UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PAKAN TERNAK BERKELANJUTAN MELALUI KEGIATAN USAHA KONSERVASI LAHAN DAN AIR

dokumen-dokumen yang mirip
PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH PADA LAHAN USAHATANI BERBASIS TANAMAN SAYURAN DI SENTRA TEMBAKAU

KEBUTUHAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PETANI DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR. Isbandi¹ dan Debora Kana Hau² 1)

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PRODUKTIVITAS DAN DAMPAK INTEGRASI TERNAK DOMBA EKOR GEMUK TERHADAP PENDAPATAN PETANI DALAM SISTEM USAHA SAYURAN DI LAHAN MARJINAL

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak bawah pengawasan pemiliknya. Peran ternak domba di lokasi tersebut

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

TEKNOLOGI USAHATANI KONSERVASI TERPADU KONSEP PEMBANGUNAN BERBASIS KESERASIAN LINGKUNGAN

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

INTRODUKSI BEBERAPA JENIS RUMPUT DAN LEGUMINOSA UNGGUL SEBAGAI PENYEDIA HIJAUAN PAKAN PADA LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI KABUPATEN PINRANG

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Integrasi Tanaman Jeruk dengan Ternak Kambing

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

Sistem Usahatani Konservasi Tanah pada Pertanaman Kubis Dataran Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System)

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP TINGGI TA NAMAN DAN BERAT SEGAR PER RUMPUN RUMPUT GAJAH ODOT (Pennisetum purpureum cv. mott)

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

ADOPSI TEKNOLOGI POLA INTEGRASI TERNAK KAMBING DAN TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK ASAL KOTORAN SAPI Hasil sampingan pemeliharaan ternak sapi atau sering juga disebut sebagai kotoran sapi tersusun dari feses,

POTENSI DAN PEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI PAKAN SAPI DI LAHAN KERING KAWASAN BLITAR SELATAN JAWA TIMUR

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Temu Teknis Fungsional non PenellU 2000 merupakan bahan yang umumnya dipergunakan sebagai bahan pembuatan pupuk organic, dan sering dipergunakan dalam

KETERSEDIAAN BIOMASA TANAMAN JAGUNG DI DESA SUKAJADI (P-6) KARANG AGUNG TENGAH, SUMATERA SELATAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

PENGARUH CURAH HUJAN DAN POLA PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI RUMPUT RAJA (PENNISETUMPURPUREPHOIDES)

TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

INTRODUKSI TANAMAN PAKAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH SAYURAN KUBIS UNTUK PAKAN TERNAK KAMBING

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

I. PENDAHULUAN. tinggi perlu didukung oleh ketersediaan hijauan yang cukup dan kontinyu. Tetapi

PENGARUH POSISI TERAS DAN TANAMAN PENGUAT TERAS TERHADAP POPULASI MIKROBA TANAH PADA PERTANAMAN KACANG HIJAU DI VERTISOLS, LOMBOK TIMUR

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

Daya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Daerah Sentra Ternak Berdasarkan Faktor Konversi

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

1. EROSI DAN DEGRADASI LAHAN KERING DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

INTEGRASI TANAMAN KELAPA SAWIT DENGAN TANAMAN PANGAN JAGUNG DAN UBIKAYU DI LAHAN KERING

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

POTENSI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI DI KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Seminar Nastonal Peternakan dan Vetertner 1997

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro

ABSTRACT. Keywords: land degradation, tobacco, income, erosion, agro-technology, slit pit

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DESA MASDA MAKMUR, RAMBAH SAMO RIAU DARI PEMBUATAN KOMPOS ASAL KOTORAN SAPI PADA SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK

Temu Teknis Fungsionol non Penelh 000 dengan dosis yang tinggi pula yaitu 40 ton pupuk kandang, 900 kg urea, 450 kg TSP dan 450 kg KCL per ha/ tahun.

