BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Widjaja, 2006). Pegawai memiliki peran yang besar dalam menentukan

sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

PROFIL KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMAN 3 PARIAMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perasaan dan pendapat kepada orang lain tanpa menyinggung perasaan orang itu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN UMUR MAHASISWI SEMESTER I DIV KEBIDANAN TAHUN 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kecerdasan Emosional. Kecerdasan emosional dalam Martin (2003:41) ialah kemampuan untuk

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya,

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

Interpersonal Communication Skill

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB II LANDASAN TEORI. atau balasan. (Batson, 1991) Altruisme adalah sebuah keadaan motivasional

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tahun Dalam kaitannya ini menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keberadaan kecerdasan emosional merupakan suatu kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

Emotional Intelligence (EI) Compiled by : Idayustina

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia secara aktif mendorong produktifitas. karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan, menjaga, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight).

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Pengertian Pengambilan Keputusan. Kegiatan ini memegang peranan penting terutama bila manajer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, perusahaan-perusahaan di tuntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menguji apakah kecerdasan emosional (EI) memengaruhi efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya tekanan-tekanan yang harus dihadapi individu dalam lingkungan

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. penting yang dibutuhkan dalam menjaga kepercayaan individu dan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dalam lingkungan sekolah. Dengan memiliki para siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I LATAR BELAKANG. trading diartikan sistem perdagangan secara online yaitu lewat perangkat teknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hasibuan (2007) Byars dan Rue Sutrisno (2009)

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

TINJAUAN PUSTAKA Gaya Kepemimpinan

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Definisi Semangat Kerja Davis & Newstrom (2000) menyebutkan bahwa semangat kerja adalah kesediaan perasaan maupun perilaku yang memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan kerja lebih banyak dan lebih baik. Selain itu semangat kerja juga dianggap sebagai suasana kerja positif yang tedapat dalam suatu organisasi dan terungkap dalam sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk didalamnya lingkungan, kerjasama dengan orang lain yang secara optimal sesuai dengan kepentingan dan tujuan organisasi. Carlaw, Deming & Friedman (2003) menyatakan dengan semangat kerja yang tinggi pegawai akan bekerja dengan berenergi, antusias dan memiliki rasa kebersamaan, sedangkan pegawai yang memiliki semangat kerja yang rendah akan merasa bosan, berkecil hati dan malas dalam melakukan perkerjaan. Danim (2004) mendefinisikan semangat kerja atau kegairahan kerja sebagai kesepakatan batiniah yang muncul dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. 12

Selanjutnya Sastrohadiwiryo (2003) berpendapat bahwa semangat kerja merupakan suatu kondisi mental, atau perilaku individu tenaga kerja dan kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan mendalam pada diri untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Winardi (2004) menjelaskan bahwa semangat kerja merupakan ketiadaan konflik, perasaan senang, penyesuaian pribadi dengan baik, dan keterlibatan ego dalam pekerjaan. Robert Guion (dalam Winardi, 2004) menyatakan semangat kerja merupakan suatu keadaan ketika seseorang merasa puas akan seluruh situasi dalam pekerjaannya. Alexander Leighten (dalam Moekijat, 1989) berpendapat bahwa semangat kerja adalah kemampuan sekelompok orang untuk bekerja sama dengan giat dan konsekuen dalam mengejar tujuan bersama. Hasibuan (2005) mendefinisikan semangat kerja sebagai keinginan dan kesungguhan seseorang untuk melakukan pekerjannya dengan baik dan disiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Pendapat lain dari Moekijat (1989) menyatakan apabila individu merasa baik, bahagia dan optimis dalam melakukan pekerjaannya maka individu tersebut digambarkan memiliki semangat kerja yang tinggi. Sebaliknya apabila individu suka membantah, terlihat aneh, merasa dalam kesulitan serta tidak tenang dalam menjalankan tugas maka individu tersebut memiliki semangat kerja yang rendah. 13

