TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HUBUNGAN ANTARA PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI PERAH DENGAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (STUDI KASUS DI PONDOK RANGGON, JAKARTA TIMUR)

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

MATERI DAN METODE. Metode

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lokasi Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah Friesian Holstein (FH) merupakan salah satu jenis sapi perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda dengan ciri-ciri khas yaitu warna bulu

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

disusun oleh: Willyan Djaja

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipelihara dengan tujuan menghasilkan susu. Ciri-ciri sapi FH yang baik antara

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 4 Juli sampai dengan 21 Agustus 2016.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Sapi Perah Produksi Susu Sapi Perah

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

Keterangan: * = berbeda nyata (P<0,05)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) di Indonesia dapat dibagi menjadi dua periode yaitu periode pemerintahan

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

MATERI DAN METODE. Materi

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara perbaikan mutu genetik melalui seleksi terhadap sapi-sapi yang memiliki produksi tinggi. Penilaian terhadap seekor sapi perah pada dasarnya dilakukan dengan memperhatikan lima kriteria penting, yaitu : bangsa, asal usul ternak, kesehatan, penampilan fisik, dan catatan produksi, apabila catatan reproduksi dan asal usul ternak belum diketahui maka seleksi didasarkan penampilan fisik secara umum (Diggins et al., 1984). Sifat-sifat fisik secara eksterior pada bagian tertentu yang dimiliki sapi perah menentukan tipe perahnya. Tipe perah yang baik akan menjamin kapasitas produksi yang dihasilkan. Bentuk dan ukuran tubuh serta kondisi ambing perlu diperhatikan didalam seleksi sapi perah. Sapi perah produksi tinggi mempunyai kapasitas tubuh panjang dan dalam untuk mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang banyak sehingga menghasilkan susu yang tinggi (Diggins et al., 1984). Sapi Friesian Holstein (FH) Sapi perah FH berasal dari Belanda dengan ciri-ciri khas yaitu warna bulu hitam dengan bercak-bercak putih pada umumnya, namun juga ada yang berwarna coklat ataupun merah dengan bercak putih, bulu ujung ekor berwarna putih, bagian bawah dari kaki berwarna putih, dan tanduk pendek serta menjurus kedepan (Makin, 2011). Sapi FH adalah sapi perah yang produksi susunya paling tinggi dengan kadar lemak susu yang rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa sapi perah lainnya didaerah tropis maupun subtropis. Bobot badan ideal sapi FH betina dewasa adalah 682 kg dan jantan dewasa 1000 kg. Sapi FH dapat digunakan sebagai sapi pedaging karena pertumbuhan cepat, selain itu lemak daging anak sapi berwarna putih, sehingga baik untuk produksi daging anak sapi/veal (Sudono et al., 2003). Produktivitas Sapi Perah Kegiatan budidaya sapi perah ditujukan terutama untuk mencapai produksi susu dalam volume yang tinggi, sehingga prioritas perbaikan genetik dalam kegiatan seleksi sapi perah biasanya ditekankan pada produksi susu. Produksi susu sendiri 3