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

PERMASALAHAN dan PENGEMBANGAN IRIGASI LAHAN KERING. di NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ternak Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria humidicola pada Pemotongan Pertama

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Rehabilitasi Lahan Marginal dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas dan Konservasi Air

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

Oleh: Eko Hendarto Fakultas Peternakan UNSOED Purwokerto (Diterima: 7 Maret 2005, disetujui: 21 Juni 2005)

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA DI KABUPATEN BIREUEN

ANALISIS POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

PERUBAHAN NILAI PENDAPATAN RUMAH TANGGA TANI DI KAWASAN PRIMA TANI LAHAN KERING DATARAN TINGGI IKLIM BASAH KABUPATEN GIANYAR

ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

Transkripsi:

UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PAKAN TERNAK BERKELANJUTAN MELALUI KEGIATAN USAHA KONSERVASI LAHAN DAN AIR (A Sustainable Animal Feed Security through Land and Water Conservation) ISBANDI dan HUSEIN SUGANDA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir. H. Juanda No. 98, Bogor ABSTRACT A study on land and water conservation of horticulture based was undertaken in Batursari Village and Kledung Village, Kledung Subdistrict of Temanggung District in Central Java. Twenty three farmers from 2 farmers groups were selected for this study. The study was initiated by plot demo of planting design on farmers land. The land was planted with supporting tree to hold erosion. The conservation plants included grasses that can be used as fodder, such as Setaria splendia, Paspalum notatum, Pennisetum purpureum, and Pennisetum purphoides. The farmers were provided with an adult ewe each and a ram for each farmers group. The results showed that the average production rate of fresh grass weight in Batursari was paspalum (41.7 tonnes); paspalum and arachis (61.0 tonnes); setaria (150.9 tonnes); elephant grass (215.0 tonnes); and King grass (369.2 tonnes). While in Kledung produced paspalum (47.8 tonnes), paspalum and arachis (42.8 tonnes); setaria (122.2 tonnes); Elephant grass (151.8 tonnes); and King grass (289.0 tonnes). Therefore, fodders were planted on terrace land only 0.04% of the total land size. Batursari was then producing paspalum (1.52 AU); paspalum and arachis (2.23 AU); setaria (5.51 AU); Elephant grass (7.85 AU); and King grass (13.49 AU), or the total capacity of sheep was 30.60 AU. Kledung produced paspalum; paspalum and arachis; setaria; Elephant grass; and King grass for 1.75 AU; 1.56 AU; 4.46 AU; 5.55 AU; and 10.56 AU subsequently with atotal capacity of sheep at 23.88 AU. Key Words: Conservation, Land, Animals, Fodder, Feed ABSTRAK Penelitian sistem konservasi lahan dan air berbasis tanaman sayuran telah dilakukan di Desa Batursari dan Desa Kledung, Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Dipilih 23 orang petani kooperator pada 2 kelompok tani. Kegiatan diawali dengan demonstrasi plot (demplot) pembuatan dan pengaturan bedengan searah kontur pada lahan petani yang belum membuat, serta penyempurnaan bedengan yang telah dibuat. Pada bedengan yang dibuat maupun yang disempurnakan ditanam jenis tanaman penguat teras untuk menahan erosi. Tanaman konservasi yang diintroduksikan berupa jenis tanaman rumput yang dapat juga digunakan sebagai pakan ternak, antara lain: rumput setaria (Setaria splendida), paspalum (Paspalum notatum), Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), dan Rumput Raja (king grass) (Pennisetum purphoides). Dibagikan masing-masing 1 ekor ternak domba betina dewasa siap kawin pada petani kooperator terpilih, dan 1 ekor pejantan per kelompok, dengan tujuan untuk memotivasi petani agar bersedia menerapkan inovasi teknologi konservasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa rataan produksi berat segar per hektar per tahun untuk masing-masing jenis rumput di desa Batursari, sebagai berikut: paspalum (41,7 ton); paspalum + arachis (61,0 ton); setaria (150,9 ton); Rumput Gajah (215,0 ton); dan Rumput Raja (369,2 ton). Sedangkan di desa Kledung masing-masing: paspalum (47,8 ton); paspalum + arachis (42,8 ton); setaria (122,2 ton); Rumput Gajah (151,8 ton); dan Rumput Raja (289,0 ton). Oleh karena budidaya tanaman pakan ternak yang ditanam pada teras hanya 0,04% dari total luas lahan petani kooperator, maka di Desa Batursari produksi rumput: paspalum (1.52 ST); paspalum + arachis (2.23 ST); setaria (5.51 ST); Rumput Gajah (7.85 ST); dan Rumput Raja (13.49 ST), atau total daya dukung ternak domba sebesar 30.60 ST. Di Desa Kledung jenis rumput paspalum; paspalum + arachis; setaria; Rumput Gajah; dan Rumput Raja mempunyai daya dukung ternak domba berturut-turut: 1.75 ST; 1.56 ST; 4.46 ST; 5.55 ST; dan 10.56 ST, dengan total daya dukung 23.88 ST. Kata Kunci: Konservasi, Lahan, Ternak, Hijauan Rumput, Pakan 488

