BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

dokumen-dokumen yang mirip
Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB I PENDAHULUAN. Schraiber pada tahun KLT merupakan bentuk kromatografi planar,

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

Cara Pengklasifikasian Kromatografi :

BAB III METODE PENELITIAN

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMEN

LAPORAN KIMIA PEMISAHAN BAB CAMPURAN

I. PENDAHULUAN. yang lalu (Iswari, 2007). Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri. maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

Kromatografi tambahan. Imam S

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

Hidrokinon dalam Kosmetik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

DESTILASI SECARA UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051)

PEMERIKSAAN KUALITATIF HIDROKUINON DAN MERKURI DALAM KRIM PEMUTIH ABSTRACT ABSTRAK

SEJARAH. Pertama kali digunakan untuk memisahkan zat warna (chroma) tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

PERCOBAAN X KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

MATERIA MEDIKA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada dua

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

Bab III Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

Standardisasi Obat Bahan Alam. Indah Solihah

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

III. BAHAN DAN METODA

BABV Kromatografi Kolom (Column Chromatography)

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Parasetamol dan Propifenazon merupakan obat yang secara luas digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetik Kosmetik merupakan bahan atau komponen kimia yang digunakan untuk mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari berbagai macam senyawa kimia seperti hidrokuinon, merkuri dan logam berat lainnya yang dicairkan dalam beberapa campuran bahan yang mengandung minyak seperti minyak cocoa. Pemakaian kosmetik yang tidak hati-hati dan kandungan yang berbahaya seperti hidrokuinon dalam suatu produk kosmetika dapat menyebabkan wajah bukannya bertambah cantik tetapi malah menjadi tambah buruk. Sebab, kosmetik yang berbahaya dapat merusak kulit wajah. Untuk mengetahui apakah kosmetika itu baik, kita perlu mengetahui bahan-bahan yang terkandung didalamnya dan cara pengolahannya (Sarah, 2014). Kosmetik yang diaplikasikan secara topikal dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan. Prinsip dasar manfaat kosmetik adalah untuk menghilangkan kotoran kulit, mempercantik dengan pewarnaan kulit sesuai dengan yang diinginkan, mempertahankan komposisi cairan kulit, melindungi dari paparan sinar ultraviolet, dan memperlambat timbulnya kerutan. Setiap komponen (Jaelani, 2009). Selain dilakukannya tindakan pencegahan terhadap efek buruk sinar matahari, juga perlu dilakukan tindakan penanggulangan gangguan pigmentasi pada kulit antara lain dengan menggunakan produk pencerah kulit(aryani dkk, 2010). 13

Dengan semakin meluasnya pemakaian kosmetik, khususnya pada kaum wanita, efek samping pemakaian kosmetik harus diperhitungkan. Pemakaian kosmetik yang tidak hati-hati dan kandungan yang berbahaya seperti hidrokuinon dalam suatu produk kosmetik dapat menyebabkan efek samping seperti iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar, bercak-bercak hitam (Sarah, 2014). 2.2Losion (Lotion) Losio adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air dengan surfaktan yang cocok. Pada penyimpanan mungkin terjadi pemisahan. Dapat ditambahkan zat warna, zat pengawet dan zat pewangi yang cocok. Penandaan harus juga tertera: a. Obat luar b. Kocok dahulu (Dirjen POM, 1979). Lotio merupakan preparat cair yang dimakudkan untuk pemkaian luar pada kulit. Kebanyakan lotio mengandung bahan serbuk halus yang tidak larut dalam media dispersi dan disuspensikan dengan menggunakan zat pensuspensi dan zat pendispersi. Lotio lain sebagai bahan cair fase terdispersi yang tidak bercampur dengan bahan pembawa dan biasanya menyebar dengan bantuan zat pengemulsi atau bahan penstabil lain yang sesuai. Pada umumnya pembawa dari lotio adalah air. Tergantung pada sifat bahan-bahannya, lotio mugkin diolah dengan cara yang sama seperti pada pembuatan suspensi, emulsi dan larutan. Lotio dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat 14

karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya memungkinkan untuk pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas. Lotio dimaksudkan segera kering pada kulit setelah pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit (Ansel, 2005). 2.3Hidrokuinon Hydroquinonum (Hidrokuinon) mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C 6 H 6 O 2 dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian berbentuk jarum halus, putih; mudah menjadi gelap jika terpapar cahaya dan udara. Kelarutan mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter. Baku pembanding Hidrokuinon BPFI; tidak boleh dikeringkan;lakukan penetapan kadar air dengan cara titrimetri sebelum digunakan untuk analisis kuantitatif. Hidrokuinon [ 123-31-9] C 6 H 6 O 2 BM 110,11 Identifikasi A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada Hidrokuinon BPFI. 15

B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi<931>. Totolkan secara terpisah masing-masing 5 µl larutan dalam metanol P yang mengandung (1) zat uji 0, 1% dan (2) Hidrokuinon BPFI 0, 1%, pada lempeng kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm, masukkan lempeng kedalam bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan fase gerak metanol P- kloroform P (50:50) dan biarkan fase gerak merambat hingga tiga per empat panjang lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase gerak menguap dan panaskan diatas lempeng pemanas atau diamkan dibawah lampu hingga timbul bercak: harga R f bercak utama yang diperoleh dari larutan (1) sesuai dengan yang diperoleh dari larutan (2). C. Spektrum serapan larutan (1 dalam 40.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum pada panjang gelombang lebih kurang 293 ± 2 nm. Jarak lebur <1021> Antara 172 dan 174 Air <1031> Metode/tidak lebih dari 0,5% Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5% Penetapan kadar Timbang seksama lebih kurang 250 mg, larutkan dalam campuran 100 ml air dan 10 ml asam sulfat 0,1 N, tambahkan 3 tetes difenilamina LP dan titrasi dengan serium (IV) sulfat 0,1 N LV hingga warna merah lembayung. Lakukan penetapan blangko. 1 ml serium(iv) sulfat 0,1 N setara dengan 5,506 mg C 6 H 6 O 2 16

Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya (Dirjen POM, 1995). Hidrokuinontermasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakanberdasarkan resep dokter. Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar, bercak-bercak hitam (BPOM, 2009). 2.3.1 Bahaya Hidrokuinon dan Dampaknya Bagi Tubuh Hidrokuinon berpotensi karsinogenik dan dikenal sebagai pengiritasi kulit. Ini selalu dianggap sebagai bahan sediaan topikal utama untuk menghambat pembentukan melanin. Karena hidrokinon bersifat karsinogenik,penggunaannya dilarang di beberapa negara karena takut menimbulkan resiko kanker. Beberapa kekhawatiran tentang pemakaian hidrokinon yang aman pada kulit telah dinyatakan, tetapi penelitian telah menunjukkan ketika hidrokuinon di aplikasikan pada sediaan topikal, memiliki reaksi negatif ketika dalam konsentrasi kecil, namun besar dampaknya ketika digunakan pada konsentrasi yang tinggi (Amponsah, 2010). Efek samping hidrokuinon dapat menimbulkan dermatitis kontak dalam bentuk bercak warna putih pada wajah atau sebaliknya. Menimbulkan reaksi hiperpigmentasi. Gejala awal dapat berupa iritasi kulit ringan, panas, menyebabkan luka bakar, 17

