BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon sintetik dan hormon alamiah. (Baziad, 2002)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahirkan yang

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB

BAB II TINJAUHAN PUSTAKA

A. Landasan Teori. 1. Pendidikan. a. Definisi Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH PADA WANITA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

KB SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN EFEK SAMPING GANGGUAN HAID DAN PENANGANANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif.

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh :

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH FREKUENSI KONTRASEPSI SUNTIK DMPA TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DMPA. Oleh: ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

PENGARUH KB SUNTIK DMPA TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS SITI SYAMSIYAH WONOKARTO WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

Bab XIII. Keluarga Berencana. Manfaat KB /Keluarga Berencana. Keputusan mengikuti Keluarga Berencana. Pemilihan metode KB

GYNECOLOGIC AND OBSTETRIC DISORDERS. Contraception

KONTRASEPSI. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keluarga Berencana (KB) kecil, bahagia dan sejahtera (Handayani, 2010)

PELAYANAN KONTRASEPSI dan RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

PROFIL TEKANAN DARAH PADA WANITA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No 1. Februari 2015 GAMBARAN PEMAKAIAN DAN KEPATUHAN JADWAL PENYUNTIKAN ULANG KONTRASEPSI SUNTIK

PENGARUH KB SUNTIK DMPA TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS SITI SYAMSIYAH WONOKARTO WONOGIRI

SAP KELUARGA BERENCANA

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPERAWATAN MATERNITAS II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

M etode P engendalian K elahiran

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Kontrasepsi 1.1 Pengertian Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Hartanto, 2004). Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen (Meilani, 2010). 1.2 Jenis-jenis Kontrasepsi Terdapat beberapa macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan, yaitu: 1.2.1 Metode Kontrasepsi Sederhana a. Metode Kalender merupakan salah satu cara atau metode kontrasepsi sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istridengan tidak melakukan senggama pada masa subur (Meilani, 2010) b. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum m endapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi (Saifuddin, 2006). c. Metode Suhu Tubuh. Saat ovulasi peningkatan progesterone menyebabkan peningkatan suhu basal tubuh (SBT) sekitar 0,2 C-0,4 C. peningkatan suhu tubuh

adalah indikasi bahwa telah terjadi ovulasi. Selama 3 hari berikutnya (memperhitungkan waktu ekstra dalam masa hidup sel telur) diperlukan pantang berhubungan intim. Metode suhu mengidentifikasi akhir masa subur bukan awalnya (Meilani, 2010). d. Senggama terputus (koitus interuptus) adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap pelaksanaanya (Meilani, 2010). 1.2.2 Metode Kontrasepsi Barrier Menurut Saifuddin (2006) metode kontrasepsi barrier ada 3 yaitu, antara lain: a. Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan alami yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. b. Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. c. Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal suppositoria atau dissolvable film, dan dalam bentuk krim.

1.2.3 Metode Kontrasepsi Modern Menurut Saifuddin (2006) metode kontrasepsi modern ada 5 yaitu, antara lain: a. Kontrasepsi Pil. Kontrasepsi pil merupakan jenis kontasepsi oral yang harus diminum setiap hari yang bekerja mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma. Terdapat dua macam yaitu kontrasepsi kombinasi atau sering disebut pil kombinasi yang mengandung progesteron dan estrogen, kemudian kontrasepsi pil progestin yang sering disebut dengan minipil yang mengandung hormon progesteron. b. Kontrasepsi Implan adalah alat kontrasepsi silastik berisi hormon jenis progesteron levonogestrol yang ditanamkan dibawah kulit, yang bekerja mengurangi transportasi sperma. c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja menghambat sperma untuk masuk ke tuba fallopii. d. Kontrasepsi Mantap (KONTAP) merupakan suatu cara permanen baik pada pria dan pada wanita, dilakukan dengan tindakan operasi kecil untuk mengikat atau menjepit atau memotong saluran telur wanita, atau menutup saluran mani laki-laki. e. Kontrasepsi Suntikan adalah kontrasepsi yang diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuskuler di daerah otot pantat (gluteus maximus).