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjukkan kesenangan mendalam terhadap pekerjaannya untuk bekerja dengan giat, disiplin dan bertanggung jawab dalam mencapai tujuan dan prestasi kerja yang lebih baik. 2. Ciri - Ciri Individu yang Memiliki Semangat Kerja yang Tinggi Carlaw, Deming dan Friedman (2003) menjelaskan terdapat 8 ciri yang digunakan untuk mengukur semangat kerja individu, diantaranya adalah: a. Tersenyum dan tertawa Senyum dan tertawa menunjukkan kebahagiaan seseorang dalam bekerja. Walaupun tersenyum dan tertawa tidak ditunjukkan dalam bentuk perilaku, tetapi individu selalu merasa tenang dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya. b. Memiliki inisiatif Seseorang dengan semangat kerja yang tinggi akan memiliki kemauan diri untuk bekerja dan mencapai hal baru walaupun tanpa adanya pengawasan dan perintah atasannya, namun tetap mematuhi aturan yang berlaku. c. Berpikir kreatif dan luas Seseorang dengan pemikiran yang kreatif selalu memiliki ide-ide baru dan tidak mempunyai kesulitan untuk menyalurkan ide-idenya dalam menyelesaikan tugas. Selain itu seseorang yang berpikir kreatif dan luas juga memiliki pandangan yang luas terhadap halhal yang berkaitan dengan pekerjaannya. 14

d. Menyenangi apa yang sedang dilakukan Seseorang akan lebih fokus terhadap pekerjaannya dan tertarik untuk mencari penyelesaian masalah yang berhubungan dengan pekerjaan daripada menujukkan kesulitan selama melakukan pekerjaan. e. Tertarik dengan pekerjaannya Seseorang menaruh minat terhadap pekerjaannya karena sesuai dengan keahlian yang dimiliki dan keinginannya. f. Bertanggung jawab Seseorang dengan semangat kerja yang tinggi selalu bersungguhsungguh untuk bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaannya agar memberikan hasil yang terbaik dalam bekerja. g. Memiliki kemauan bekerja sama Seseorang bersedia untuk bekerja sama dengan orang lain untuk mempermudah atau mempertahankan kualitas kerja. h. Berinteraksi secara informal dengan atasan Seseorang selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan atasan. Hal ini ditunjukkan dengan selalu bertukar pikiran, informasi dan belajar dari pengalaman atasannya. Dengan adanya interaksi yang baik dengan atasan, seseorang akan merasa nyaman tanpa ada rasa takut dan tertekan. 15

Menurt Carlaw, Deming & Friedman (2003) penjelasan di atas merupakan ciri-ciri individu dengan semangat kerja yang tinggi yang digunakan untuk mengukur semangat kerja, sedangkan semangat kerja yang rendah sering ditunjukan oleh perilaku karyawan sebagai berikut: a. Menjadi sangat tenang atau tidak tertarik dengan pekerjaannya b. Tidak bersosialisasi dengan teman sekerja c. Selalu datang terlambat atau pulang lebih awal d. Turnover yang tinggi e. Kurangnya kinerja yang dimiliki karyawan f. Menjadi mudah terganggu dengan pekerjaan yang dilakukan 3. Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja Pattanayak (2002) mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi semangat kerja, yaitu: a. Perasaan kebersamaan Karyawan memiliki rasa saling memiliki dan peduli sesama anggota kelompok kerja. b. Kejelasan tujuan atau objektif yang diraih Karyawan memiliki beban kerja dan tujuan yang jelas. c. Pengharapan keberhasilan terhadap tujuan yang diinginkan Memiliki kepercayaan bahwa pekerjaan dapat dilakukan sesuai tujuan yang diinginkan perusahaan atau organisasi. 16

d. Rasa kerja dalam melaksanakan tugas demi tercapainya tujuan Tugas yang diberikan akan dilaksanakan dengan saling berpartisipasi angtar anggota kelompok kerja. e. Memiliki pemimpin yang memberikan dukungan dan dorongan Pemimpin selalu berhubungan langsung dengan para karyawan dan memberikan motivasi yang membangun serta mengarahkan bawahan agar bekerja lebih produktif. 4. Manfaat Semangat Kerja Yang Tinggi Semangat kerja yang tinggi sangat penting dimiliki oleh seseorang, Carlaw Deming & Friedman (2003) menyatakan dengan semangat kerja yang tinggi dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Peningkatan kepuasan kerja b. Tingkat turnover yang rendah c. Produktivitas kerja yang lebih tinggi d. Mengurangi absensi e. Berkurangnya beban stress yang terkait dengan pekerjaan 17

B. Kecerdasan Emosional 1. Definisi Kecredasan Emosional John Mayer dan Peter Salovey pertama sekali memunculkan istilah kecerdasan emosional pada tahun 1990, kecerdasan emosional dianggap sebagai kemampuan untuk mengenali arti emosi serta digunakan untuk memecahkan permasalahan. Kemampuan ini meliputi kapasitas untuk memahami emosi, perasaan - perasaan yang terkait dengan emosi dan memahami informasi tentang emosi - emosi tersebut dan mengelolanya (Nikolaou, 2002). Yale, Peter Salovey & John Meyer (dalam Martin 2003) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memahami perasaan diri sendiri, berempati terhadap perasaan orang lain dan untuk mengatur emosi yang secara bersamaan berperan dalam peningkatan taraf hidup seseorang. Lebih lanjut, Goleman (1999) menyebutkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati (Ifham & Helmi, 2002). 18

