BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SMA Al-Islam 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah menengah

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefiniskan bahwa mahasiswa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN SOMATISASI. Skripsi

PERSAMAAN PERSEPSI TUTORIAL SISTEM UROGENITALIA 13 APRIL Program Studi Pendidikan Dokter FKK UMJ

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

LEMBAR PENGANTAR RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

******* Dedicated for God,pap,mum,brother and sister..

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang tinggal di Indonesia seperti tuntutan sekolah yang bertambah tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin modern seperti ini di dunia pendidikan setiap

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. remaja adalah anak

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010).

Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi

BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASN. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan diperoleh gambaran kecemasan

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER PENELITIAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Latar Belakang Gangguan somatoform merupakan gangguan yang tidak sepenuhnya dijelaskan oleh kondisi medis umum atau gangguan mental lain dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN SINDROM PRA MENSTRUASI PADA SISWI SMA NEGERI 1 PADANG PANJANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenorea merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

Struktur Kurikulum 2013 MI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

LAMPIRAN II. Kuisioner Prevalensi Low Back Pain

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu tuntutan mutlak yang harus dijalani. Mahasiswa pada dasarnya akan

BAB I PENDAHULUAN. pada siswanya. Kerapkali guru tidak menyadari bahwa jebakan rutinitas seperti duduk, diam,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun, dan

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia

BAB I PENDAHULUAN. menstruasi atau disebut juga dengan PMS (premenstrual syndrome).

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu

BAB I PENDAHULUAN I-1

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMA Al-Islam 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah menengah swasta yang ada di kota Surakarta, dengan berbasis keislaman. SMA Al-Islam 1 Surakarta melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan sistem paket, yang berarti bahwa semua peserta didik wajib mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku di SMA Al-Islam 1 Surakarta. Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Kegiatan tatap muka merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, dan tugas terstruktur meliputi kegiatan pendalaman materi pembelajaran yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi dan waktu penyelesaian tugasnya ditentukan oleh pendidik, sedangkan kegiatan mandiri tidak terstruktur meliputi pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi dan waktu penyelesaian diatur sendiri oleh peserta didik (Buku Pedoman SMA Al-Islam 1 Surakarta 2011). Beban belajar tatap muka setiap jam pembelajaran adalah 45 menit. Waktu untuk tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur maksimum 60% dari 1

2 jumlah kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan. Beban belajar di kelas X 50 jam pembelajaran perminggu, kelas XI 50 jam pembelajaran perminggu dan kelas XII 50 jam pembelajaran perminggu. Penambahan 5 jam pelajaran per minggu di standar isi dan 10 jam di ciri khusus. Penambahan jam pembelajaran tersebut diberikan untuk mata pelajaran pendidikan dasar agama sebagai muatan lokal dan menjadi ciri khusus SMA Al-Islam 1 Surakarta, sehingga mata pelajaran yang diberikanpun lebih banyak. SMA Al-Islam 1 membedakan kelas menjadi 2 bagian yaitu kelas aliyah dan kelas negeri, kelas aliyah terdiri dari X1-X4, IPS1-IPS2, dan IPA1-IPA2 sedangkan kelas negeri terdiri dari X5-X9, IPS3-IPS5, dan IPA3. Akan tetapi pada tahun ajaran 2013/2014 sedikit ada perbedaan karena untuk kelas X sudah mulai di juruskan menjadi kelas IPA dan kelas IPS. Untuk kelas aliyah IPA1, IPS1 dan IPS2, sedangkan untuk kelas negeri IPA2, IPS3, IPS4 dan IPS5. Perbedaan antara negeri dan aliyah tersebut terletak pada asal sekolahnya dan pendalaman ilmu agamanya, untuk kelas aliyah berasal dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang akan diberi materi mengenai pendidikan agama islam secara lebih mendalam dan tuntutan dalam menghafal Al-Qur an dan Al-Hadits lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas negeri karena kelas negeri berasal dari Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kelas aliyah dituntut untuk mempelajari dan mendalami pendidikan agama secara lebih mendalam karena siswa-siswi di kelas aliyah dianggap sudah terbiasa mendapatkan beberapa pelajaran agama seperti tafsir, hadits, aqidah akhlaq, syari ah dan bahasa arab sewaktu di Tsanawiyah. Sedangkan, untuk kelas negeri