merupakan hasil resultan antara faktor genetik dengan lingkungan, selain karena perbedaan genetik, variasi produksi susu antara sapi betina dipengaruhi juga oleh kondisi lingkungan serta interaksi antara keduanya (Anggraeni, 2003). Pada umumnya produktivitas sapi FH di Indonesia adalah rendah, dimana produksi susu rata-rata 10 liter/ekor/hari atau kurang lebih 3.050 kg/laktasi. Produksi susu yang rendah ini disebabkan mutu ternak rendah ataupun makanan yang diberikan baik kualitas maupun kuantitasnya kurang baik (Sudono et al., 2003). Widjaja (1998) menambahkan bahwa produksi susu sapi perah paling tinggi lebih dari 16 liter/ekor/hari, tinggi 13-16 liter/ekor/hari, sedang 10-12,9 liter/ekor/hari, dan rendah kurang dari 10 liter/ekor/hari. Rataan puncak produksi susu untuk sapi dara 3,15-6,3 kg lebih tinggi dari rataan produksi susu harian. Pada laktasi kedua dan selanjutnya produksi susu dapat mencapai 6,75-13,5 lebih tinggi dari rataan produksi harian. Puncak produksi dapat dicapai antara 5-10 minggu setelah beranak, setelah puncak produksi tercapai umumnya terjadi penurunan rataan produksi susu dapat mencapai 10-15%. Pada akhir laktasi penurunan dapat terjadi sekitar 12-20%. Laju penurunan dapat ditekan dengan cara memberikan pakan dan pengelolaan yang baik (Despal et al., 2008). Kualitas Susu Susu segar adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan. Susu segar harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar aman dikonsumsi dan digunakan untuk proses pengolahan selanjutnya. Persyaratan tersebut ialah kadar berat jenis minimal 1,027, kadar lemak minimal 3,0%, Solid Non Fat (SNF) minimal 7,8%, kadar protein minimal 2,8% (Badan Standarisasi Nasional, 2011). Komposisi susu sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, untuk sapi FH kandungan persentase air, protein, lemak, laktosa, abu, dan BK masing-masing sebesar 88,01%; 3,15%; 3,45%; 4,65%; 0,68%; dan 11,57% (Sudono et al., 2003). Kandungan terbesar susu adalah air dan lemak. Lemak susu mengandung vitamin yang hanya larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E dan K (Hasim dan Martindah, 2012). Kadar lemak susu mulai menurun setelah satu sampai dua bulan masa laktasi. Masa laktasi dua sampai tiga bulan kadar lemak susu mulai konstan, 4

kemudian naik sedikit (Sudono et al., 2003). Kurva tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kurva Laktasi untuk Mengetahui Gambaran Produksi, Persentase lemak, dan Persentase Protein Susu. Sumber: Sudono et al. (2003). Susu mengandung berbagai macam tipe protein, yang dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kasein (80%) dan laktoglobulin (20%). Rasa manis susu karena adanya laktosa berkontribusi sekitar 40% kalori dari susu penuh (whole milk). Laktosa terdiri atas dua macam gula sederhana yaitu glukosa dan galaktosa. Secara alami laktosa hanya terdapat pada susu (Hasim dan Martindah, 2012). Bangsa sapi yang berbeda akan menghasilkan komposisi susu yang berbeda, misalnya sapi perah FH menghasilkan susu dengan kandungan lemak lebih rendah apabila dibandingkan sapi Jersey (Palladino et al., 2010). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi komposisi susu ialah keragaman akibat musim, hal ini terutama terjadi pada daerah beriklim subtropis dimana kandungan lemak akan menurun pada akhir musim semi dan akan meningkat menjelang musim dingin. Perbedaan tersebut biasanya dihubungkan dengan adanya perubahan pakan ternak dari biji-bijian pada musim dingin menjadi rumput-rumputan pada musim semi (Muchtadi, 2009). Faktor lainnya ialah umur sapi. Umur sapi berpengaruh kecil sekali terhadap komposisi susu. Selama jangka waktu 10 tahun, rata-rata kandungan lemak susu menurun sekitar 0,2%. Penyakit juga dapat mempengaruhi komposisi susu. Penyakit pada sapi dapat mengacaukan keseimbangan komponen-komponen di dalam susu, 5