Salovey dan Sluyter (1997) berpendapat kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali emosi, menilai dan menghasilkan emosi yang dapat membantu pikiran, memahami emosi dan arti emosional serta untuk mengatur emosi secara efektif sehingga dapat meningkatkan kemampuan emosi dan pikiran. Davies (dalam Casmini, 2007) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir dan berperilaku seseorang. Martin (2003) menyatakan dalam konteks pekerjaan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dan orang lain rasakan termasuk diantaranya cara tepat untuk menangani masalah. Salovey dan Mayer (dalam Martin, 2003) merangkum kecerdasan emosional menjadi kesadaran diri (self awareness) yaitu kemampuan mengobservasi dan mengenali perasaan yang dimiiliki diri sendiri; mengelola emosi (managing emotions) yaitu kemampuan mengelola emosi termasuk yang tidak menyenangkan secara akurat; memotivasi diri sendiri (motivating one self) yaitu kemampuan mengendalikan emosi guna mendukung pencapaian tujuan pribadi; empati (emphaty) yaitu kemampuan untuk mengelola sensitifitas, menempatkan diri pada sudut pandang orang lain sekaligus menghargainya; menjaga relasi (handling relationship) yaitu kemampuan berinteraksi dan menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain, yang disebut juga sebagai kemampuan sosial atau interpersonal. 19

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam mengatur keadaan emosinya sendiri secara efektif, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain sehingga dapat mencapai tujuan, membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan. 2. Aspek Kecerdasan Emosional Goleman (1999) aspek kecerdasan emosional terdiri dari lima kemampuan, diantaranya adalah : a. Mengenali emosi diri Mengenali emosi diri merupakan kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi dan merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan, sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang akan berakibat buruk dalam pengambilan keputusan masalah. b. Mengelola emosi Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat. Kecakapan mengelola emosi ini merupakan kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri, yang meliputi kemampuan menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, 20

kemurungan atau ketersinggungan. Orang yang buruk dalam kemampuannya mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan, murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemorosotan dalam kehidupan. c. Memotivasi diri sendiri Memotivasi diri merupakan kemampuan menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, serta bertahan untuk menghadapi kegagalan dan frustasi. Orang-orang yang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang dikerjakan. d. Mengenali emosi orang lain Mengenali emosi orang lain yaitu empati atau mengenali emosi orang lain yang dibangun berdasarkan kesadaran diri. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Empati juga mencakup kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai watak orang. 21

e. Membina Hubungan Seni membina hubungan merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain, kecakapan untuk berinteraksi dengan orang lain, kemampuan untuk menjalin hubungan dan bagaimana seseorang menempatkan dirinya dalam suatu kelompok. Orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan sosial dengan orang lain. 3. Dampak Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional memberikan dampak yang positif dan sangat berperan didunia kerja, hal tersebut diantaranya adalah (Martin, 2003) : a. Pada posisi yang berhubungan dengan banyak orang, individu akan lebih sukses dalam bekerja. Hal ini dikarenakan individu lebih berempati, komunikatif dan lebih peka akan kebutuhan orang lain b. Dengan kecerdasan emosional individu tidak akan mudah menyerah dan frustasi namun individu semakin termotivasi dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan c. Berbekal kemampuan komunikasi dan hubungan interpersonal yang tinggi akan membantu individu untuk lebih mudah menyesuaikan diri dan beradaptasi d. Individu akan menanggung stres yang lebih kecil karena terbiasa untuk mengungkapkan perasaan dan mampu dalam memisahkan fakta dan opini. 22

e. Individu menjadi tidak terlalu sensitif dan emosional dan pendapat mereka dianggap selalu obyektif dan penuh pertimbangan. Selain penjelasan diatas, kecerdasan emosional juga memberikan dampak terhadap organisasi, diantaranya adalah (Cherniss & Goleman, 2001) : a. Membantu organisasi dalam merekrut karyawan b. Membantu dalam pengembangan bakat karyawan c. Membantu dalam membentuk kerja sama tim d. Membantu dalam meningkatkan komitmen dan semangat kerja karyawan e. Memberikan Inovasi f. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan g. Meningkatkan efisiensi karyawan 4. Ciri Ciri Kecerdasan Emosional Yang Tinggi dan Rendah Goleman (1995) mengemukakan beberapa karakteristik individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dan rendah, yaitu sebagai berikut : a. Kecerdasan emosional tinggi Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi mampu mengendalikan perasaan marah, memiliki kesabaran dan tidak agresif, berfikir akan akibat terlebih dahulu sebelum bertindak, selalu berusaha, mempunyai daya tahan untuk mencapai tujuan hidup, 23

