BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Kecamatan ini terletak disebelah timur dari kota Limboto yang merupakan ibu kota Kabupaten Gorontalo. Kecamatan Telaga memiliki 9 desa yaitu : 1. Desa Bulila 2. Desa Mongolato 3. Desa Luhu 4. Desa Hulawa 5. Desa Pilohayanga 6. Dulamayo Selatan 7. Dulamayo Barat 8. Pilohayanga Barat 9. Dulohupa Kecamatan Telaga sebagian besar merupakan daerah daratan. Jika dilihat dari luas wilayahnya, maka desa yang memiliki luas terbesar adalah Dulamayo Selatan, sedangkan desa terkecil adalah Desa Bulila. Dengan ibu kota Kecamatan terletak di Luhu. Memiliki 31 dusun. Jumlah penduduk 20,996 jiwa, penduduk laki-laki 10.421 jiwa sedangkan perempuan 10.575 jiwa. Kepadatan penduduk 259 jiwa per km 2. Desa yang padat penduduknya adalah desa Luhu yaitu 3.930
jiwa er km 2 sedangkan desa yang terendah adalah desa Dulamayo Selatan yaitu 29 jiwa per km 2. Letak geografis Kecamatan Telaga yakni 0 0 34 40 lintang selatan, 123 0 2 40 bujur timur. Dengan batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Telaga Biru b. Sebelah timur berbatasan dengan kota Utara c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tilango d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga Biru 4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan, jumlah depot air minum di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yang di observasi sebanyak 8 depot, sedangkan untuk responden dalam hal ini adalah petugas atau karyawan depot yang diwawancarai langsung sebanyak 8 responden. Pengumpulan data tersebut di lihat dari hygiene sanitasi dari depot tersebut serta pengambilan sampel air minum depot yang akan di uji di laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. Berikut hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan berbagai variable : 4.2.1 Observasi Sanitasi DAMIU 1. Berdasarkan distribusi fasilitas depot Dari hasil observasi yang dilakukan untuk fasilitas sanitasi depot air minum isi ulang (DAMIU) yang ada di Kecamatan Telaga masih sangat kurang diperhatikan dalam hal penyediaannya, dimana dari 8 depot belum ada yang
memenuhi 5 kategori penilaian hygiene senitasi yang sesuai dengan persyaratan menurut Departemen Kesehatan 2006. Distribusi fasilitas sanitasi DAMIU yang ada di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo pada Tahun 2012, adalah sebagai berikut Tabel 4.1 Distribusi Fasilitas Sanitasi DAMIU Dikecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun 2012 No Sumber : Data Primer 2012 Data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa 8 depot air minum yang ada di Kecamatan Telaga yang memiliki tempat cuci tangan yaitu 0, tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun yang menyediakan juga 0, dan untuk penyediaan kain lap yang bersih hanya terdapat di 4 depot (50%), tetapi di setiap depot memiliki saluran limbah sebagai pembuangan air yaitu 8 depot (100%), dan penyediaan 1 unit dispenser dan air minum sebagai contoh pengunjung 0. Fasilitas sanitasi Kategori memiliki Jumlah Ya % tidak % n % 1 Ada tempat cuci tangan (wastafel) 0 0 8 100 8 100 2 Tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun 0 0 8 100 8 100 3 Menyediakan kain lap yang bersih 4 50 4 50 8 100 4 Ada saluran limbah 8 100 0 0 8 100 5 Menyediakan 1 unit dispenser dan air minum sebagai contoh pengunjung 0 0 8 100 8 100
2. Berdasarkan distribusi sarana pengolahan Data yang didapat dari hasil observasi menunjukkan bahwa dalam sarana pengolahan air minum yang ada di Kecamatan Telaga semuanya telah memiliki dan memenuhi syarat termasuk peralatan sterilisasi (ozonisasi dan ultra violet). Distribusi sarana pengolahan air minum yang ada di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo pada Tahun 2012, adalah sebagai berikut No Sumber : Data Primer 2012 Tabel 4.2 Distribusi Sarana Pengolahan Air Minum Dikecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Sarana pengolahan air minum Tahun 2012 Kategori memenuhi syarat Jumlah ya % Tidak % n % 1 Ada kran pengisian air baku 8 100 0 0 8 100 2 Ada pipa pengisian air baku 8 100 0 0 8 100 3 Tempat tandon air baku 8 100 0 0 8 100 4 Punya pompa penghisap atau penyedot 8 100 0 0 8 100 5 Filter dan mikro filter 8 100 0 0 8 100 6 Kran pengisian air minum curah 8 100 0 0 8 100 7 Kran pencucian botol 8 100 0 0 8 100 8 Tangki pembawa air 1 12,5 7 87,5 8 100 9 Kran penghubung (hose) 8 100 0 0 8 100 10 Peralatan sterilisasi 8 100 0 0 8 100 Data pada tabel 4.2 yaitu sarana pengolahan air minum dengan kategori memiliki kran pengisian air baku 8 (100%), memiliki pipa pengisian air baku 8 (100%), tempat tendon air baku 8 (100%), memiliki pompa penghisap dan