PENDAHULUAN Sebagai negara agraris, maka sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dari usaha sektor pertanian. Sedangkan pemerataan pembangunan pertanian merupakan salah satu strategi untuk mencapai swasembada dan ketahanan pangan nasional. Perbaikan sistem pengelolaan pertanian yang tepat dan pembinaan yang efektif dapat menjadikan lahan kering sebagai sumber pendapatan penduduk/petani. Lahan kering sering dikategorikan sebagai lahan marjinal, karena memiliki satu atau lebih permasalahan sebagai berikut (i) kondisi biofisik yang mencakup produktivitas/ kesuburan tanah yang rendah, topografi berbukit (peka erosi), sumberdaya air terbatas; (ii) ketersediaan infrastruktur yang terbatas; (iii) penduduknya yang tergolong miskin, dicirikan oleh kepemilikan lahan pertanian sempit dan pendapatan rendah hingga kekurangan pangan dan gizi. Oleh karena itu, kesejahteraan masyarakat petani di lahan marjinal (lahan kering/tadah hujan) relatif rendah dibandingkan dengan yang di lahan irigasi. Namun demikian peluang pengembangan pertanian di lahan kering masih cukup besar, baik dari segi potensi sumberdaya lahan maupun produktivitasnya. Melalui penerapan paket teknologi, pendapatan dan kesejahteraan petani diharapkan dapat ditingkatkan. Terkait dengan hal tersebut inovasi teknologi pertanian hendaknya didesain dengan tujuan meningkatkan inovasi agribisnis, mulai dari tahap produksi sampai dengan pemasaran hasil, dengan konsep pengembangan inovasi dalam pemanfaatan secara optimal sumberdaya alam dan lingkungan yang marjinal secara berkelanjutan. Lahan kering merupakan sumberdaya alam yang mempunyai peluang besar untuk dimanfaatkan secara optimal, khususnya untuk pembangunan pertanian baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan maupun peternakan. Faktor pembatas, seperti kualitas lahan dan ketersediaan air perlu mendapat sentuhan inovasi teknologi guna meningkatkan produktivitasnya, antara lain dengan melalui konservasi lahan dan air, pemanfaatan bahan organik dan integrasi tanaman ternak. Pembangunan peternakan dewasa ini diarahkan untuk mewujudkan kondisi peternakan yang maju, efisien, dan tangguh yang dicirikan oleh kemampuannya dalam menyesuaikan pola dan struktur produksi dengan permintaan pasar, serta kemampuannya dalam kontribusi pembangunan wilayah, kesempatan kerja, pendapatan, perbaikan taraf hidup, perbaikan lingkungan serta berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Peningkatan populasi ternak akan menuntut tersedianya sumber hijauan pakan yang cukup, oleh karena itu kebutuhan tanaman pakan ternak akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan produk peternakan. Sedangkan konservasi lahan dan air dapat dilakukan melalui penggunaan tanaman konservasi yang sekaligus dapat dimanfaatkan oleh ternak sebagai sumber pakan, antara lain dengan memanfaatkan tanaman hijauan pakan sebagai penguat teras. MATERI DAN METODE Konservasi lahan berbasis tanaman sayuran, dilakukan di desa Kledung, dan desa Batursari, kecamatan Kledung, kabupaten Temanggung. Dipilih 23 orang petani kooperator pada 2 kelompok tani. Kegiatan tahun pertama dibuat demonstrasi plot (demplot) pembuatan dan pengaturan bedengan searah kontur pada lahan petani yang belum membuat serta penyempurnaan bedengan yang telah dibuat. Pada bedengan yang dibuat maupun yang disempurnakan ditanam jenis tanaman penguat teras untuk menahan erosi. Tanaman konservasi yang diintroduksikan berupa rumput-rumputan yang dapat juga digunakan sebagai pakan ternak, antara lain: rumput setaria (Setaria splendida), paspalum (Paspalum notatum), Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), dan Rumput Raja (King grass) (Pennisetum purpureophoides). Pada kegiatan tahun berikutnya, setelah tanaman konservasi tumbuh dan berkembang diintroduksikan ternak domba masing-masing 1 ekor ternak betina kepada petani kooperator ditambah 2 ekor ternak jantan pada setiap kelompok. Tujuan introduksi ternak domba adalah untuk memberi contoh serta motivasi kepada petani, bahwa usaha konservasi lahan akan semakin berarti apabila diintegrasikan 489