2. Kontrasepsi Suntik 2.1 Pengertian Kontrasepsi suntik adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal (Octavianna, 2009). Kontrasepsi suntik adalah suatu cara kontrasepsi dengan jalan penyuntikan sebagai usaha pencegahan kehamilan berupa hormone progesteron dan estrogen pada wanita usia subur (Meilani, 2010). 2.2 Jenis - jenis Kontrasepsi Suntik Menurut Pinem (2009) Kontrasepsi suntik dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan progestin dan golongan progestin dengan campuran esterogen propionate. Jenis kontrasepsi Suntik yang mengandung progestin ada 2 macam yaitu Depo Provera yang mengandung DMPA (Depo Medroxyprogesteron Asetat) yang diberikan setiap 3 bulan sekali dengan dosis 150 mg dan Noristerat yang mengandung NET-EN (Norethindrone Enanthate) yang diberikan dalam dosis 200 mg setiap 8 minggu sekali untuk 6 bulan pertama (3 kali suntikan pertama), kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu. Sedangkan kontrasepsi suntik golongan progestin dengan campuran esterogen propionate adalah Cyclofem yang mengandung 25 mg Depo Medroxyprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol sipionat serta suntik kombinasi yang mengandung 50 mg Noretindrone Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan setiap bulan. Jenis-jenis kontrasepsi ini disuntikkan secara intramuskular.

2.3 Mekanisme Kerja Menurut Pinem (2009) cara kerja kontrasepsi suntik secara umum yaitu : a. Mencegah ovulasi, kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan LH (LH Surge). Menghambat perkembangan folikel dan mencegah ovulasi. Progestogen menurunkan frekuensi pelepasan (FSH) dan (LH). b. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus serviks yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahan - perubahan siklus yang normal pada lendir serviks. Secret dari serviks tetap dalam keadaan di bawah pengaruh progesteron hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa. c. Membuat endometrium menjadi kurang layak atau baik untuk implantasi dari ovum yang telah di buahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan menjelang stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah di buahi. d. Menghambat transportasi gamet dan tuba, mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tuba fallopi 2.4 Penggunaan Menurut Pinem (2009), Cara penggunaan Kontrasepsi suntik progestin DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular dalam didaerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan

kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Pemberian kontrasepsi suntik progestin Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi etil isopropil alcohol 60-90%. Sedangkan Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskular. Klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dan jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja. 2.5 Keuntungan Menurut Pinem (2009) keuntungan kontrasepsi suntik sangat efektif dan mempunyai efek pencegahan kehamilan jangka panjang. Penggunaan kontrasepsi ini tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri. Kontrasepsi suntik ini memiliki sedikit kemungkinan untuk menimbulkan penyakit bagi akseptor kb suntik seperti penyakit jinak payudara, radang panggul, krisis anemia bulan sabit, kanker endometrium dan kehamilan ektopik. Kontrasepsi ini tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah. Kontrasepsi ini juga tidak memiliki pengaruh terhadap ASI dan perempuan yang berusia di atas 35 tahun sampai perimenopause dapat menggunakannya.

2.6 Kerugian Menurut Pinem (2009) kerugian kontrasepsi suntik yaitu, antara lain : sering ditemukan gangguan haid. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenorea (tidak datang bulan), perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi, lama dan banyaknya darah yang keluar, atau tidak haid sama sekali; Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga; Pada waktu tertentu harus kembali untuk mendapatkan suntikan; Penambahan berat badan, karena dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama; Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV; Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian; Pada penggunaan jangka panjang terjadi perubahan pada lipid serum, sedikit menurunkan densitas (kepadatan) tulang, menimbulkan kekeringan pada vagina, dan menurunkan libido. 2.7 Efektivitas Menurut Pinem (2009), baik DMPA maupun NET EN memiliki efektifitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun asal penyuntikan dilakukan secara benar sesuai jadwal yang telah ditentukan. Sedangkan cyclofem sangat efektif yaitu 0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan pertahun.

2.8 Indikasi Menurut Pinem (2009), ada beberapa indikasi kontrasepsi suntik, antara lain: perempuan usia reproduksi, nulipara, telah memiliki anak; menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi; Wanita menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai ; Setelah melahirkan dan tidak menyusui; Setelah abortus atau keguguran; Telah banyak anak tapi belum menghendaki tubektomi; Tekanan darah 180/110 mmhg, masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit; Menggunakan obat untuk epilepsy atau obat untuk tuberkulosis (rifampisin); Wanita yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen; Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi; wanita yang mendekati usia menopause serta yang mengalami penyakit anemia defesiensi besi. 2.9 Kontraindikasi Menurut Pinem (2009) ada beberapa indikasi kontrasepsi suntik, antara lain: Hamil atau diduga hamil karena resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran; Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan; wanita yang mengalami pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya serta wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea; wanita yang menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara, Diabetes Melitus disertai komplikasi serta kanker pada traktus genitalia; Usia > 35 tahun yang merokok, karena pada usia ini rentan terhadap penyakit yang mungkin menjadi kontraindikasi; Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah

tinggi (> 180 / 110 mmhg), karena ada sedikit peninggian dari kadar insulin dan perubahan dalam metabolisme lemak, terutama penurunan kolesterol, dicurigai dapat menambah besar risiko timbulnya penyakit kardiovaskuler. 2.10 Efek samping Menurut Saifuddin (2006) ada beberapa efek samping dari kontrasepsi suntik yaitu: a. Gangguan siklus haid yang berupa : tidak mengalami haid (amenorhea) yang disebabkan atrofi endometrium, perdarahan berupa tetesan/ bercak-bercak (spotting), Perdarahan diluar siklus haid (metroragia/breakthrough bleeding), Perdarahan haid yang lebih lama dan lebih banyak daripada biasanya (menoragia), ini disebabkan karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan histologi. b. Depresi. Gejala/keluhannya adalah perasaan lesu (lethargi) dan tidak bersemangat dalam kerja. Penyebabnya diperkirakan dengan adanya hormon progesterone terutama yang berisi 19-norsteroid menyebabkan kurangnya Vitamin B6 (Pyridoxin) di dalam tubuh. c. Keputihan (Lechorea). Gejala/keluhannya adalah keluarnya cairan berwarna putih dari dalam vagina atau adanya cairan putih di mulut vagina (vagina discharge). Penyebabnya dikarenakan efek progesteron merubah flora dan PH vagina, sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan.

d. Jerawat. Gejalanya adalah timbul jerawat pada wajah. Penyebab adalah progestin yang menyebabkan peningkatan kadar lemak. e. Rambut rontok. Gejala/keluhan adalah rambut rontok selama pemakaian suntikan atau bisa sampai sesudah penghentian suntikan. Penyebab adalah Progesteron terutama 19-norprogesterone yang dapat mempengaruhi folikel rambut, sehingga timbul kerontokan rambut. f. Perubahan Berat Badan. Gejala/keluhannya adalah kenaikan berat badan rata-rata untuk setiap tahun bervariasi antara 2,3-2,9 kg. Kenaikan berat badan, kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik. g. Pusing/Sakit Kepala/Migrain. Keluhannya adalah sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian kepala dan terasa berdenyut disertai rasa mual yang amat sangat. Penyebab biasanya dikaitkan dengan reaksi tubuh terhadap Progesteron. h. Mual dan Muntah. Gejala/keluhannya adalah mual sampai muntah seperti hamil muda. Terjadi pada bulan-bulan pertama pemakaian suntikan. Penyebabnya adalah Reaksi tubuh terhadap hormon progesteron yang mempengaruhi produksi asam lambung.

3. Perubahan Berat Badan pada penggunaan Kontrasepsi Suntik Menurut Suparyanto (2010), Perubahan berat badan adalah berubahnya ukuran berat, baik bertambah atau berkurang akibat dari konsumsi makanan yang diubah menjadi lemak dan disimpan di bawah kulit. Perubahan berat badan dibagi menjadi dua yaitu : a. Berat badan meningkat atau naik jika hasil penimbangan berat badan lebih besar dibandingkan dengan berat badan sebelumnya. b. Berat badan menurun atau turun jika hasil penimbangan berat badan lebih rendah dibandingkan berat badan sebelumnya Kontrasepsi suntik umumnya menyebabkan pertambahan berat badan yang bervariasi antara 1-5 kg dalam tahun pertama. Kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan salah satu efek samping dari penggunaan kontrasepsi suntik. Bertambahnya berat badan terjadi karena bertambahnya lemak tubuh. Hormon progesteron merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih daripada biasanya. Namun tidak semua akseptor akan mengalami kenaikan berat badan, karena efek dari obat tersebut tidak selalu sama pada masing-masing individu dan tergantung reaksi tubuh akseptor tersebut terhadap metabolisme progesteron (Hartanto, 2004). Peningkatan berat badan kemungkinan disebabkan oleh hormon progesteron yaitu dengan meningkatkan nafsu makan yang disertai dengan peningkatan penimbunan simpanan lemak. Hormon progesteron mempengaruhi perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah. Selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan

