BAB I PENDAHULUAN. dipersidangan, dan hakim sebagai aparatur penegak hukum hanya akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

Presiden, DPR, dan BPK.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemeriksaan keterangan saksi sekurang-kurangnya disamping. pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi.

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB I PENDAHULUAN. sehubungan dengan istilah pencucian uang. Dewasa ini istilah money

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

I. PENDAHULUAN. sebutan Hindia Belanda (Tri Andrisman, 2009: 18). Sejarah masa lalu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABUTANKETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAAN (BAP) DAN TERDAKWA

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB I PENDAHULUAN. negara harus berlandaskan hukum. Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan pemeriksaan investigatif oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik bidang hukum, sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dari

BAB I PENDAHULUAN. melindungi individu terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dan

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma pergaulan. tingkat kejahatan atau tindak pidana pembunuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Hukum materiil seperti yang terjelma dalam undang undang atau yang

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Periode Sebelum dan Sesudah Berlaku Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, (Tesis Fakultas Hukum Indonesia:1999) hal.3.

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara

LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum memiliki

PENDAHULUAN ABSTRAK. Pengadilan Negeri Gorontalo. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terhadap penerapan Pasal 56 KUHAP tentang

1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

SUATU TINJAUAN TERHADAP PEMBUKTIAN DALAM UNDANG UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DR. WEMPIE JH. KUMENDONG, SH, MH NIP. :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari sebuah kebudayaan yang didasarkan pada pikiran, akal

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

I. PENDAHULUAN. kali di dalam peraturan penguasa militer nomor Prt/PM-06/1957, sehingga korupsi

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya maka penulis. menyimpulkan bahwa :

Fungsi Pra Penuntutan Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Penuntutan Perkara Pidana Oleh Penuntut Umum. Cakra Nur Budi Hartanto *

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui proses pemeriksaan dan pemutusan perkaranya, akan merasa

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

I. PENDAHULUAN. disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

I. PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Kemandirian dan kemerdekaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

PERANAN SAKSI YANG MENGUNTUNGKAN TERDAKWA DALAM PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA (STUDI PN PALU NOMOR 10/PID.SUS-TIPIKOR/2013/PN.

BAB I PENDAHULUAN. adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat). yaitu Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat dakwaan merupakan dasar pemeriksaan suatu perkara pidana dipersidangan, dan hakim sebagai aparatur penegak hukum hanya akan mempertimbangkan dan menilai apa yang tertera dalam surat dakwaan tersebut mengenai benar atau tidaknya terdakwa melakukan suatu tindak pidana yang didakwakan kepadanya, didalam hal dalam menjatuhkan keputusannya. Surat dakwan dalam tuntutan perdata disebut surat gugatan, maka dalam perkara pidana disebut surat dakwaan dan kedua keduanya mempunyai persamaan, karena hakim melakukan pemeriksaan hanya dalam batas batas surat gugatan atau dakwaan itulah hakim akan memutuskan. Perbedaan adalah dalam surat gugatan disusun oleh pihak yang dirugikan namun dalam pembuatan surat dakwaan penuntut umum (jaksa) tidak tergantung pada kemauan korban (kecuali dalam delik aduan). 1 Tanggal 31 Desember 1981 telah di Undang Undangkan dalam ketentuan Undang Undang No.08 Tahun 1981 yaitu tentang Hukum Acara Pidana yang sifatnya sudah dilakukan suatu unifikasi, maka secara resmi Undang-Undang 1 Nugraha Abdul K, Modul Kuliah Hukum Acara Pidana, (Jakarta : Universitas Esa Unggul, 2010), hlm26.