dengan ternak. Tanaman penguat teras dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan pupuk kandang yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang dapat memperbaiki kualitas tanah. Untuk mengetahui produksi hijauan, diambil contoh pada masing-masing jenis rumput yang ditanam, dengan cara diubin sebanyak 2 kali pada umur yang berbeda. Luas ubinan untuk tanaman rumput paspalum 5 x 0,2 m, rumput paspalum + arachis 5 x 0,3 m. Sedangkan luas ubinan untuk jenis rumput setaria, Rumput Gajah, dan Rumput Raja, dengan ukuran masing-masing 5 x 0,25 m. Hasil potongan rumput ditimbang, data yang diperoleh dianalisis potensi produksi hijauan per satuan luas, dan daya dukungnya untuk ternak domba. HASIL DAN PEMBAHASAN Konservasi lahan dilakukan dengan pembuatan dan pengaturan bedengan searah kontur pada lahan petani yang belum membuat serta penyempurnaan bedengan yang telah dibuat. Pada bedengan yang dibuat maupun yang disempurnakan ditanam jenis tanaman penguat teras untuk menahan erosi. Tanaman yang diintroduksikan berupa rumput-rumputan yang dapat juga digunakan sebagai pakan ternak. Jumlah teras utama yang dibuat dan disempurnakan di kedua lokasi penelitian disajikan dalam Tabel 1. Pada awalnya, jumlah teras yang dibuat bukan berdasarkan luas lahan yang dimiliki, tetapi tergantung pada kemampuan dan kesediaan petani dalam membuat teras yang dimaksud. Yang terpenting adalah petani bersedia menerapkan inovasi teknologi konservasi untuk pencegah erosi, sekaligus dapat memanfaatkan tanaman rumput penguat teras sebagai pakan ternak, dan kotoran ternaknya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Pertumbuhan rumput dan produktivitas Pada umumnya tanaman konservasi yang ditanam dilokasi mempunyai pertumbuhan yang baik, karena lahan yang diusahakan oleh petani yang berada pada dataran tinggi dengan kemiringan lahan ± 40%, temperature 20 25 C, dan curah hujan 2000 3000 mm/tahun, tergolong subur. Pengamatan di lapangan menunjukan bahwa tanaman rumput nampak tumbuh dengan subur dan stabil, karena pada saat petani memberikan pupuk, baik organik maupun non-organik untuk tanaman utamanya berupa sayur-sayuran, mereka juga memberikan pupuk bagi tanaman rumput penahan erosi yang ditanam di bagian bibir teras. Tabel 1. Keadaan jumlah teras utama di desa Batursari, dan desa Kledung Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung Desa Batursari Desa Kledung Nama petani Luas lahan (ha) Jumlah teras (buah) Nama petani Luas lahan (ha) Jumlah teras (buah) Narwanto 0,20 15 Suryadi 0,20 4 Tumidi 0,20 18 Muhrodin 0,20 4 Siswoto 0,40 9 Samirun 0,15 4 Karnoto 0,20 15 Iskandar 0,38 7 Sarto 0,20 7 Sunardi 0,45 12 Suwandi 0,15 8 Wasnoto 0,15 13 Darno 0,20 7 Yusron 0,40 18 Darsono 0,20 11 Isyanto 0,38 8 Sukir 0,10 6 Sumbul 0,15 5 Warsito 0,10 10 Sudarman 0,25 9 Sarinah 0,30 16 Sugianto 0,50 11 Siswandi 0,10 6 Jumlah 2,85 139 Jumlah 2,71 84 490

