

5 yang menjadi sentra industri bordir yang tebesar adalah terdapat di Kecamatan Kawalu, seperti yang terlihat pada Gambar 1.1, dengan jumlah sebanyak 949 usaha atau kurang lebih 75 % dari jumlah keseluruhan industri bordir di Kota Tasikmalaya.Daerah yang di kenal sebagai sentra Industri Bordir di Kecamatan Kawalu yaitu Desa Tanjung, Kersamenak, Cibeuti, Cilamajang, Talagasari, Gunung Tandala, Karang Anyar, Gunung Gede, Leuwiliang dan Urug.Lebih jelas dapat dilihat dari Tabel 1.2 berikut: Sumber: Tabel 1.2 Sebaran Pengusaha Kerajinan Bordir Kec. Kawalu No. Kelurahan/Desa Pengrajin Makloon Jumlah Unit Usaha 1 Cibeuti 82 16 98 2 Cilamajang 143 16 159 3 Gunung Gede 24 5 29 4 Gunung Tandala 122 9 131 5 Karang Anyar 9 1 10 6 Kersamenak 69 13 82 7 Leuwiliang 23 1 24 8 Talagasari 201 6 207 9 Tanjung 180 22 202 10 Urug 4 3 7 Jumlah 857 92 949 Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya 2012 Dari jumlah unit usaha kerajinan bordir yang sebesar 949 tersebut, selanjutnya merupakan klasifikasi menurut kriteria usaha pada sentra industri kerajinan bordir Kecamatan Kawalu yang tertuang pada Tabel 1.3 sebagai berikut: 5

6 Tabel 1.3 Data Potensi Usaha Industri Bordir Kec. Kawalu No. Kriteria Usaha Jenis Usaha Jumlah Makloon Pengrajin Usaha 1 Mikro 22 483 505 2 Kecil 60 327 387 3 Menengah 10 47 57 Jumlah 92 857 949 Sumber: Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya. Diolah 2012 Dilihat dari Tabel 1.3 diatas bahwa tidak hanya pengrajin bordir saja yang menjadi usaha di sentra usaha ini, tetapi banyak juga bermunculan usaha-usaha yang memberikan jasa makloon yaitu perantara antara pengrajin bordir dengan para konsumen, dengan kata lain mereka menjual desain kepada konsumen tanpa memproduksi sendiri produk tersebut melainkan memesan pada pengrajin. Selain itu ada juga para pengusaha makloon yang tetap memproduksi tetapi hanya setengah jadi karena mereka memproduksi merek pengusaha lain bukan merek pribadi Pemerintah Kota Tasikmalaya melalui Dinas Koperasi dan UMKM memberikan bantuan kepada para pengusaha untuk dapat mempromosikan sekaligus menjual produknya sehingga dapat dikenal di seluruh Indonesia. Bantuan tersebut berupa para pengusaha bordir mendapatkan lokasi di Pasar Tanah Abang sebagai pusat penjualan bordir asal Tasikmalaya tepatnya di blok F2 lantai 5. Selain itu pula, pemasaran tidak terbatas hanya di Pasar Tanah Abang tetapi juga ke Pasar Tegal Gubug Cirebon, Pasar Turi Surabaya, Pasar Klewer Solo, Pulau Batam, Makasar, Pontianak dan lain-lain. Selain pasar Nasional, Bordir Tasikmalaya juga telah menembus pasar internasional. Di antaranya telah di ekspor ke Malaysia, Brunei Darussalam, Saudi 6

7 Arabia, Singapura dan Afrika. Berikut merupakan data ekspor kerajinan bordir pada tahun 2009: Tabel 1.4 Data Ekspor Kerajinan Bordir Tasikmalaya Tahun 2009 No. Perusahaan Produk Tujuan Volume Nilai Ekspor (US $) Malaysia 87.568,00 1 Haryati Bordir Kebaya, Mukena 2 Indri Bordir Koko Pantai Perancis 49.729,73 3 Arok Bordir Mukena Malaysia 1400 Stel 7.567,57 Sumber: Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya 2012 Selain mendapatkan bantuan seperti yang diuraikan diatas, para pengrajin juga mendapatkan bantuan berupa pelatihan pengoperasian penggunaan mesin bordir komputer kepada para pengusaha kecil khususnya bagi mereka yang belum memiliki mesin bordir komputer. Meskipun jumlah unit usaha kerajinan bordir terus meningkat dan juga adanya bantuan yang diberikan pemerintah Kota Tasikmalaya kepada pengusaha kerajinan bordir, tetapi masih terdapat beberapa usaha yang tidak berhasil dalam kegiatan usahanya dalam kata lain mereka tidak mampu bersaing dengan pengusaha bordir yang lain khususnya mereka yang memiliki finansial yang kuat sehingga menghentikan kegiatan usahanya atau dalam kata lain mengalami gulung tikar.masalah tersebut dialami oleh para pengusaha khususnya para pengrajin kecil yang tersebar di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Hal tersebut diakui oleh pengurus Koperasi Gapebta (Gabungan Pengusaha Bordir Tasikmalaya) dan juga diperkuat oleh pernyataan dari Bapak Hendrawan yaitu selaku penyuluh perindustrian dan perdagangan madya pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Tasikmalaya. 7