hal tersebut menyebabkan terjadi kenaikan kadar lemak dan garam-garam mineral serta penurunan kadar laktosa (Muchtadi, 2009). Pakan berpengaruh terhadap komposisi susu. Kurangnya pemberian pakan akan mengurangi produksi susu. Keragaman cukup besar yang terjadi dalam kandungan protein dan karbohidrat dalam pakan tidak akan banyak mempengaruhi komposisi susu, akan tetapi pakan yang banyak mengandung lemak atau pakan tersebut secara sengaja dicampuri lemak atau minyak, pengaruhnya akan terlihat jelas kadar dan komposisi lemak susu. Komposisi susu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar, misalnya pemalsuan dengan cara menambahkan air atau bahan lain, kegiatan mikroba, kurangnya homogenisasi dalam pengambilan sampel, dan lain lain (Muchtadi, 2009). Pemberian Pakan Sapi Perah Peningkatan produksi susu dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan berproduksi susu dari sapi-sapi perah induk dengan cara perbaikan pakan dan tatalaksana. Kemampuan berproduksi susu sapi perah yang dipelihara para peternak masih memberi peluang untuk ditingkatkan terutama melalui perbaikan pakan. Penelitian yang telah dilakukan di daerah Pangalengan, Kertasari, dan Lembang menunjukkan bahwa suplementasi pakan konsentrat sebanyak 2 kg/ekor/hari berakibat terhadap peningkatan kemampuan berproduksi susu rata-rata harian masing-masing adalah 1,7 liter/ekor/hari; 2,42 liter/ekor/hari, dan 2,31 liter/ekor/hari (Siregar, 2000). Tujuan utama pemberian pakan pada sapi perah adalah menyediakan ransum yang ekonomis, tetapi dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, kebuntingan, dan produksi susu bagi induk, serta kebutuhan untuk pertumbuhan bagi ternak muda. Produksi optimal dapat tercapai dengan cara menyediakan cukup pakan, baik kualitas maupun kuantitasnya, serta terpenuhinya kecukupan gizi sesuai dengan kebutuhan ternak, tidak kekurangan maupun kelebihan (Santosa et al., 2009). Kebutuhan nutrien sapi laktasi ditunjukkan pada Tabel 1 dan 2. 6

Tabel 1. Kebutuhan Bahan Kering Sapi Laktasi Bobot Produksi Susu (Kg) Kebutuhan Hidup Pokok (Kg) Badan (Kg) 5 10 15 20 TDN PK 300 2,25 2,70 3,15 3,60 2,54 0,294 350 2,20 2,60 3,00 3,40 2,85 0,330 400 2,10 2,50 2,90 3,30 3,15 0,365 450 2,00 2,40 2,80 3,20 3,44 0,399 500 1,90 2,30 2,70 3,10 3,72 0,432 Sumber: Sutardi (1981). Tabel 2. Kebutuhan TDN dan PK Sapi Laktasi Kebutuhan Produksi (Kg 4% FCM) Produksi (Kg 4% FCM) 5 10 15 20 25 TDN 1,63 3,26 4,89 6,52 8,15 PK 0,435 0,870 1,30 1,74 2,18 Keterangan : 4% FCM = (0,4 x produksi)+(0,15 x % lemak x produksi). TDN = Total Digestible Nutrient PK = Protein Kasar Sumber : Sutardi (1981). Nutrien diperlukan untuk hidup pokok dan berbagai produksi. Faktor yang harus diperhatikan adalah jumlah pakan yang diberikan, semakin banyak jumlah pakan yang dikonsumsi setiap hari, akan memberikan kesempatan untuk menghasilkan produksi tinggi. Semakin tinggi bobot hidup sapi, maka kapasitas fisik lambung dan saluran pencernaan juga bertambah besar yang mengakibatkan konsumsi bahan kering juga semakin meningkat. Bobot hidup itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan nutrisi untuk hidup pokok, kebutuhan tersebut dipenuhi dari pemberian pakan (Parakkasi, 1995). Pemberian pakan pada sapi yang sedang berproduksi atau sedang laktasi harus memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi susu, jika jumlah dan mutu yang diberikan kurang, maka hasil produksi susu tidak akan maksimal. Pemberian konsentrat agar lebih praktis dianjurkan 50% dari produksi susu, sedangkan hijauan pemberiannya 10% dari bobot badan. Pemberian pakan hijauan yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan serat kasar sehingga pakan sulit dicerna, sebaliknya 7