Pengambilan sampel hasil pemotongan rumput di dua lokasi penelitian, dilakukan sebanyak dua kali, dengan luas panen ubinan untuk rumput paspalum 5 x 0,2 m, dan rumput paspalum + arachis 5 x 0,3 m. Sedangkan luas ubinan untuk jenis rumput setaria, Rumput Gajah, dan Rumput Raja, dengan ukuran masing-masing 5 x 0,25 m. Hasil pengamatan sampel menunjukkan bahwa pada panen pertama, Rumput Raja (king grass) di kedua lokasi penelitian desa Batursari mempunyai porposi dan bobot yang lebih besar, dikuti oleh Rumput Gajah, setaria, dan paspalum, dengan rataan hasil berturut-turut: 36,92; 21,50; dan 4,17 kg. Namun demikian hasil panen tanaman paspalum yang dibudidayakan bersama tanaman arachis dapat memberikan bobot yang lebih tinggi yakni 6,10 dibandingkan dengan bila ditanam tanpa arachis di lokasi yang sama (Tabel 2). Bobot sampel panen ubinan Rumput Raja (king grass)di desa Kledung menunjukan hasil yang relatif sama (36,12 kg), namun hasil untuk jenis Rumput Gajah lebih rendah (18,98 kg). Sedangkan untuk jenis rumput setaria, baik monokultur maupun yang ditanam bersama rumput arachis, di kedua lokasi menunjukan hasil yang relatif tidak berbeda, dengan rataan bobot masing-masing 4,78 kg dan 6,42 kg (Tabel 3). Rumput Gajah dan Rumput Raja ditanam di lokasi batas lahan kepemilikan masing-masing petani, dengan tujuan agar tidak menganggu luas bidang tanam dan untuk mengurangi kendala pada tanaman utama, seperti berkurangnya intensitas sinar matahari karena dinaungi oleh rumput yang dimaksud. Disamping itu, tanaman Rumput Gajah dan Rumput Raja dapat memperjelas batas lahan kepemilikan bagi masing-masing petani. Apabila rataan hasil panen beberapa jenis rumput tersebut dikonversikan ke dalam satuan luas per hektar per tahun, diperkirakan produksi untuk masing-masing jenis rumput di desa Batursari adalah: paspalum (41.700 kg); paspalum + arachis (61.000 kg); setaria (150.900 kg); Rumput Gajah (215.000 kg); dan Rumput Raja (369.200 kg). Sedangkan perkiraan hasil di desa Kledung adalah sebagai berikut: paspalum (47.800 kg); paspalum + arachis (42.800 kg); setaria (122.200 kg); Rumput Gajah (151.800 kg); dan Rumput Raja (289.000 kg). Tabel 2. Rataan hasil penen ubinan beberapa jenis rumput dan perkiraan daya tampung ternak domba di Desa Batursari Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung Jenis rumput Panen 1 Panen 2 Rataan Produksi/ha Daya tampung ternak (ST) Paspalum 3,17 5,17 4,17 41.700 38.08 Paspalum + arachis 4,23 8,00 6,10 61.000 55.70 Setaria 7,50 22,67 15,09 150.900 137.80 Rumput Gajah 10,00 33,00 21,50 215.000 196.34 Rumput Raja 18,50 55,33 36,92 369.200 337.16 ST = satuan ternak Tabel 3. Rataan hasil penen ubinan beberapa jenis rumput dan perkiraan daya tampung ternak domba di Desa Kledung, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung Jenis rumput Panen 1 Panen 2 Rataan Produksi/ha Daya tampung ternak (ST) Paspalum 3,96 5,60 4,78 47.800 43,65 Paspalum + arachis 4,43 8,40 6,42 42.800 39,09 Setaria 11,11 19,44 15,28 122.200 111,59 Rumput Gajah 11,96 26,00 18,98 151.800 138,63 Rumput Raja 17,97 54,27 36,12 289.000 263,93 ST = satuan ternak 491

