PENDAHULUAN 7 Latar Belakang Tekanan terhadap sumberdaya hutan menyebabkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan, sehingga sumberdaya hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal. Tekanan yang berlebihan juga menyebabkan sumberdaya hutan mengalami kerusakan dan menurunnya produktivitas. Saat ini tingkat kerusakan hutan di Indonesia makin tinggi. Deforestasinya sudah mencapai 2,83 juta hektare per tahun. Data terakhir menunjukan dari total kawasan hutan seluas 120,35 juta hektar, lebih dari 59 juta hektar kondisinya rusak dan sangat memprihatinkan (www.fiskal.depkeu.go.id). Kerusakan kawasan hutan menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan lingkungan. Pada musim kemarau hutan yang rusak sangat mudah terbakar. Kebakaran hutan serta asap yang ditimbulkannya sudah menjadi permasalahan nasional tiap tahun dan sampai saat ini belum dapat teratasi. Sedangkan pada musim hujan terjadi bencana banjir yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sementara itu dengan terus berkembangnya pembangunan di Indonesia dewasa ini, maka kebutuhan kayu sebagai bahan bangunan oleh masyarakat akan terus meningkat, sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk. Saat ini kebutuhan kayu bulat mencapai 27 juta m 3 per tahun. Dalam waktu sepuluh tahun ke depan kebutuhan tersebut bisa mencapai 37,6 juta m 3 per tahun. Di lain pihak, kondisi sebaliknya terjadi, dimana dalam beberapa dekade mendatang pasokan kayu dari areal hutan alam akan semakin menurun (www.indonesia.go.id). Di Pulau Jawa yang penduduknya paling padat di Indonesia, tekanan terhadap sumber daya hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan lahan semakin meningkat. Tekanan untuk memenuhi kebutuhan lahan bagi pertanian, industri dan perumahan menyebabkan terjadinya konversi hutan menjadi lahan perumahan dan kawasan industri ataupun pertanian. Di lain pihak masih banyak lahan kering yang tidak produktif belum dapat dimanfaatkan untuk pertanian. Salah satu usaha untuk mengembangkan pemanfaatan lahan kering
ataupun lahan kritis yang tidak produktif adalah dengan menanam tanaman berkayu (hutan rakyat) yang mempunyai nilai komersial. Selain manfaat tersebut, pengembangan hutan rakyat juga dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial ekonomi masyarakat di perdesaan (Attar, 2000). Berdasarkan kondisi aktual saat ini bahwa hutan alam tidak akan dapat memenuhi kebutuhan kayu di masa yang akan datang, maka pengembangan hutan rakyat yang dibangun di atas tanah milik dapat menjadi komplemen yang sangat berarti dalam penyediaan bahan baku kayu sekaligus dapat mengurangi tekanan terhadap kerusakan hutan. Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten yang memiliki lahan tidak produktif (lahan kritis) terluas di Provinsi Jawa Barat selain Kabupaten Garut. Terdapat sekitar 61.000 Ha lahan tidak produktif, diantaranya 36.000 Ha terdapat pada lahan-lahan milik masyarakat. Lahan-lahan tidak produktif tersebut kemungkinan berpotensi untuk pengembangan hutan rakyat. Tabel 1. Luas lahan tidak produktif di Kabupaten Sukabumi No. Status Lahan Luas Lahan tidak Produktif (Ha) Persentase ( %) 1. Kawasan Hutan 15.492 25,1 2. Kawasan Perkebunan 9.434 15,3 3. Lahan Masyarakat 36.790 59,6 Total 61.716 100 Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi Tahun 2006 Di Kabupaten Sukabumi rusaknya kawasan hutan dan kawasan lindung juga menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan lingkungan. Permasalahanpermasalahan lingkungan yang dilaporkan antara lain adalah : 1. Menurun secara drastis debit air sungai pada musim kemarau, sebagai contoh pada musim kemarau sungai Citatih dan sungai Citarik yang biasa dipergunakan untuk kegiatan wisata arung jeram debit airnya sangat kecil, sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk kegiatan tersebut. 8
9 2. Menurunnya muka air tanah dan hilangnya sumber mata air terutama di Wilayah Sukabumi Selatan, akibatnya masyarakat semakin kesulitan untuk mendapatkan sumber air terutama pada musim kemarau. 3. Sering terjadi banjir dan longsor yang tidak hanya merugikan secara ekonomi, namun lebih dari itu dalam beberapa kasus menyebabkan korban meninggal. Pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Sukabumi memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan yang tak kalah penting adalah fungsi ekologi (lingkungan). Secara ekonomi pengembangan hutan rakyat antara lain berfungsi sebagai penyedia bahan baku kayu yang akan mendorong berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi yang berbasis kayu seperti penggergajian kayu, industri kerajinan dan lain-lain. Secara ekologis pengembangan hutan rakyat akan bermanfaat bagi perbaikan kualitas lahan, memperbaiki tata air, bahkan yang lebih besar, hutan rakyat akan menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan. Dari sisi kebijakan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, kegiatan pengembangan hutan rakyat merupakan salah satu kegiatan prioritas dalam sektor kehutanan. Di tingkat pusat kegiatan pengembangan hutan rakyat merupakan kegiatan utama dalam Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN/GN-RHL). Sementara itu, di tingkat Propinsi Jawa Barat melalui Program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK), kegiatan pengembangan hutan rakyat juga menjadi salah satu kegiatan prioritas. Permasalahannya adalah belum tersedianya data yang memadai terutama secara spasial wilayah-wilayah yang berpotensi untuk pengembangan hutan rakyat. Dari berbagai alasan tersebut ditambah dengan potensi lahan yang tersedia, budidaya hutan rakyat di Kabupaten Sukabumi menjadi penting untuk dikembangkan. Dibutuhkan perencanaan yang baik yang dudukung oleh data yang memadai agar pengembangan hutan rakyat dapat berjalan secara optimal, baik dari fungsi ekonomi maupun fungsi ekologi.