8 Selain itu, adanya produk kerajinan bordir buatan Cina di pasaran juga sedikit banyak menjadi ancaman bagi para pengusaha bordir Kota Tasikmalaya. Bordir Cina tersebut dirasakan sebagai ancaman karena mereka berani menjual produk kerajinan tersebut dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga kerajinan bordir produk Kota Tasikmalaya, sehingga hal tersebut berakibat terjadinya penurunan omzet pada para pengusaha.. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan produk-produk bordir agar tetap diminatioleh konsumen dalam negeri maupun di luar negeri, peningkatan mutu desain serta diversifikasi produk akan sangat membantu mempertahankan selera konsumen. Kekuatan bidang usaha bordir terletak pada ketersediaan tenaga kerja yang cukup murah, namun memiliki keterampilan yang bisa diarahkan pada selera pasar. Karena upah tenaga kerja yang masih relatif rendah, maka usaha bordir masih dapat mengimbangi nilai bahan baku impor. Selain itu, para pengusaha juga perlu memiliki kompetensi dalam kegiatan usahanya, yaitu berupa pengetahuan, keterampilan dan juga kemampuan untuk dapat mancapai suatu keberhasilan dalam kegiatan usahanya. Oleh karena itu, para pengusaha diharapkan memiliki kompetensi kewirausahaan. Karena dengan kompetensi kewirausahaan diharapkan dapat terciptanya keberhasilan usaha yang dicapai oleh para pengusaha. Seperti halnya yang terjadi pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aria Hadi Nugraha (2010), yang berjudul Pengaruh kompetensi wirausaha terhadap keberhasilan usaha pada RM. Nasi Bancakan Bandung. Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa kompetensi kewirausahaan yang terdiri dari ilmu 8

9 pengetahuan, keterampilan dan kemampuan individu berpengaruh sebesar 43,17% terhadap keberhasilan usaha pada RM. Nasi Bancakan Bandung. Selain itu, penelitian dari Ressa Andari (2010), yang berjudul Pengaruh kompetensi pengusaha, skala usaha, dan saluran pemasaran terhadap keberhasilan usaha (Survey pada industri bawang goreng di Kabupaten Kuningan. Penelitian tersebut disimpulkan bahwa kompetensi kewirausahaan, skala usaha, dan saluran pemasaran berpengaruh sebesar 67,35% terhadap keberhasilan usaha pada industri bawang goreng di Kabupaten Kuningan. Berdasarkan uraian serta hasil penelitian terdahulu diatas, penulis mencoba untuk mengkaji lebih lanjut permasalahan ini dengan mengadakan penelitian yang berjudul: Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan terhadap Keberhasilan Usaha (Studi Persepsional PadaPengusahaKecil di Sentra Industri Kerajinan Bordir Kecamatan Kawalu Tasikmalaya). 1.2 Identifikasi Masalah Dalam kegiatan wirausaha terdapat satu tujuan yang semua orang inginkan. Tujuan tersebut adalah dapat tercapainya keberhasilan dalam kegiatan usahanya. Tidak ada seorang wirausaha pun yang tidak menginginkan keberhasilan dalam bisnis yang dijalaninya. Untuk mencapai tujuan keberhasilan usaha tersebut dapat diraih oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha adalah dengan dimilikinya kompetensi kewirausahaan. Tetapi, pada kenyataannya sangat banyak pelaku wirausaha yang tidak memiliki kompetensi dalam pelaksanaan kegiatan bisnisnya. Kebanyakan wirausaha hanya 9

