Pendidikan Agama Katolik

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini sangat berpengaruh dalam kehidupan anak ketika mereka

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

KUESIONER PENELITIAN

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejahatan terhadap anak kerap kali terjadi di Indonesia. Kondisi ini begitu

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks dan juga dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk modernitas bagi sebagian remaja. Pengaruh informasi global (paparan media

Lampiran 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan dalam dua bentuk yang berbeda, baik. secara fisik maupun psikis, yang kemudian diberi sebutan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan golden age yaitu usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KELAYAKAN BAHAN AJAR BIOLOGI BERBASIS MASALAH PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI DI SMA NEGERI BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak-anak akan memasuki usia pra-remaja. Pada usia pra-remaja ini anakanak

BAB I PENDAHULUAN. muatan ilmu pengetahuan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap seksualitas dan

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar mengajar. Dalam kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

Fenomena Pelecehan Seksual Ini Bagai Gunung Es? Tabu Mengenai Pendidikan Seksualitas Pada Anak Di Usia Dini? Kekerasan Seks Pada Anak?

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku dan kesehatan reproduksi remaja seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. alat-alat reproduksi tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan di depan anak-anak apalagi untuk mengajarkannya kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I. Seks dan Problematikanya. A. Pendahuluan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

Transkripsi:

Modul ke: 09Fakultas Pendidikan Agama Katolik SEKSUALITAS MANUSIA PSIKOLOGI Program Studi Drs. Sugeng Baskoro,M.M PSIKOLOGI

PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKSUALITAS MANUSIA Pengantar Sebenarnya, saya memang sudah lama memiliki sebuah harapan agar pendidikan seksualitas manusia ini masuk dalam kurikulum sekolah. Sayangnya, sulit sekali. Masalah ini dianggap tidak terlalu penting dibandingkan dengan sains-sains yang lain. Katakanlah matematika atau IPA. Masih mending ada materi agama yang bisa memberikan panduan moral dan siraman rohani bagi para siswa. Lalu, seksualitas dititipkan di berbagai lini ilmu yang lain. Terutama pada pendidikan agama dan biologi. Padahal, dua hal itu seperti dua jalur yang berbeda dalam dunia pendidikan.

Sekarang, dengan maraknya kasus-kasus seksual yang menimpa anak-anak dari TK sampai universitas semakin mendesaklah tuntutan agar pendidikan seksualitas diberikan di sekolah. Kita lihatlah berita di berbagai media, ada anak TK yang disodomi, anak SD yang diperkosa, ada anak SMP yang hobby nonton film porno, ada anak SMA yang membuang bayinya, ada mahasiswa yang berulangkali melakukan aborsi. Kasus itu masih lebih banyak lagi di lapangan seperti homoseksualitas, masturbasi, pelacuran, perkosaan, dll. Ironisnya, banyak kasus tersebut justru dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya melindungi mereka.

Pendidikan Seks Antara Perlu dan Tabu Sampai saat ini, banyak orang tua masih merasa tabu untuk membicarakan masalah seks dan seksualitas dengan anak-anaknya di lingkungan keluarga dengan alasan menjaga budaya ketimuran. Sebagian besar memilih untuk tetap diam dan berasumsi bahwa anak-anak mereka akan memperoleh informasi yang bereka butuhkan melalui sekolah maupun media lainnya. Sayangnya, hanya sedikit sekolah yang mengajarkan pendidikan seksualitas bagi anak-anak didiknya, itupun hanya terbatas pada pelajaran anatomi tubuh, pelajaran biologi. Orang tua dan pendidik di sekolah berasumsi bahwa membicarakan masalah seksualitas dengan anak-anaknya akan sama saja dengan mendorong mereka untuk melakukan hubungan seks.

Pendidikan seksualitas penting agar masyarakat, khususnya kaum muda, dapat memperoleh informasi mengenai seks dan seksualitas dari berbagai sumber, termasuk dari teman sebaya, lewat media masa baik cetak maupun elektronik, termasuk di dalam iklan, buku ataupun situs di internet. Siapa yang bertanggungjawab untuk mengajarkan pendidikan seksualitas bagi anak-anak, remaja dan pemuda? Pertama-tama perlu disadari bahwa lingkungan awal bertumbuhkembangnya seorang anak adalah lingkungan keluarga. Dalam hal ini, ayah dan