Rumusan Permasalahan 10 Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka dapat diuraikan beberapa rumusan permasalahan sebagai dasar dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana penyebaran sumberdaya lahan secara spasial yang berpotensi untuk pengembangan hutan rakyat? 2. Apakah komoditas unggulan yang telah berkembang saat ini sesuai dengan karakteristik lahan? 3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kegiatan pengembangan hutan rakyat? 4. Bagaimana arahan pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Sukabumi? Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi potensi ketersediaan lahan untuk pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Sukabumi; 2. Membuat pewilayahan pengembangan hutan rakyat berdasarkan komoditas unggulan, dan 3. Menyusun arahan pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Sukabumi Sedangkan manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan kehutanan di Kabupaten Sukabumi, khususnya pembangunan hutan rakyat. 2. Sebagai bahan masukan dalam kebijakan penatagunaan lahan di Kabupaten Sukabumi. Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Penelitian Berdasarkan latar belakang, permasalahan, tujuan dan landasan teori yang mendasari pelaksanaan penelitian ini, maka secara garis besar dapat disarikan kerangka pemikiran sebagai berikut.
11 Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan terus berjalannya roda pembangunan menyebabkan meningkatnya kebutuhan bahan baku kayu, sedangkan daya dukung hutan alam sebagai sumber kayu terus menurun. Akibatnya, tekanan terhadap kelestarian sumberdaya hutan terus meningkat. Rusaknya sumberdaya hutan mendorong terjadinya berbagai macam bencana alam, seperti banjir, longsor, kekeringan, dan lain-lain. Di sisi lain banyak lahanlahan yang kritis (tidak produktif) di luar kawasan hutan yang belum termanfaatkan atau kurang cocok untuk budidaya tanaman pertanian. Untuk mengurangi tekanan terhadap kawasan hutan sekaligus dapat menjadi sumber bahan baku kayu, maka perlu di lakukan upaya pembangunan sumber kayu dari luar kawasan hutan negara. Alternatif kegiatan yang mempunyai prospek yang baik adalah pengembangan hutan rakyat. Pengembangan hutan rakyat relatif mudah dilaksanakan, karena pada dasarnya masyarakat telah lama mempraktekannya. Namun selama ini, budidaya hutan rakyat yang dilaksanakan oleh masyarakat masih bersifat tradisional dengan pengelolaan sederhana. Sehubungan dengan hal tersebut dan agar pengembangan hutan rakyat dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat, maka perlu dilakukan perencanaan yang baik dalam pengembangan hutan rakyat. Dengan demikian diperlukan identifikasi sebaran secara spasial lahan-lahan yang berpotensi untuk pengembangan hutan rakyat. Diperlukan juga analisis kesesuian jenis untuk komoditas unggulan agar menghasilkan produksi yang menguntungkan. Juga dibutuhkan analisis kelembagaan dan persepsi masyarakat terhadap pengembangan hutan rakyat agar arahan pengembangan hutan rakyat dapat mencapai hasil yang optimal. Secara ringkas kerangka pemikiran pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam bentuk diagram alir (flowchart) berikut ini :
12 Kondisi Faktual : kebutuhan bahan baku kayu terus meningkat stok kayu dari hutan alam terus menurun Kebutuhan lahan Dampak terhadap kawasan hutan Eksploitasi berlebihan Kerusakan kawasan hutan Terganggunya keseimbangan lingkungan (terjadi bencana alam) Timbulnya lahan-lahan kritis (tidak produktif) Perlu alternatif kegiatan yang dapat mengurangi tekanan terhadap kawasan hutan, sebagai sumber kayu sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Faktor Pendukung : Pasar yang besar Ketersediaan lahan Budaya masyarakat Kebijakan pemerintah Pengembangan Hutan Rakyat Faktor Penghambat : (permasalahan) Pengusahaan hutan rakyat masih bersifat tradisional Belum ada perencanaan yang baik Kegiatan Penelitian : Bagaimana potensi pengembangan hutan rakyat dalam pengembangan wilayah, kontribusi hutan rakyat terhadap sosial ekonomi masyarakat, dan pewilayahan pengembangan hutan rakyat. Sasaran Arahan pengembangan hutan rakyat yang memberikan manfaat optimal bagi pengembangan wilayah Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran penelitian