merah, menyengat, eritmia, gatal, atau hitam pada wajah akibat kerusakan sel melanosit (Gianti, 2013). 2.4KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas didalam kolom, maka pada KLT, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom (Rohman dan Gandjar, 2007). Prinsip KLT tradisional sangat sederhana, yakni campuran solut yang akan dipisahkan ditotolkan pada permukaan lempeng tipis lalu dikembangkan didalam chambermenggunakan fase gerak yang sesuai. Kekuatan interaksi yang berbeda antara molekul solut dengan fase diam atau fase gerak akan menghasilkan mobilitas dan pemisahan yang berbeda (Rohman dan Gandjar, 2007). Retensi solut pada kromatografi lapis tipis (KLT) dicirikan dengan faktor retardasi solut (R f ) yang didefinisikan sebagai jarak migrasi solut terhadap jarak ujung fase geraknya. R f = Jarak yang ditempuh solut Jarak yang ditempuh fase gerak Nilai maksimum Rf adalah 1. Nilai minimum Rf adalah 0, dan ini teramati jika solut tertahan pada posisi tidak awal di permukaan fase diam (Rohman dan Gandjar, 2007). 18

Kromatografi lapis tipis Pemisahan senyawa yang hendak dianalisis menjadi fraksi tertentu dapat dilakukan dengan kromatografi diferensiasi mikro. Yang sesuai dalam hal ini adalah kromatografi lapis tipis yag baru sedikit digunakan. Penggunaan yang utama adalah untuk analisis kualitatif campuran kompleks senyawa, yang dalam penggunaannya yang lazim sebagai kromatografi adsorpsi, dan perbedaan polaritas senyawa yang menentukan terjadinya pemisahan sehingga diperoleh komponen tunggal. Pemilihan pelarut pengembang diarahkan kepada fraksi tunggal golongan zat yang diinginkan (Schunack dkk, 1990). Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat, dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahandapat didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari jeni zat penyerap penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada kromatografi lapis tipis tidak tetap. Lampu ultraviolet yang cocok untuk pengamatan dengan panjang gelombang pendek (254 nm) dan dengan panjang gelombang panjang (336 nm) (Dirjen POM, 1979). Pemisahan KLT dikembangkan oleh Ismailoff dannschraiber pada tahun 1938. Tekniknya menggunakan penyokong fase diam berupa lapisan tipis seperti lempeng kaca, aluminium atau pelat inert (Yazid, 2005). Adsorben yang digunakan biasanya terdiri dari silika gel atau alumina dapat langsung atau dicampur dengan bahan perekat misalnya kalsium sulfat 19

untuk disalutkan (dilapiskan) pada pelat. Sekarang telah tersedia di pasaran berbagai lapis tipis pada pelat kaca, lembara aluminium atau lembaran sintetik yang langsung dapat dipakai. Pada pemisahannya, fase bergerak akan membawa komponen campuran sepanjang fase diam pada pelat sehingga terbentuk kromatogram. Pemisahan yang terjadi berdasarkan adsorpsi dan partisi (Yazid, 2005). Teknik kerja KLT prinsipnya hampir sama dengan kromatografi kertas. Pengembangan umumnya dilakukan dengan cara menaik dalam mana pelat dicelupkan ke dalam pelarut pengembang. Dibandingkan dengan kromatografi kertas, KLT mempunyai beberapa kelebihan yaitu: 1. Waktu pemisahan lebih cepat 2. Sensitif, artinya meskipun jumlah cuplikan sedikit masih dapat dideteksi 3. Daya resolusinya tinggi, sehingga pemisahan lebih sempurna Penentuan harga Rf pada KLT sama dengan pada kromatografi kertas. Harga Rf dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif. Untuk tujuan penentuan kadar, bercak komponen dapat dikerok lalu dilarutkan dalam pelarut yang sesuai untuk dianalisa dengan metode lain yang tepat (Yazid, 2005). Aplikasi KLT yang sangat luas, termasuk dalam bidang organik dan anorganik. Kebanyakan senyawa yang dapat dipisahkan bersifat hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon dimana sukar bila dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga penting untuk pemeriksaan identitas dan kemurnian senyawa obat, kosmetika, tinta, formulasi, pewarna dan bahan makanan (Yazid, 2005). 20