kurangnya pemberian konsentrat akan menyebabkan kekurangan konsumsi protein yang dapat menurunkan kinerja reproduksi sapi induk (Sudono et al., 2003). Hijauan Pada umumnya pakan hijauan atau pakan berserat yang diberikan pada sapi perah terdiri dari tiga kategori, yaitu : 1) rumput introduksi berkualitas menengah; 2) rumput lapangan berkualitas rendah sampai menengah, yang diambil dari pinggiran jalan dan lahan-lahan; dan 3) hasil ikutan pertanian yang berkualitas rendah (Santosa et al., 2009). Bargo et al. (2003) menambahkan bahwa hijauan kaya akan serat. Serat yang tinggi dalam pakan sapi akan meningkatkan persentase lemak lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian konsentrat. Semakin tinggi kandungan serat kasar didalam suatu bahan pakan atau ransum maka kecernaannya semakin menurun sehingga efisiensi penggunaan ransum akan ditentukan oleh kandungan zat makanan, terutama kandungan serat kasar yang terdapat didalamnya (Dhalika et al., 2003). Kandungan nutrisi rumput alam lahan darat (campuran) ialah BK 24,4%; abu 14,5%; PK 8,2%; LK 1,4%; SK 31,7%; BETN 44,2%; TDN 56,2%; Ca 0,36%; dan P 0,23% (Sutardi,1981). Konsentrat Komersial Konsentrat merupakan pakan tambahan utama pada sapi perah. Kualitas bahan pakan konsentrat lebih baik dibandingkan dengan bahan pakan hijauan, namun kualitasnya sangat variatif tergantung pada jenis bahan baku, musim, dan tempat asal sumber konsentrat tersebut. Konsentrat harus memenuhi standar baku, untuk sapi perah laktasi diperlukan kandungan air maksimal 14%, TDN minimal 70%, protein minimal 16%, lemak maksimal 7%, abu maksimal 10%, Ca 0,8-1%, dan P 0,6-0,8%. Kualitas konsentrat sangat tinggi yaitu lebih dari 75% TDN dengan kandungan protein lebih dari 16%, sebaliknya kualitas rendah dengan kandungan TDN kurang dari 55% dan kandungan protein kurang dari 13% (Santosa et al., 2009). Pemberian konsentrat sebanyak 4 kg/ekor/hari dengan kandungan 60% dan 75% TDN menunjukkan bahwa sapi yang mengkonsumsi pakan berkualitas lebih baik akan menerima 2,7 kg TDN, dan yang mengkonsumsi bahan berkualitas rendah akan menerima 2,2 kg TDN. Perbedaan tersebut akan menghasilkan perbedaan dalam produksi susu sekitar satu liter (Santosa et al., 2009). Perimbangan yang 8

mengarah kepada persentase konsentrat yang lebih besar akan berakibat tercapainya produksi susu yang tinggi, namun kadar lemaknya akan menurun. Kandungan zat-zat makanan dalam konsentrat lebih tinggi dibandingkan hijauan, oleh karena itu pemberian konsentrat yang lebih tinggi pada pakan sapi perah laktasi akan menghasilkan kemampuan berproduksi susu yang lebih tinggi (Siregar, 2000). Ampas Tahu Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan pasta dari bubur kedelai yang diperas untuk diambil sarinya pada proses pembuatan tahu. Ampas tahu yang dihasilkan bervariasi tergantung dari proses pembuatannya. Ampas tahu pada pembuatan tahu menggunakan prinsip ekstraksi protein kedelai yang dikumpulkan dan terbentuknya padatan protein (Herlambang, 2002). Duljaman (1989) menyatakan ampas tahu mempunyai palatabilitas yang tinggi. Pemberian ampas tahu segar dalam ransum sapi perah dapat meningkatkan konsumsi pakan, namun ampas tahu mengandung protein yang sulit didegradasi dalam rumen. Ampas tahu telah mengalami koagulasi dan denaturasi akibat pemanasan pada proses pembuatan tahu, sehingga protein ampas tahu sulit diubah menjadi ammonia. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan mikroba rumen menjadi lebih pesat. Kandungan nutrisi ampas tahu basah ialah BK 14,6%; abu 5,1%; PK 30,3%; LK 9,9%; SK 22,2%; BETN 32,5%; TDN 77,9% (Sutardi, 1981). 9