menyadari perasaan diri sendiri maupun orang lain, mampu mengendalikan perasaan negatif, memiliki konsep diri yang positif, mudah membangun hubungan dengan orang lain, dan dapat menyelesaikan konflik sosial dengan baik dan damai. b. Kecerdasan emosional rendah Ciri individu dengan kecerdasan emosional yang rendah yaitu bertindak mengikuti perasaan tanpa memikirkan akibatnya, pemarah, bertindak agresif, tidak sabar, memiliki tujuan hidup dan cita-cita yang tidak jelas, mudah putus asa, kurang peka akan perasaan diri sendiri dan orang lain, tidak mampu mengendalikan perasaan yang negatif, mudah terpengaruh oleh perasaan negatif, memiliki konsep diri yang negatif, tidak mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, tidak mampu berkomunikasi dengan baik, dan menyelesaikan konflik sosial dengan kekerasan. 24

C. Dinamika Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Semangat Kerja Semangat kerja pegawai merupakan salah satu hal yang penting bagi sebuah organisasi. Sebuah organisasi atau instansi akan mendapat banyak keuntungan apabila mempunyai pegawai dengan semangat kerja yang tinggi. Dengan adanya semangat kerja maka seseorang akan melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan dapat diharapkan selesai dengan lebih cepat dan lebih baik (Nitisemito, 1982). Dengan semangat kerja yang tinggi, tentunya pegawai akan bekerja dengan berenergi, antusias dan memiliki rasa kebersamaan, sedangkan pegawai yang memiliki semangat kerja yang rendah cenderung merasa bosan, berkecil hati dan malas dalam melakukan perkerjaannya (Carlaw, Deming & Friedman, 2003). Turunnya semangat kerja yang dimiliki seseorang akan berdampak pada keterlibatannya terhadap pekerjaan dan organisasinya, yang mana dengan semangat kerja yang rendah diasumsikan dapat menurunkan loyalitas pegawai terhadap organisasinya (Majorsy, 2007) Lebih lanjut, Meyer (2008) berpendapat bahwa tantangan terbesar pada abad ini adalah menciptakan suatu organisasi yang cerdas secara emosional. Memiliki motivasi, empati dan pemberdayaan yang melekat pada setiap kultur dan nilai perusahaan organisasi sehingga dapat terhindar dari segala sesuatu negatif yang dapat menghancurkan semangat kerja pegawai. Dalam menghadapi kondisi demikian dibutuhkan pengelolaan dan pengendalian terhadap berbagai jenis emosi yang dimiliki supaya tidak berdampak negatif bagi kelangsungan hidup perusahaan, untuk dapat mengendalikan dan 25

mengelola emosi tersebut maka dibutuhkan kecerdasan emosional yang tinggi. Selain itu kecerdasan emosional juga menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan semangat kerja seseorang (Wahyuningsih 2014). Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan mengendalikan perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (Shapiro, 1998) Goleman (1999) menyebutkan bahwa terdapat lima aspek kecerdasan emosional diantaranya adalah aspek mengenali emosi diri, yaitu kemampuan mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemudian dilanjutkan dengan aspek mengelola emosi, berarti menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat. Kemampuan mengelola emosi ini merupakan kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri, yang meliputi kemampuan menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan. Aspek yang berikutnya adalah memotivasi diri sendiri, aspek ini berkaitan dengan kemampuan untuk menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, serta bertahan untuk menghadapi kegagalan dan frustasi. Setelah itu, dilanjutkan dengan aspek mengenali emosi orang lain, yang disebut juga dengan empati. Empati mencakup kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai watak orang. Kemudian, aspek yang 26