menurunkan aktivitas fisik akibatnya pemakaian kontrasepsi suntik dapat menyebabkan berat badan bertambah (Glasier, 2006). Suatu penelitian menunjukkan adanya pengaruh penggunaan kontrasepsi suntik terhadap peningkatan berat badan, dari 35 sampel yang diamati sebanyak 24 atau sebanyak 68,57% akseptor KB suntik mengalami kenaikan berat badan. Hasil penelitian tersebut semakin memperkuat dugaan adanya keterkaitan penggunaan kontrasepsi suntik terhadap peningkatan berat badan (Ekawati, 2010). Wanita yang menggunakan kontrasepsi Depot medroxy progesterone acetate (DMPA) atau dikenal dengan KB suntik tiga bulan, rata-rata mengalami peningkatan berat badan sebanyak 11 pon atau 5,5 kilogram dan mengalami peningkatan lemak tubuh sebanyak 3,4% dalam waktu tiga tahun pemakaian, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Texas Medical Branch (Mansjoer, 2003). Sedangkan pada kontrasepsi suntik bulanan efek samping terhadap berat badan sangatlah ringan, umumnya pertambahan berat badan sedikit (Hartanto, 2004). Hasil penelitian yang dilakukan di Bidan Praktek Swasta Maria Purba Surabaya Barat, Jawa timur ditemukan jumlah sampel ibu yang memakai kontrasepsi suntik periode Oktober-Nopember tahun 2011 sebanyak 267 ibu. Dari penelitian di ketahui sebagian besar akseptor menggunakan suntik kombinasi (85,59%) mengalami kenaikan berat badan, serta hampir seluruh akseptor menggunakan kontrasepsi suntik DMPA (97,99%) mengalami kenaikan berat badan (Hawa, 2011).

3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi massa tubuh. Faktor-faktor itu dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. 3.1.1 Faktor Internal a. Faktor genetik. Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya dalam sebuah keluarga. Dalam hal ini faktor genetik telah ikut campur menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh yang berjumlah besar melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan kepada bayi yang ada di dalam kandungan (Nadilla, 2012). b. Hormonal. Hormon progesteron memerlukan terjadinya perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak sehingga lemak di bawah kulit bartambah, selain itu hormon progesteron menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunnya aktifitas fisik sehingga pemakaian suntikan KB progesteron dapat menyebabkan berat badan bertambah (Nadilla, 2012). c. Metabolisme. Metabolisme adalah proses pengolahan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya. Metabolisme lemak merupakan salah satu faktor penentu dalam diet. Seseorang dapat meningkatkan pembakaran lemak dengan meningkatkan massa otot didalam tubuh. Ketika massa otot meningkat, metabolisme makanan akan meningkat. Proses ini akan meningkatkan kebutuhan kalori (Suparyanto, 2010).

3.1.2 Faktor Eksternal a. Aktivitas Fisik. Setiap melakukan aktivitas fisik, manusia memerlukan sejumlah energi. Jika energi yang diberikan oleh makanan tidak cukup, maka energi diperoleh dari hasil pemecahan lemak didalam tubuh (Suparyanto, 2010). Kegemukan dapat terjadi bukan hanya karena makanan berlebih, tetapi juga karena aktifitas fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi. Berbagai kemudahan hidup juga menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik, serta kemajuan teknologi di berbagai bidang kehidupan mendorong masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat (Nadilla, 2012). b. Asupan Nutrisi. Berat badan dapat diturunkan dengan mudah dengan cara membatasi asupan nutrisi. Faktor pengali untuk energi yang umum diterima oleh banyak orang adalah 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal, 1 gram protein 4 kkal, dan 1 gram lemak 9 kkal (Suparyanto, 2010). Pola makanan masyarakat perkotaan yang tinggi kalori dan lemak serta rendah serat memicu peningkatan jumlah penderita obesitas. Masyarakat diperkotaan cenderung sibuk, biasanya lebih menyukai mengkonsumsi makanan cepat saji, dengan alasan lebih praktis. Meskipun mereka mengetahui bahwa nilai kalori yang terkandung dalam makanan cepat saji sangat tinggi, dan didalam tubuh kelebihan kalori akan diubah dan disimpan menjadi lemak tubuh (Nadilla, 2012).