10 memiliki modal nekat dalam kegiatan bisnisnya, dalam kata lain para wirausaha melakukan kegiatan bisnisnya tanpa didasari dengan kemampuan serta skill dalam penguasaan bisnis yang dikerjakan. Kompetensi kewirausahaan itu sendiri meliputi akan pengetahuan, keterampilan, serta kemampuan seorang wirausaha atas kegiatan bisnis yang sedang atau akan dilakukannya. Wirausaha yang tidak memiliki kompetensi biasanya tidak memiliki pemikiran kreatif dan inovatif akan produk-produk yang akan dihasilkannya. Biasanya mereka hanya meniru produk orang lain yang dirasa sudah dikenal di pasaran. Sehingga produk yang dihasilkannya pun terkesan seragam dan tidak memiliki suatu nilai yang baru serta nilai ekonomis pada produk tersebut karena para konsumen lebih baik memilih untuk membeli produk tersebut kepada orang yang lebih dahulu memproduksi barang tersebut. Masalah akan keberhasilan usaha ini pun dialami oleh para pengusaha kecil di Sentra Industri Kerajinan Bordir Kecamatan Kawalu Tasikmalaya. Terlepas dari kenaikan unit usaha dari tahun ke tahunnya, tatapi terdapat pula pengusaha yang tidak berhasil dalam kegiatan bisnisnya sehingga harus meninggalkan bisnis tersebut atau mengalami bangkrut. Kenaikan jumlah unit usaha dari tahun ke tahunnya kebanyakan hanya dialami oleh pengusaha yang memiliki modal yang besar. Budaya pengusaha bordir yang memiliki modal yang besar biasanya setelah bisnis mereka maju, maka mereka akan memberikan bisnis bordir yang sama kepada anggota keluarga mereka khususnya pada anak-anak mereka sehingga membuat peningkatan jumlah unit usaha terus naik dari tahun ke tahunnya dan juga peningkatan tersebut merupakan peningkatan secara umum se-kota 10

11 Tasikmalaya tidak terdapat data khusus per-kecamatan yang memungkinkan adanya penurunan. Berbeda dengan para pengusaha bordir khususnya pengrajin yang memiliki modal kecil, mereka sulit untuk bersaing dalam segi finansial dengan pengusaha bordir yang memiliki modal yang besar. Selain itu, kompetensi wirausaha mereka pun bisa dikatakan rendah karena mereka terkesan banyak yang memaksakan kegiatan bisnis yang telah menjadi budaya di daerah tersebut khususnya di Kecamatan Kawalu. Dengan faktor kompetensi kewirausahaan yang telah diuraikan tersebut maka diharapkan keberhasilan usaha dapat diraih oleh para pengusaha khususnya pengusaha kecil di Sentra Industri Kerajinan Bordir Kecamatan Kawalu Tasikmalaya. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran tingkat kompetensi kewirausahaan pada pengusaha kecil di Sentra Industri Kerajinan Bordir Kecamatan Kawalu Tasikmalaya. 2. Bagaimana gambaran tingkat keberhasilan usaha pada pengusaha kecil di Sentra Industri Kerajinan Bordir Kecamatan Kawalu Tasikmalaya. 3. Bagaimana pengaruh kompetensi kewirausahaan terhadap keberhasilan usaha pada pengusaha kecil di Sentra Industri Kerajinan Bordir Kecamatan Kawalu Tasikmalaya. 11

12 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian terhadap para pengusaha kecil di sentra industri kerajinan bordir ini adalah untuk mengetahui: 1. Gambaran tingkat kompetensi kewirausahaan pada pengusaha kecil di Sentra Industri Kerajinan Bordir Kecamatan Kawalu Tasikmalaya. 2. Gambaran tingkat keberhasilan usaha pada pengusaha kecil di Sentra Industri Kerajinan Bordir Kecamatan Kawalu Tasikmalaya. 3. Pengaruh kompetensi kewirausahaan terhadap keberhasilan usahapada pengusaha kecil di Sentra Industri Kerajinan Bordir Kecamatan Kawalu Tasikmalaya. 1.5 Kegunaan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan tentu akan berguna bagi pihak yang berkaitan. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1 Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menjelaskan faktor kompetensi kewirausahaan dalam mendukung keberhasilan usaha. 1.5.2 Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi penambah masukan-masukan kepada pengusaha dalam menjelaskan dan mendeskripsikan tentang meningkatkan keberhasilan usaha melalui kompetensi kewirausahaan. 12