Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

dokumen-dokumen yang mirip
MANUAL Sistem Jaminan Halal

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2

AUDIT INTERNAL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H)

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi akan menggerakkan dan menjalankan tujuan yang

BAB IV ANALISIS STANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL DAN URGENSINYA. A. Analisis Terhadap Standar dan Prosedur Sertifikasi Penyembelihan Halal

BAB VII PENUTUP. A.1. Bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib dalam. hukum Islam dan sertifikasi halal MUI diwujudkan melalui:

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ]

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

BAB I PENDAHULUAN. Populasi muslim di Indonesia yang terus bertambah, ditambah dengan

Sistem manajemen halal

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Agroindustri semakin berkembang pesat. Seiring dengan berkembangnya

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

MANUAL SJH PT EVIGO INDONESIA MAN-SJH-01

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

Sejauh mana penanganan label halal yang dilakukan oleh MUI (LPPOM) sekarang?

-Y::YY.1T:r:::Y.:lY-lifl.ii::-.

BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL

Fokus Pagi Edisi Rabu, 29 Juli 2009 Tema : Kebijakan Topik : Nasib Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERUBAHAN KEWENANGAN LEMBAGA-LEMBAGA YANG BERWENANG DALAM PROSES SERTIFIKASI HALAL

Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

Pendidikan Agama Islam. Bab 10 Makanan dan Minuman dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali

TEMA SEMINAR Ketersediaan Kuliner Halal dalam menyukseskan Visit Indonesia 2011 dan tahun selanjutnya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK TANPA LABEL HALAL DI ANEKA JAYA NGALIYAN SEMARANG

III. METODE PENELITIAN

PANDUAN UMUM SISTEM JAMINAN HALAL LPPOM MUI

KEYNOTE SPEECH DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR SAFETY DAN HALAL SEMARANG, 2 JUNI 2016

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari

MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU

MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU

Jurnal EduTech Vol. 3 No.2 September 2017 ISSN: e-issn:

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

P E R K O S M I PERSATUAN PERUSAHAAN KOSMETIKA INDONESIA INDONESIAN COSMETIC ASSOCIATION

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

DOKUMEN KEHALALAN BAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Muslim Atas Pencantuman Sertifikat Halal

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA HALAL DETECTOR : APLIKASI CERDAS PENDETEKSI KEHALALAN PRODUK DI HANDPHONE BERBASIS ANDROID

BAB IV PENUTUP. 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota. Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang

LEMBAGA PENYELENGGARA AUDIT DAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG

Lampiran 1. Kuesioner penelitian Nomor Kuesioner...

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah. daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia saja hewan serta tumbuhanpun juga memerlukan makanan, sebab makanan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

Kuesioner Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Masyarakat. Kecamatan Perbaungan Dalam Pembelian Produk Makanan Dalam Kemasan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar dalam membantu perekonomian rakyat. UKM Menurut UU No. 20 tahun 2008 Usaha Kecil dan Menengah adalah usaha

PENERAPAN RANTAI PASOK HALAL PADA KOMODITAS DAGING AYAM DI KABUPATEN PONOROGO

IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN HALAL DAN HIGIENE SANITASI JASA BOGA DI CV MUTIARA DUTA MAS GANI RAMDANI

FATWA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG STUNNING, MERACUNI, MENEMBAK HEWAN DENGAN SENJATA API DAN KAITANNYA DENGAN HALAL,

BAB I PENDAHULUAN. 326 jiwa. Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah: pulau

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO

BAB IV. A. Analisis Terhadap Bentuk-Bentuk Perlindungan Konsumen Dalam Mas}lahah

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA GULA KRISTAL PUTIH SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

PETUNJUK PENGGUNAAN UNTUK

MENERAPKAN TEKNIK PENYEMBELIHAN HEWAN

Transkripsi:

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

Apa itu

Perbuatan Hukum asal perbuatan adalah terikat dengan hukum syara. (Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, Haram) Hukum Halal/Haram Menjadi dasar dalam proses Sertifikasi Halal Benda Hukum asal benda adalah mubah (boleh) selama tidak ada dalil yang mengharamkan. (Halal - Haram)

Pengertian Halal & Haram HALAL adalah boleh. Pada kasus makanan, kebanyakan bahan makanan/makanan ciptaan Allah SWT adalah halal, kecuali secara khusus disebutkan dalam Al Qur an atau Hadits. HARAM adalah sesuatu yang Allah SWT melarang untuk dilakukan dengan larangan yang tegas. Setiap orang yang menentangnya akan berhadapan dengan siksaan Allah di akhirat. Bahkan terkadang juga terancam sanksi syariah di dunia.