3 masih dibimbing secara mendasar dalam mempelajarinya karena sewaktu di SMP tidak semuanya di peroleh karena pada umumnya di SMP hanya ada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Meskipun mata pelajaran antara kelas aliyah dan kelas negeri sama, akan tetapi materi yang diajarkan berbeda. Tidak sedikit dari siswa-siswi terutama siswa-siswi kelas negeri mengeluh kurang istirahat karena menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugas, belajar untuk mempersiapkan ulangan harian, menyetorkan hafalan wajib yaitu Al-Qur an (Tafsir) dan Al-Hadits. Selain menempuh mata pelajaran yang dianggap cukup menguras pikiran dan membutuhkan konsentrasi yang tinggi, para siswa juga masih harus mengikuti kegiatan keagamaan seperti tilawah di sore hari. Tuntutan akademik merupakan tuntutan yang cukup berat bagi siswa (Wijaya, 2007). Tuntutan-tuntutan akademik dan tekanan-tekanan yang dialami siswa tidak menutup kemungkinan bahwa hal tersebut dapat memicu terjadinya stres. Lazarus (dalam Wijono, 2010) menjelaskan stres merupakan bentuk interaksi antara individu sebagai sesuatu yang membebani atau melampaui kemampuan yang dimiliki, serta mengancam kesejahteraan karena individu menilai kemampuannya tidak cukup untuk memenuhi tuntutan situasi lingkungan. Menurut Christyanti, dkk., (2010) yang menentukan stres atau tidaknya individu adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Schneiders (1964) menyatakan penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku yang merupakan usaha individu untuk bereaksi terhadap tuntutan dalam diri maupun situasi external yang dihadapinya. Christyanti, dkk., (2010) menjelaskan lebih lanjut bahwa apabila

4 individu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya berarti individu tersebut mampu menyelaraskan kebutuhannya dengan tuntutan lingkungan sehingga tidak merasa stres dalam dirinya. Stres yang berasal dari stressor kehidupan (stres pribadi, stres keluarga, maupun stres lingkungan/sosial) akan menjadi faktor pemicu munculnya kecenderungan somatisasi (Hadjam, 2003). Menurut Kaplan & Sadock (1997) somatisasi merupakan gangguan yang tidak dapat dijelaskan secara medis serta berhubungan dengan stres. Khouzam (1999) menyatakan bahwa gangguan somatisasi lebih banyak diderita oleh wanita daripada pria. Artinya, wanita cenderung lebih mudah menunjukkan reaksi somatisasi. Menurut informasi melalui wawancara dengan guru BK di SMA Al Islam 1 Surakarta pada tanggal 27 Mei 2013 menyatakan bahwa: Banyak siswa kelas X sering mengeluhkan tentang banyaknya tugas, ulangan harian yang dalam sehari bisa 3-4kali, dan hafalan-hafalan seperti hadits dan tafsir. Beberapa siswa perempuan yang kelas SMA lebih sering mengeluh dan lebih rentan terhadap keluhan fisik, kemungkinan karena mereka yang kelas SMA berasal dari SMP negeri, sehingga mereka merasa berat karena belum terbiasa dengan pelajaran agamanya. Ini terlihat dari banyaknya siswa perempuan yang kelas SMA lebih sering keluar masuk UKS dibandingkan dengan siswa laki-laki. Disamping itu pada hari sabtu dan minggu, banyak siswa yang antri ingin berkonsultasi dengan dokter jaga pada hari tersebut. Berdasarkan data awal di Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dilihat dari Daftar Pasien UKS SMA Al-Islam 1 Surakarta selama 7 bulan terakhir dari bulan Oktober tahun 2012 bulan Mei tahun 2013 (kecuali bulan Desember 2012) menunjukkan bahwa dari jumlah siswa kelas X ada 353 siswa, yang mengunjungi UKS untuk kelas X ada 65 siswa, yang ada indikasi mengalami kecenderungan somatisasi untuk kelas X ada 18 siswa dari kelas negeri, ini terlihat dari