2 Hukum Acara Pidana yang berlaku sebelumnya telah dicabut, yaitu misalnya HIR (Het Herzeine Inlandsch Reglement) tidak berlaku lagi sebab tidak sesuai lagi dengan cita cita hukum nasional. Hukum Acara Pidana yang baru ini telah ada, akan tetapi dalam beberapa pasal dalam materinya tidak jauh atau tidak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan Hukum Acara Pidana yang lama. Didalam penuntutan terdapat surat dakwaan yang merupakan mahkota persidangan yang harus dijaga dan dipertahankan secara mantap oleh penuntut umum. Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat perumusan dan tindak pidana yang didakwakan surat dakwaan merupakan dasar dari pemeriksaan perkara selanjutnya. Kalau yang disebutkan dalam surat dakwaan dan atau tidak merupakan suatu kejahatan atau pelanggaran, maka terdakwa harus dibebaskan dari dakwaaan. Walaupun demikian, pentingnya kedudukan dari suatu surat dakwaan tidaklah dapat disangkalkan penyusunannya, sehingga akan dapat menyebabkan lepasnya si terdakwa dari segala tuduhan ataupun berakibat pembatalan dari surat dakwaan itu sendiri. Sementara dapat disimpulkan dari hasil penyidik yang merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan di sidang pengadilan. Dari rumusan tersebut dapat dilihat bahwa surat dakwaan yang dibuat oleh Penuntut Umum berdasarkan berita acara pemeriksaan pendahuluan. Pemeriksaan pendahuluan adalah proses pemeriksaan perkara pada tahap penyidikan. Dari berita acara pemeriksaan ini dibuat rumusan tindak pidana yang didakwakan.

3 Dengan rumusan dimaksud, dapat diketahui ruang lingkup surat dakwaan, sejauh apa saja yang didakwakan. Hakim pada prinsipnya tidak dapat memeriksa dan mengadili. Di luar lingkup yang didakwakan. Apa yang terjadi di persidangan sangat menentukan, apabila kesalahan terdakwa dapat dibuktikan sebagaimana rumusan surat dakwaan, maka pengadilan akan menghukumnya. Sebaliknya, apabila kesalahan terdakwa dapat dibuktikan, tetapi tidak didakwakan, pengadilan akan membebaskan terdakwa. Mengingat bahwa peranan surat dakwaan menempati posisi sentral dalam pemeriksaan perkara pidana di Pengadilan dan surat dakwaan merupakan dasar sekaligus membatasi ruang lingkup pemeriksaan, maka dituntut adanya kemampuan atau kemahiran Penuntut Umum dalam penyusunan surat dakwaan. Dalam KUHAP telah diatur isi surat dakwaan yang juga merupakan syarat surat dakwaan, hal mana dapat dijumpai pada ketentuan Pasal 143 ayat (2). Pasal yang dimaksud menyebutkan, Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi : 2 1. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka; 2. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan. Penuntut Umumlah yang berkewajiban membuktikan dakwaannya, dan oleh karena itu ia terikat pada uraian fakta yang didakwakan dalam surat dakwaan. 2 Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana No.8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, LN No.76 Tahun 1981, TLN No. 3209, Pasal 143 ayat (2).

4 Penulis berpendapat bahwa surat dakwaan adalah sangat penting artinya, fungsi dan peranannya dalam proses peradilan pidana, karena ia ikut menunjang usaha untuk mencapai keadilan dipandang dari sudut hukum. Selain itu, dalam fungsinya sebagai yang tersebut diatas, surat dakwaan menunjang pula usaha-usaha menegakkan Rule of Law atau negara hukum yang mempunyai sendi sendi yang bersifat universal, seperti pengakuan dan perlindungan terhadap hak hak asasi manusia, legalitas dari tindakan negara atau pemerintah dalam arti tindakan aparatur negara yang dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan terjaminnya peradilan yang bebas. Konsepsi negara hukum atau Rule of Law beserta sendi-sendinya sebagaimana tersebut diatas, membawa konsekuensi adanya keharusan untuk mencerminkan sendi sendi tersebut dalam berbagai bidang hukum, khususnya hukum pidana dan hukum acara pidana. Mengenai usaha untuk menegakan Rule of Law atau negara hukum dalam hubungannya secara pidana, kita mengenal suatu prinsip yang penting, yakni yang disebut prinsip praduga tak bersalah. Mengenai prinsip ini Prof. Oemar Seno Aji,SH mengemukakan 3 : Adalah suatu prinsip yang penting dalam hukum acara pidana yaitu prinsip presumption of innocence, yang umumnya menampakan diri pada masalah burden of proof, beban pembuktian. Menjadi kewajiban Penuntut Umum untuk membuktikan kesalahan terdakwa, kecuali pembuktian insanity yang dibebankan kepada terdakwa ataupun undang-undang memberikan ketentuan yang 3 Henry Tahir, Proses Hukum Yang Adil Dalam Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia, (Yogyakarta : LaksBang Pressindo, 2010), hlm87.