Sertifikat Halal www.halalmui.org

Sekilas Perkembangan LPPOM MUI 1. LPPOM MUI Pusat (Nasional) dan 33 LPPOM MUI Provinsi. 2. Presiden World Halal Food Council (WHFC) 3. Standar HAS 23000 yg menjadi rujukan Internasional. 4. Kerjasama (memberi pengakuan) 44 Lembaga Sertifikasi Luar Negeri 5. Sertifikasi Halal On Line (Cerol-SS23000)

Bahan SDM Proses SJH Produk Prosedur

Alasan Pentingnya Penerapan SJH (Perspektif Teknologi, Manajemen & Bisnis) Trend Pasar Produk Halal Global Perkembangan Teknologi Supply Chain Pasar Global Total Quality Management LPPOM MUI adalah Lembaga Eksternal

Jujur Prinsip SJH Prinsip SJH Kepercayaan Partisipatif Absolut

MANFAAT PENERAPAN SJH 1. Menjamin kehalalan produk selama berlakunya Sertifikat Halal MUI. 2. Timbul kesadaran internal dan perusahaan memiliki pedoman kesinambungan proses produksi halal. 3. Memberikan Jaminan dan ketentraman bagi masyarakat. 4. Mencegah kasus ketidakhalalan produk bersertifikat halal. 5. Mendapatkan Reward

Kesimpulan Produk Halal Makanan, minuman, obat, kosmetik, dll yang tersusun dari unsur yang halal, dan telah melalui proses produksi produk halal yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syariah. Sertifikat Halal Fatwa tertulis dari MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan Syariat Islam, setelah melalui proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI. Sistem Jaminan Halal (SJH) Suatu pengelolaan terpadu terhadap bahan, proses, produk, sumberdaya manusia, dan prosedur untuk menghasilkan produk halal dan menjamin kehalalannya secara konsisten dan berkelanjutan.

Kriteria Sistem Jaminan Halal

KELEMBAGAAN SERTIFIKASI HALAL (MUI, LPPOM MUI dan Komisi Fatwa MUI) Sertifikasi halal diajukan ke MUI MUI = Majelis Ulama Indonesia. LPPOM MUI : Lembaga di bawah MUI dengan tugas utama melakukan sertifikasi (registrasi, pembayaran, penjadwalan, pelaksanaan audit, menyiapkan laporan untuk komisi fatwa, dll) Komisi Fatwa : Komisi di bawah MUI yang mempunyai otoritas untuk memutuskan status kehalalan produk yang didaftarkan untuk disertifikasi

Komisi Fatwa MUI MUI LPPOM MUI Pemangku Kepentingan lainnya: WHFC, ASEAN, MABIMS, IMTGT, Universitas, Komunitas Konsumen, dll PEMERINTAH RI BPOM RI KEMENAG RI Ijin Label Halal pada kemasan produk KEMENTAN RI DLL... Sertifikat Halal MUI Gambar Pemangku Kepentingan Sertifikasi Halal di Indonesia

Buku HAS 23000 Seluruh persyaratan sertifikasi dituangkan dalam buku HAS 23 000 HAS 23 000 : 1 --- Kriteria Sistem Jaminan Halal Ada 11 kriteria sistem Level pemenuhan kriteria ini mencerminkan tingkat kemampuan sistem dalam menjaga kehalalan produk secara konsisten) HAS 23 000 : 2 --- Kebijakan dan Prosedur Persyaratan ini harus diikuti sepenuhnya (dipenuhi 100%)

Persyaratan Sertifikasi Halal HAS 23000 : Persyaratan Sertifikasi Halal HAS 23103 : Pedoman SJH di Rumah Potong Hewan HAS 23201 : Persyaratan Bahan Pangan Halal HAS 23101 Pedoman Pemenuhan Kriteria SJH di Industri Pengolahan HAS 23301 Pedoman Penyusunan Manual SJH di Industri Pengolahan

Definisi dan Penjelasan Kriteria : Kalimat yang menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan dalam rangka menghasilkan produk halal secara konsisten. Perusahaan harus menjawab kriteria ini dalam bentuk manual SJH (dokumen perencanaan) dan implementasinya. Perusahaan dapat menentukan sendiri bentuk manual dan cara implementasinya. Level pemenuhan kriteria menentukan status implementasi SJH Kelemahan implementasi (deviasi/ketidaksesuaian dari kriteria) disebut kelemahan (weakness) sistem.