5 banyaknya keluhan yang tidak dapat dijelaskan oleh medis dan frekuensi siswa yang datang ke UKS. Persentase yang ada indikasi mengalami kecenderungan somatisasi sekitar 27,69%, ditemukan pada siswa perempuan dengan berbagai macam keluhan sekitar 14,75% dan frequensi para siswa perempuan mengunjungi UKS sekitar 32,14%. Gejala yang sering dikeluhkan oleh para siswa perempuan yaitu gejala gastrointestinal (pencernaan) seperti diare, susah BAB, mual, sakit perut dan kembung, sekitar 26,27%. Gejala pain (nyeri) seperti nyeri kepala bagian belakang sampai ke leher, sakit pada gigi, sakit pada kaki, pegal-pegal, infeksi saluran kencing, sakit pada pundak, nyeri otot, dan sakit pada punggung, sekitar 21,19%. Gejala sexual (seksual) seperti nyeri haid dan haid tidak teratur, sekitar 12,71%. Gejala cardiopulmonary (sistem aliran darah) seperti sesak, dada sakit, sakit kepala, pusing, nafas pendek, jantung berdebar, dan lemas, sekitar 39,83%. Melihat fakta yang telah dipaparkan diatas sangat dimungkinkan persentase kecenderungan somatisasi yang muncul pada siswa kelas X bisa dipengaruhi atau dipicu oleh adanya lingkungan baru yang dihadapi siswa, sehingga penyesuaian diri sangat berperan dalam mencapai kesehatan mental. Hal ini sejalan dengan pendapat Semium (2006) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang jelas antara penyesuian diri dengan kesehatan mental. Banyak cara dalam menghadapi stres kehidupan, salah satunya dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya, menyelaraskan lingkungan pribadi dengan lingkungan sosialnya. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai reaksi terhadap tuntutan-tuntutan lingkungan terhadap diri individu (Gerungan, 2000).

6 Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani transisi kehidupan, salah satunya transisi sekolah. Transisi sekolah adalah perpindahan siswa dari sekolah yang lama ke sekolah yang baru yang lebih tinggi tingkatannya. Siswa baru di sekolah seringkali bermasalah karena bergeser dari posisi atas atau senior ke posisi bawah atau junior di sekolah yang baru. Transisi remaja ke sekolah menghadapkan remaja pada perubahan dan tuntutan-tuntutan yang baru. Perubahan pada lingkungan sekolah, pengajar, dan teman baru. Tuntutan yang harus dihadapi siswa adalah tuntutan dalam bidang akademik, kemandirian, dan tanggung jawab. Apabila siswa memiliki penyesuaian diri yang baik, siswa dapat bereaksi secara efektif terhadap situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik, frustasi dan masalah tanpa menggunakan tingkah laku simtomatik, begitu juga sebaliknya. Setiap orang memiliki tingkat penyesuaian dirinya sendiri, yang ditentukan oleh kapasitas-kapasitas bawaan, kecenderungan-kecenderungan yang diperoleh dan pengalaman. Kegagalan dalam menyesuaikan diri sering kali ditentukan oleh hubungan antara kapasitas individu dalam menyesuaikan diri dan kualitas dari tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepadanya (Semium, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Agustin (2011), dalam skripsi yang berjudul Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Gejala Somatisasi pada Santriwati baru kelas VII SLTP di Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo, diperoleh sumbangan efektif penyesuaian diri terhadap gejala somatisasi sebesar 3,2% ditunjukkan oleh koefisien determinan 0,032. Hal ini berarti masih terdapat 96,8 % faktor-faktor lain yang memberikan sumbangan efektif terhadap gejala somatisasi di luar variabel penyesuaian diri.

7 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa SMA Al- Islam 1 memiliki tuntutan akademik yang tinggi dalam bidang keagamaan karena pelajaran pendidikan dasar agama lebih banyak sehingga siswa diharapkan bisa menyesuaikan diri terhadap tuntutan akademik. Siswa yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik cenderung menggunakan tingkah laku simtomatik, namun demikian perlu dibuktikan secara empiris apakah memang ada hubungan antara penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik dengan kecenderungan somatisasi?. Maka peneliti ingin mengambil judul penelitian Hubungan antara Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan Akademik dengan Kecenderungan Somatisasi pada Siswa Kelas X di SMA Al-Islam 1 Surakarta. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendapatkan bukti empiris hubungan antara penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik dengan kecenderungan somatisasi. 2. Mengetahui sumbangan efektif penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik dengan kecenderungan somatisasi. 3. Mengetahui tingkat penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik. 4. Mengetahui tingkat kecenderungan somatisasi.

8 C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Siswa Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan informasi dan pengetahuan tambahan mengenai penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik. Pemberian informasi dan pengetahuan tambahan tersebut mengenai kemampuan untuk mempertahankan sikap dalam memberikan respon terhadap tuntutan dalam diri dan lingkungan agar memperoleh keselarasan dengan apa yang diharapkan lingkungan. 2. Guru Sebagai tambahan informasi tentang kecenderungan somatisasi pada siswa, sehingga para guru diharapkan mampu memberikan referensi kepada siswa tentang pentingnya menyesuaikan diri terhadap tuntutan akademik. 3. Peneliti lain Penelitian ini diharapkan dapat sebagai tambahan informasi dalam melakukan pengembangan penelitian dengan tema yang serupa yaitu tentang hubungan antara penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik dengan kecenderungan somatisasi pada siswa.