terakhir, yaitu membina hubungan, aspek ini berkaitan dengan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, kemampuan untuk menjalin hubungan dan bagaimana seseorang menempatkan dirinya dalam suatu kelompok. Dari kelima aspek diatas dapat diketahui bahwa dengan adanya kecerdasan emosional ini, seseorang akan mampu mengendalikan dirinya sendiri dan memotivasi dirinya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan baik, salah satu contohnya adalah akan berdampak positif dengan semangat kerja yang dimiliki oleh seseorang di tempat kerjanya. Semangat kerja seorang pegawai dapat dilihat dari tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki oleh pegawai tersebut yang mana dengan tingkat kecerdasan emosional tinggi akan menimbulkan semangat kerja yang baik, begitu juga sebaliknya kecerdasan emosional yang rendah akan menimbulkan semangat yang kurang baik. Oleh sebab itu, kecerdasan emosional sangat dibutuhkan seseorang ditempat kerja, karena kecerdasan emosional berguna dalam menanamkan kebutuhan untuk memahami perasaan dan emosi serta berguna dalam meningkatkan semangat kerja individu ditempat kerja (Peter, 2013). Berikut dipaparkan beberapa penelitian yang fokus pada kaitan kecerdasan emosional terhadap semangat kerja. As ad (1995) mengungkapkan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi semangat kerja, antara lain faktor fisik, sosial, finansial dan psikologis, yang mana dari ketiga faktor tersebut berhubungan erat dengan tingkat kecerdasan emosional. Hasil penelitian Thomas J. Stanley, Ph.D., yang dibukukan dengan judul The Millionaire Mind membuktikan bahwa kecerdasan emosional, sosial dan spiritual memberikan kontribusi terhadap keberhasilan sebesar 90% dan intelektual hanya 10%. Selain itu Goleman dalam 27

bukunya Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ menyatakan keberhasilan seseorang lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya dan sisanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual (Winarno, 2008). Sementara itu jika dikaitkan langsung dengan semangat kerja, berdasarkan hasil penelitian oleh Wahyuningsih (2014) bahwa terdapat beberapa aspek kecerdasan emosional yang terdiri dari mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain serta membina hubungan, yang mana hal ini menjadi bagian dari pembentukan semangat kerja pegawai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional termasuk aspek-aspek yang ada didalamnya dapat dijadikan sebagai prediktor untuk memprediksi atau mengukur semangat kerja pegawai. Penemuan lainnya dari Shimazu, dkk (2004) juga menyebutkan bahwa individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih baik dalam membina interaksi personal yang positif. Interaksi ini nantinya akan membantu individu dalam meningkatkan semangat diri, semangat orang lain dan berkontribusi bagi individu untuk merasakan kesuksesan personal dan kepuasan kerja. Hasil penelitian dari Dulewicz, dkk (2003) juga menunjukkan hasil yang sama bahwa kecerdasan emosional memiliki korelasi positif dengan semangat dan kehidupan kerja. Selain itu hal yang sama juga dapat dilihat dari hasil penelitian lain yang dilakukan pada Perawat Rumah Sakit Baptis Kediri oleh Astarani (2011), dimana kecerdasan emosional yang tinggi akan menunjukkan etos kerja yang baik dalam bekerja, karena mereka tahu bagaimana caranya mengontrol dan 28

mengarahkan emosi secara baik. Demikian juga sebaliknya jika kecerdasan emosional rendah maka akan menunjukkan etos kerja yang rendah. Hal ini dapat dibuktikan ketika seseorang selalu memikirkan apa yang diinginkan sebelum bertindak, maka mereka akan dengan serius, sepenuh hati dan segenap hati dalam menjalani pekerjaannya, demikian sebaliknya jika seseorang tidak memikirkan sebelum mereka bertindak maka dalam pekerjaannya mereka tidak akan serius dan sepenuh hati. Tidak sampai disitu saja, bahwa kecerdasan emosional juga memiliki pengaruh terhadap kinerja seorang karyawan, yang mana hal ini dapat dilihat dari hasil Penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati & Gani (2014) menyebutkan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan Kopkar PT. Telkom Siporennu Makassar. Artinya semakin tinggi kecerdasan emosional, akan semakin tinggi pula kinerja karyawan. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional, akan semakin rendah pula kinerja karyawan. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, diketahui bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja. Sehingga dapat dikemukakan bahwa kecerdasan emosional ada pengaruhnya dengan semangat kerja, dengan kata lain baik tidaknya kecerdasan emosional akan berpengaruh terhadap semangat kerja. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh langsung kecerdasan emosional terhadap semangat kerja pegawai. 29

D. Hipotesa Penelitian Berdasarkan uraian teoritis diatas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap semangat kerja PNS. Semakin tinggi kecerdasan emosional pegawai, maka akan semakin tinggi semangat kerja yang dimiliki pegawai. Dan sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional yang dimiliki pegawai, maka akan semakin rendah semangat kerja pegawai. 30