Jenis Audit Audit : Verifikasi oleh auditor LPPOM MUI untuk menentukan pemenuhan kriteria dalam implementasi SJH. Tipe Audit : On Site Audit On Desk Audit

Dokumen yang diterbitkan MUI Nama Dokumen Representasi Masa Berlaku (tahun) Basis Penulisan Sertifikasi Halal Produk halal 2 Kelompok produk Status Implementasi SJH (A, B) Sertifikasi SJH Kualitas Prinsip implementasi SJH sistem Kualitas implementasi sistem 2 Pabrik (fasilitas produksi) 4 Pabrik (fasilitas produksi) * Sertifikasi SJH diberikan kepada perusahaan yang memperoleh tiga kali status A secara berturut-turut

Program Percepatan Sertifikat SJH Program percepatan sertifikat SJH dapat dilakukan dengan syarat Audit Implementasi SJH berikutnya dilakukan setidaknya setelah 6 bulan dari audit terakhir dan audit internal telah dilakukan. Perusahaan yang mengikuti program percepatan diharapkan memperhatikan masa berakhirnya sertifikat halal dan sertifikat SJH

Kategori Kriteria Sistem Jaminan Halal 1. Kebijakan halal 2. Tim manajemen halal 3. Training dan edukasi 4. Bahan 5. Fasilitas 6. Produk 7. Prosedur tertulis kegiatan kritis 8. Kemampuan telusur (Traceability) 9. Penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria 10. Audit internal 11. Kaji ulang manajemen (Management Review)

TIM MANAJEMEN HALAL Tim manajemen halal adalah sekelompok orang yang ditunjuk oleh manajemen puncak sebagai penanggung jawab atas perencanaan, implementasi, evaluasi dan perbaikan berkelanjutan sistem jaminan halal di perusahaan. Manajemen puncak harus menetapkan tim manajemen halal Tanggung jawab tim harus didefinsikan dengan jelas Tim manajemen halal harus mencakup semua bagian yang terlibat dalam aktifitas kritis

TIM MANAJEMEN HALAL (Lanjutan) Penunjukan tim manajemen halal harus disertai bukti tertulis (dapat berupa surat keputusan, surat pengangkatan, surat penetapan atau bentuk penunjukkan lain yang berlaku di perusahaan. Tim Manajemen Halal harus memahami persyaratan sertifikasi halal (Kriteria, Kebijakan dan Prosedur pada HAS 23000) sesuai dengan tanggungjawabnya masing-masing. Ketua/koordinator Tim Manajemen Halal sekurangkurangnya adalah seorang Manajer Teknis, dan diutamakan seorang muslim.

TIM MANAJEMEN HALAL (Lanjutan) Tim manajemen halal dapat berada di level corporate/holding dan/atau di pabrik/outlet, gudang dan dapur. Penetapan tanggungjawab tim dapat ditulis terpisah atau terintegrasi dengan sistem yang lain Manajemen puncak harus menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk perencanaan, implementasi, evaluasi dan perbaikan berkelanjutan sistem jaminan halal

TRAINING DAN EDUKASI Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan pelatihan untuk semua personel yang terlibat dalam aktifitas kritis, termasuk karyawan baru. Prosedur pelaksanaan pelatihan dapat berisi tujuan/target, jadwal, peserta, metode, pemberi materi, materi, dokumentasi, evaluasi dan indikator kelulusan. Materi pelatihan meliputi persyaratan sertifikasi halal (Kriteria, Kebijakan dan Prosedur pada HAS 23000) dan disesuaikan dengan sasaran pelatihan

TRAINING DAN EDUKASI (Lanjutan) Pelatihan (internal atau eksternal) harus dilaksanakan secara terjadwal minimal setahun sekali atau lebih sering jika diperlukan. Pelatihan internal adalah pelatihan mengenai HAS 23000 (persyaratan sertifikasi halal) yang dilakukan oleh perusahaan dengan trainer dari perusahaan sendiri. Pelatihan internal harus dilakukan setidaknya setahun sekali atau lebih sering jika diperlukan

TRAINING DAN EDUKASI (Lanjutan) Pelatihan eksternal adalah pelatihan mengenai HAS 23000 (persyaratan sertifikasi halal) dengan trainer dari LPPOM MUI, baik diselenggarakan oleh LPPOM MUI atau oleh perusahaan dalam bentuk in house training. Pelatihan eksternal dilakukan setidaknya dua tahun sekali atau lebih sering jika diperlukan Pelaksanaan pelatihan harus mencakup kriteria kelulusan untuk menjamin kompetensi personel

TRAINING DAN EDUKASI (Lanjutan) Indikator kelulusan pelatihan internal adalah setiap peserta memahami tanggungjawabnya dalam implementasi dan perbaikan berkelanjutan sistem jaminan halal. Evaluasi kelulusan dapat dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan atau bentuk evaluasi lain yang berlaku di perusahaan. Bukti pelaksanaan pelatihan harus dibuat dan dipelihara