Berdasarkan hasil pengamatan lapang, melalui penimbangan ternak diperoleh rataan bobot ternak jantan dewasa 30,33 kg, betina dewasa, 28,67 kg, dan ternak muda 16 kg di desa Batursari, sedangkan di desa Kledung, masing-masing 31,00 kg, dan 27,36 kg, dan ternak muda 14,8 kg. Populasi ternak domba Ternak domba belum banyak diusahakan oleh petani di kedua lokasi desa penelitian, karena pada umumnya petani berkonsentrasi di bidang usaha budidaya tanaman sayuran dan tembakau yang dirasa dapat memberikan penghasilan memadai. Keberadaan ternak domba di tingkat petani, baik di desa Batursari maupun Desa Kledung yang hanya berbatasan dengan jalan raya, masih dipelihara dengan cara tradisional. Kandang masih menyatu dengan rumah tinggal, dengan sistem kandang lantai dengan tingkat kebersihan yang buruk. Sisa pakan dan kotoran ternak dibiarkan berserakan di sekitar kandang. Pakan yang diberikan berupa rumput lapangan, dan sisa hasil tanaman sayuran, tanpa pemberian air minum. Tabel 4. Populasi ternak domba milik petani kooperator di desa Batursari, dan desa Kledung, kecamatan Kledung, kabupaten Temanggung, berdasarkan status fisiologi Status fisiologi Desa Batursari Desa Kledung Jumlah Jantan dewasa 3 2 5 Betina dewasa 22 15 37 Jantan muda 3 5 8 Betina muda 7 4 11 Jantan anak 4 6 10 Betina anak 9 5 14 Jumlah 46 36 85 Hasil pengamatan lapang, melalui penimbangan ternak diperoleh rataan bobot ternak jantan dewasa 30,33 kg, betina dewasa, 28,67 kg, dan ternak muda 16 kg di desa Batursari, sedangkan di desa Kledung, masingmasing 31,00 kg, dan 27,36 kg, dan ternak muda 14,80 kg. Apabila rataan bobot badan ternak domba secara umum dapat mencapai 30 kg, dengan kebutuhan pakan hijauan sebesar 10% dari bobot badan, akan diperlukan ketersediaan 1.095 kg/ekor/tahun. Dengan demikian daya tampung ternak domba, dengan pakan yang dapat diperoleh dari rumput paspalum; paspalum + arachis; setaria; Rumput Gajah, dan Rumput Raja di Desa Batursari masing-masing: 38,08 ST; 55,70 ST; 137,80 ST; 196,34 ST; dan 337,16 ST (Tabel 2). Sedangkan untuk daya tampung ternak domba di Desa Kledung, berturut-turut: 43,65 ST; 39,09 ST; 111,59 ST; 138,63 ST; dan 263,93 ST (Tabel 3). Namun demikian dalam penelitian ini, rumput hanya ditanam pada bagian teras sebagai penahan erosi, sehingga ketersediaan hijauan yang diperoleh berdasarkan luas lahan dan jumlah teras dengan rataan lebar 0,5 m (Tabel 1) hanya tersedia luasan tanam sebesar 0,04% dari luas lahan petani kooperator. Oleh karena itu perkiraan daya dukung ternak untuk setiap tanaman rumput konservasi di Desa Batursari adalah: paspalum (1,52 ST); paspalum + arachis (2,23 ST); setaria (5,51 ST); Rumput Gajah (7,85 ST); dan Rumput Raja (13,49 ST), atau total daya dukung ternak domba sebesar 30,60 ST. Sedangkan di Desa Kledung jenis rumput paspalum; paspalum + arachis; setaria; Rumput Gajah; dan Rumput Raja mempunyai daya dukung ternak domba berturut-turut: 1,75 ST; 1,56 ST; 4,46 ST; 5,55 ST; dan 10,56 ST, dengan total daya dukung 23,88 ST. Apabila produksi rumput yang diusahakan sebagai tanaman konservasi dikaitkan dengan daya dukung dan tingkat kepemilikan ternak domba oleh petani di kedua lokasi pengamatan (Tabel 4), maka dapat dikatakan bahwa kontribusi hijauan pakan yang dihasilkan masih bersifat pelengkap agar kebutuhannya dapat tercukupi dengan usaha yang relatif lebih mudah dan bermanfaat bagi kelestarian lahan pertanian. KESIMPULAN Meskipun dalam penelitian ini total daya tampung ternak dari tanaman konservasi di masing-masing lokasi nampak rendah karena hanya ditanam pada bagian bibir teras yakni 30,67 ST di desa Batursari, dan 23,88 ST di desa Kledung. Namun demikian apabila petani sudah merasakan manfaat dari usaha 492