pengyedot 8 (100%), memiliki filter dan mikro filter 8 (100%), kran pengisian air minum curah 8 (100%), kran pencucian botol 8 (100%), tangki pembawa air 1 (12.5%), kran penghubung 8 (100%), dan memiliki peralatan sterilisasi 8 (100%). 4.2.2 Observasi kualitas air minum DAMIU Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo pada tahun 2011 Jumlah depot yang ada di Kecamatan Telaga berjumlah 7 depot. Namun berdasarkan observasi yang dilakukan di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo telah memiliki 8 depot karena 1 depot tersebut merupakan depot yang baru memeulai beroperasi. Pada tahun 2011 menurut hasil uji laboratorium Dinas Kesehatan menunjukkan salah satu depot yang ada di Kecamatan Telaga tidak memenuhi syarat dan adapun hasil pemeriksaan laboratorium air minum tahun 2012 dari depot air minum isi ulang yang ada di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Hasil Penelitian Kualitas Air Minum DAMIU Terhadap Parameter Bakteriologi (E.colli) Di Kecamatan Telaga NO Kabupaten Gorontalo NAMA DEPOT Tahun 2012 HASIL E.colli KRITERIA 1 Depot 1 0 MS 2 Depot 2 0 MS 3 Depot 3 0 MS 4 Depot 4 0 MS 5 Depot 5 0 MS 6 Depot 6 0 MS 7 Depot 7 0 MS 8 Depot 8 0 MS Sumber : Data Primer 2012
Data pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua depot yaitu 8 depot yang ada di Kecamatan Telaga telah memenuhi syarat pada parameter bakteriologi. 4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil uraian dan keterangan yang berkaitan dengan beberapa komponen yang menjadi objek penelitian sebagaimana yang diuraikan dalam tabel diatas maka dapat di uraikan sebagai berikut : 1. Fasilitas Sanitasi Data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa 8 depot air minum yang ada di Kecamatan Telaga yang memiliki tempat cuci tangan yaitu 0, tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun yang menyediakan juga 0, dan untuk penyediaan kain lap yang bersih hanya terdapat di 4 depot (50%), tetapi di setiap depot memiliki saluran limbah sebagai pembuangan air yaitu 8 depot (100%), dan penyediaan 1 unit dispenser dan air minum sebagai contoh pengunjung 0. Hygiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan faktor faktor air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Untuk itu membutuhkan fasilitas sanitasi untuk mewujudkan hygiene sanitasi. Depot sedikitnya harus menyediakan sedikitnya fasilitas sanitasi adalah ; tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran limbah, menyediakan satu unit dispenser dan air minum contoh pengunjung. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dian Anggraini Taib (2012) tentang Aspek Kualitas Air Dan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) Di Kecamtan Kota Utara Kota Gorontalo Tahun 2012 dengan melihat
hasil yang diperoleh prosentasi rata-rata dibawah 50% yaitu 35,5%. Dan untuk penelitian ini hasil yang diperoleh prosentasi rata-rata dibawah 50% yaitu 30%. Menurut asumsi penelitian bahwa fasilitas sanitasi di Kecamatan Telaga belum diperhatikan di lihat dari penilaian fasilitas sanitasi seperti tidak memiliki tempat cuci tangan karena menurut responden selaku petugas depot beranggapan bahwa mereka sudah memiliki tempat pencucian gallon dan bisa mencuci tangan di tempat tersebut sehingga untuk memiliki tempat cuci tangan (wastafel) tidak perlu lagi. Hal ini tentu tidak sesuai dengan persyaratan hygiene sanitasi DAMIU menurut Departemen Kesehatan 2006. Tidak menyediakan tempat cuci tangan yang dilengkapi sabun sama seperti penyediaan tempat cuci tangan karena petugas depot beranggapan sabun yang di gunakan dalam pencucian gallon dapat sekalian di pakai untuk mencuci tangan. Dalam penyediaan kain lap yang bersih baelum diperhatikan hal ini di karenakan petugas depot kurang menggunakan kain lap tersebut karena setelah mencuci tangan mereka langsung mencuci gallon dan melakukan pengisian air minum. Penyediaan 1 unit dispenser juga belum diperhatikan ini di sebabkan karena petugas depot beranggapan bahwa dalam penyediaan 1 unit dispenser tidak terlalu penting karena menurut mereka hanya sebagai contoh air minum namun tidak berpengaruh pada kesehatan karena yang terpenting adalah pada proses pengolahannya. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan persyaratan hygiene sanitasi menurut Departemen Kesehatan 2006. 2. Sarana Pengolahan Air Minum Untuk mendapatkan hasil air minum dan untuk mencegah jangan sampai terjadi pencemaran dalam proses pengolahan air minum maka peralatan dan
perangkat system yang ada haruslah dibersihkan dan dikontrol agar dapat berfungsi sesuai peruntukkannya. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hartini Sulistyandari (2009) tentang Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kontaminasi Deterjen Pada Air Minum Isi Ulang Di Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) Di Kabupaten Kendal Tahun 2009 dengan melihat hasil yang diperoleh prosentasi rata-rata dibawah 50% yaitu 42%. Dan untuk penelitian ini hasil yang diperoleh prosentasi rata-rata diatas 50% yaitu 90%. Menurut asumsi penelitian bahwa untuk sarana pengolahan air minum di Kecamatan Telaga sudah cukup baik hal ini dilihat dari hasil observasi yang di dapat dimana dari 10 kategori penilaian terhadap sarana pengolahan air minum yang ada di depot semuanya telah memiliki dan memenuhi syarat karena merupakan kebutuhan utama dan terpenting dalam proses pengolahan air baku menjadi air minum yang siap dikonsumsi oleh konsumen. Sedangkan untuk tangki pembawa air 7 depot tidak memiliki karena depot-depot tersebut menggunakan air baku yang langsung di alirkan dari air PAM. 3. Kualitas air minum DAMIU Data pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua depot yaitu 8 depot yang ada di Kecamatan Telaga telah memenuhi syarat pada parameter bakteriologi Sumber bahan baku air minum yang di olah menjadi menjadi air minum yang bersih dan steril secara umum harus memenuhi standar kesehatan yaitu standar kualitas air minum menurut kesehatan Permenkes RI nomor 492 tahun
2010. Air minum yang layak untuk di konsumsi adalah air minum yang tidak mengandung bakteri dan zat-zat kimia yang berbahaya. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian oleh Djou (2011) yang berjudul Studi Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Wilayah Kecamatan Bone Bolango dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh adalah pada keempat depot yang diteliti tiga depot di antaranya (depot 1,2, dan 4) menunjukan negative Coliform dan E. Coli dikarenakan ketiga depot tersebut menggunakan ultraviolet (UV) dan ozon untuk proses sterilisasi pengolahan air minum, namun pada salah satu depot (depot 3) menunjukan positif Coliform dan E. coli. Sedangkan untuk penelitian saya hasil yang diperoleh untuk kualitas air minum semuanya (8 depot) telah memenuhi syarat. Hasil penelitian bahwa untuk kualitas air minum pada depot air minum isi ulang yang ada di Kecamatan Telaga sudah memenuhi syarat sesuai standar Permenkes 492 Tahun 2010. Hal ini terlihat dari tidak adanya bakteri E.colli yang terkandung dalam sampel air tersebut. Berdasar observasi dan wawancara kepada petugas DAMIU dan kepala laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo bahwa tahun 2011 terdapat depot yang air olahannya tidak memenuhi syarat ini di karenakan sumber air baku yang digunakan pada depot tersebut berasal dari sumur suntik dekat septic tank namun petugas dari Dinas sudah mengambil langkah dengan memberikan peringatan kepada pemilik depot, pemilik depot langsung menggantikan sumber air baku dengan air PDAM. Setelah di periksa air hasil olahannya ternyata air
depot tersebut sudah memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI nomor 492 tahun 2010