5 tegas pembuktian terbalik. Undang-undang anti korupsi di Inggris pada tahun 1916 dan Malaysia pada tahun 1961 mengandung asas pembuktian terbalik. Untuk itu penulis telah memilih hal yang akan dibahas di dalam skripsi ini, yang oleh penulis diberi judul Konsistensi Jaksa Penuntut Umum Dalam Penyusunan Surat Dakwaan. Dipilihnya Judul skripsi tersebut di atas ialah karena setelah mempelajari teori Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana di Fakultas Hukum Esa Unggul dan setelah mengamati serta meneliti penerapan hukum pidana dan hukum acara pidana di tingkat Pengadilan Negeri, maka penulis melihat dan merasakan betapa pentingnya penyusunan surat dakwaan di dalam proses peradilan pidana. B. Pokok Permasalahan Dari hal tersebut diatas, dirasakan betapa pentingnya surat dakwaan dalam proses pidana yang di uraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang perlu dilakukan pembahasan yaitu : 1. Apakah surat dakwaan sudah konsisten dilakukan oleh Penuntut Umum? 2. Analisis yuridis terhadap surat dakwaan No. Reg. Perk PDM- 323/JKTBR/2/2005?

6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Di dalam menyusun skripsi ini penulis bertujuan untuk membahas, menganalisis, dan menjelaskan penyusunan surat dakwaan di dalam proses peradilan. 2. Manfaat Penelitian Suatu penelitian akan mempunyai nilai apabila penelitian tersebut memberikan manfaat bagi para pihak, adapun manfaat yang di harapkan dengan adanya penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat digunakan sebagai menambah pengetahuan bagi penulis tentang arti fungsi, peranan surat dakwaan dalam proses pemeriksaan pengadilan serta dapat memberi masukan dan manfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang hukum, khususnya hukum pidana. b. Manfaat Praktis Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau sumber rujukan bagi mahasiswa, serta bagi pihak yang berkepentingan terhadap tema atau judul skripsi ini, maupun masyarakat awam yang tertarik dengan kasus ini.

7 D. Metode Penelitian Guna mendapatkan atau memperoleh data dan fakta yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diselesaikan, penulis melakukan penelitian dengan metode-metode tertentu sesuai dengan kebutuhan sebagai upaya untuk memperoleh gambaran yang utuh dalam penulisan ini, yaitu : 1. Tipe Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi, penulis menggunakan Penelitian Hukum Normatif (Legal Research) adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menelusuri atau menelah dan menganalisis bahan pustaka atau bahan dokumen siap pakai, seperti undang undang dan buku buku yang berkaitan dengan permasalahannya. Dalam penulisan hukum normatif yang diteliti yaitu bahan pustaka atau data sekunder yang mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan tertier. 4 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan oleh penulis adalah Deskriptif Analitis yaitu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data seteliti mungkin tentang suatu gejala tertentu. Disamping itu, penulisan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara fakta-fakta atau suatu kasus dengan data yang diperoleh. Sehingga penulis dalam penelitian ini akan mengambarkan serta menguraikan semua data yang diperoleh dari hasil studi pustakaan yang berkaitan 4 Henry Arianto, Modul Kuliah Metode Penulisan Hukum, (Jakarta: Universitas Esa Unggul, 2007), hlm.7.

8 dengan judul Penulisan Hukum yang secara jelas dan rinci kemudian di analisis guna menjawab permasalahan yang diteliti. 3. Pendekatan Penelitian Pendekatan Penelitian dalam penulisan hukum ini adalah pendekatan normatif dengan menggunakan pendekatan undang-undang, pendekatan konsep dan pendekatan analitis. Pendekatan ini merupakan metode pendekatan yang mengkonsepsikan hukum sebagai norma, kaidah, asas, atau dogma-dogma (yang seharusnya) di analisa. 4. Jenis Data a. Sumber Data Dalam penelitian skripsi ini sumber data tersebut yang diperoleh meliputi: - Bahan hukum primer (primer source) yaitu peraturan perundangundangan diantaranya Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981), Undang-Undang No.9 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan. - Bahan hukum sekunder (secondary sources) yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer diantaranya penjelasan undang undang (legal dokumen), buku, makalah dan skripsi (nonlegal dokumen).