konservasi yang dilakukan, dan dapat diadopsi oleh petani lain di kedua lokasi, maka tanaman konservasi yang diusahakan akan mampu meningkatkan daya tampung ternak domba. Kemungkinan hal ini akan terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah teras yang dibuat, sehingga luasan tanam pakan juga akan meningkat. Oleh karena itu, upaya konservasi lahan akan mampu mewujudkan ketahanan pakan ternak yang berkelanjutan. Disarankan agar sosialisasi usaha konservasi lahan kepada masyarakat di kedua lokasi pada khususnya, dan pada masyarakat disekitar desa penelitian agro-ekosistem yang sama umumnya dapat terus dilakukan, sehingga erosi dan kerusakan lahan pertanian dapat dikurangi. Untuk meningkatkan nilai lebih dari usaha konservasi lahan, maka akan semakin berarti apabila diusahakan bersamasama dengan ternak ruminansia, baik ternak kecil domba atau kambing, maupun ternak besar seperti sapi, sehingga dapat menciptakan deversifikasi usaha, dan meningkatkan pendapatan petani. DAFTAR PUSTAKA ERFANDY, M.D., M. NUR dan T. BUDHYASTORO. 1997. Perbaikan sifat fisik tanah degan strip vetiver dan pupuk kandang. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian tanah dan Agroklimat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. HARYATI, U., A. RACHMAN, Y. SULAEMAN, T. PRASETYO dan A. ABDURACHMAN. 1991. Tingkat erosi, hasil tanaman pangan dan daya dukung ternak dalam sistem pertanaman lorong. Risalah Lokakarya Hasil Penelitian P3HTA/UACP-FSR. P3HTA Badan Litbang Pertanian. Bandungan, 25 26 Januari 1991. ISBANDI., DJ. MANSUR, K. SUBAGYONO dan E. EKO ANANTO. 2005. Peningkatan produktivitas lahan kering melalui konservasi dan integrasi ternak. Pros. Seminar Nasional Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Dalam Upaya Mempercepat Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan di Lahan Marginal. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Mataram, 30 31 Agustus 2005. KASRYNO, F. 1997. Strategi dan kebijaksanaan penelitian dalam menunjang pembangunan peternakan. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak. Bogor. SEMBIRING, H., M. THAMRIN, N.L. NUARIDA, R. HARDIANTORO, G. KARTONO dan A. ABDURACHMAN. 1991. Tanaman legum serba guna dalam sistem usahatani lahan kering di Daerah Aliran Sungai Brantas. Risalah Lokakarya Hasil Penelitian P3HTA/UACP- FSR. P3HTA Badan Litbang Pertanian. Bandungan, 25 26 Januari 1991. SUGANDA, H., N.L. NURIDA, A. DARIAH, ISBANDI, M.TEDDY SUTRIADI, T. BUDIYANTO, T.R. PRASTUTI dan SARJANA. 2007. Konservasi tanah untuk lahan usahatani berbasis tanaman sayuran di Temanggung. Kerjasama Balai Penelitian Tanah dan Program Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi. Badan Litbang Pertanian. 493