Pendidikan Seksualitas dan Moralitas Pendidikan moral dan seksualitas cukup penting dewasa ini agar anak yang belum mendapatkan jawaban tentang seksualitas tidak mencari jawaban sendiri secara instan melalui metode coba-coba. Ataupun melalui berbagai sumber yang banyak penyimpangan. Coba anda klik di google kata seks, maka yang keluar akan aneh-aneh dan kebanyakan tidak mendidik.

a. Pendidikan Seksualitas Pendidikan seks adalah sebuah usaha untuk membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi dan tujuan seks, sehingga ia dapat memanfaatkan seksualitasnya secara baik, benar dan legal. Pendidikan seks dapat dibedakan antara sex instruction dan education in sexuality. Sex instruction ialah penerangan mengenai anatomi, seperti pertumbuhan rambut pada ketiak, dan mengenai biologi dari reproduksi, yaitu proses berkembang biak melalui hubungan untuk mempertahankan jenisnya. Education in sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi dan pengetahuan lainnya yang di butuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri sebagai makhluk seksual, serta mengadakan hubungan interpersonal yang baik. Dalam hal yang kedua, seksualitas manusia diajarkan dengan lebih menyeluruh.

Perbedaan pandangan tentang perlunya pendidikan seks bagi anak-anak dan remaja bisa terlihat dari penelitian WHO (Word Health, 1979) di enam belas negara Eropa, yang hasilnya ialah sebagai berikut: 5 negara mewajibkannya di setiap sekolah, 6 negara menerima dan mensahkannya dengan undang-undang tetapi tidak mengharuskannya di setiap sekolah, 2 negara secara umum menerima pendidikan seks, tetapi tidak mengukuhkannya dengan undangundang, dan 3 negara tidak melarang, tetapi juga tidak mengembangkannya.

b. Pendidikan Moral Moralitas adalah kesadaran moral, rasionalitas moral atau alasan mengapa seseorang harus (atau tidak harus) melakukan suatu hal. Moralitas juga dapat diartikan sebagai suatu pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai moral, yang merupakan segi kognitif dari moral. Pada segi kognitif ini perlu ditanamkan kepada anak didik/remaja. Perasaan moral lebih pada kesadran akan hal-hal ynag baik dan buruk.

C. Materi Pendidikan Seks Berdasarkan Usia 1. Pendidikan di Keluarga Menurut Dr Rose Mini AP, M.Psi, psikolog pendidikan, seksualitas bagi anak wajib diberikan orangtua sedini mungkin. Saat anak masuk play group (usia 3-4 tahun), anak sudah mengenal organ tubuh mereka. Saat itu adalah masa yang tepat untuk mengawali pendidikan seksualitasnya. Salah satu cara menyampaikan pada anak dapat dimulai dengan mengajari mereka membersihkan alat kelaminnya sendiri, setelah buang air kecil maupun buang air besar, agar anak dapat mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Pendidikan ini pun secara tidak langsung dapat mengajari anak untuk tidak sembarangan mengijinkan orang lain menyentuh alat kelaminnya. Pada usia balita, orangtua dapat memberitahu berbagai organ tubuhnya, mulai rambut, kepala, tangan, kaki, perut, alat kelamin (penis/vagina).

2. Materi Pendidikan Seksual di Sekolah Pada prinsipnya, materi yang bisa diajukan di sekolah dan pendidikan tinggi sebisa mungkin mengikuti psikoseksialitas peserta didik. Oleh karena itu, di awal-awal masa pendidikan anak harus diajar sesuai dengan kebutuhannya. Seperti pengenalan dasar bahwa ia berbeda dengan lawan jenisnya. Selain itu, juga perlu bagi anak untuk juga dilatih kemandirian, termasuk berkaitan dengan organ seksualnya. Dengan demikian, ada kesinambungan antara apa yang dia pelajari di rumah dengan apa yang sekarang diterapkan di sekolah, khususnya taman kanak-kanak. Taman kanak-kanak, belum seluruhnya dituntut sebuah kurikulum pendidikan formal. Masa ini sangat efektif kalau digunakan sebagai masa pelatihan untuk memasuki masa sekolah yang sesungguhnya. Yang perlu diingat, masa ini belum semestinya mempersiapkan anak untuk belajar menghitung dan menulis.

Dengan demikian, peranan sekolah dalam memberikan pendidikan seks merupakan suatu tanggung jawab moral bagi perkembangan anak didik. Peranan sekolah harus dimengerti bahwa sekolah merupakan suatu institusi yang bersifat komplementer dan membantu orang tua dalam memperlancar tugas dan peranan orang tua terutama dalam menanamkan sikap dan perilaku seksual anak terhadap hakikat seksuaitas manusia. TERIMA KASIH