9 - Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer dan skunder, diantaranya kamus Bahasa Indonesia, majalah, Koran dan Ensiklopedia. b. Cara dan Alat pengumpulan data Dalam penelitian skripsi ini cara dan alat pengumpulan data mempergunakan studi dokumen (bahan pustaka). Pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis. 5. Analisis Data Dalam penelitian skripsi ini data yang diperoleh oleh penulis dianalisis secara kualitatif. Pengertian dari analisis kualitatif dilakukan pada data yang tidak dapat dihitung, bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus. 5 E. Definisi Operasional Dalam hal ini penulis akan memberikan definisi yang berkaitan dengan judul skripsi yang di gunakan diantaranya sebagai berikut : 1. Konsistensi, adalah ketetapan dan kemantapan dalam bertindak. 6 dimaksud oleh penulis untuk menjelaskan tentang ketetapan yang diuraikan dalam KUHAP tentang syarat surat dakwaan yang dibuat oleh penuntut umum. 5 Ibid, hlm.2. 6 Ahmad A K Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta : Reality Publisher 2006), hlm 289.

10 2. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini berindak untuk sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 7 3. Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. 8 4. Surat Dakwaan, yang dimaksud adalah suatu surat yang diberi tanggal dan ditanda tangani oleh Penuntut Umum, yang memuat uraian tentang identitas lengkap terdakwa, perumusan tindak pidana yang didakwakan yang dipadukan dengan unsur-unsur tindak pidana yang bersangkutan, disertai uraian tentang waktu dan tempat tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa, surat yang mana menjadi dasar dan batas ruang lingkup pemeriksaan di sidang pengadilan. 9 Jadi, skripsi yang berjudul Konsistensi Jaksa Penuntut Umum Dalam Surat Dakwan mengandung arti undang-udang memberikan wewenang kepada penuntut umum untuk melakukan penuntutan dengan cara menyusun surat yang berisi rumusan tindak pidana yang didakwakan terhadap terdakwa berdasarkan kesimpulan yang ditarik dari hasil penyidikan dan merupakan dasar pemeriksaan di depan sidang pengadilan (surat dakwaan). 7 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm.75. 8 Ibid 9 Harun M Husein, Surat Dakwaan Teknik, Fungsi dan Permasalahannya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm 43.

11 F. Sistematika Penulisan Penelitian dan skripsi ini ditulis dalam satu kesatuan yang dimulai dari Bab I hingga Bab IV serta ditutup Bab V yang merupakan kesimpulan dan saran. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Di dalam bab ini, di uraikan tentang latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan pemanfaatan penulisan, metode penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori Tinjauan umum tentang surat dakwaan dalam BAB II ini akan diuraikan mengenai : pengertian penuntut umum, prapenuntutan, penuntutan, surat dakwaan. BAB III Proses Penyusunan Surat Dakwaan Dalam bab ini penulis akan menguraikan dasar pembuatan surat dakwaan, prinsip surat dakwaan, syarat-syarat surat dakwaan, surat dakwaan yang tidak memenuhi syarat, bentuk-bentuk surat dakwaan, perubahan surat dakwaan dan teknik penyusunan surat dakwaan. BAB IV Analisis Yuridis Terhadap Surat Dakwaan, NO.REG.PERK PDM - 323/JKTBR/2/2005 Dalam bab ini penulis menjelaskan beberapa hal antara lain: posisi kasus dan fakta hukum, serta menganalisis bahwa dalam subtansi surat dakwaan NO.REG.PERK.PDM-323/JKTBR/2/2005 ternyata tidak

12 memenuhi persyaratan penyusunan surat dakwaan dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP. BAB V Penutup Dalam bab ini akan memuat kesimpulan dari apa yang telah penulis uraikan dan bahasan dalam bab bab sebelumnya. Juga penulis mencoba memberikan saran-saran yang mungkin bermanfaat terhadap permasalahan yang menjadi objek penulisan ini. Bagian akhir skripsi berisi tentang daftar pustaka dan lampiran.