BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang

Irawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU

Penyiapan Mesin Tetas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan

BAB II LANDASAN TEORI

III. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN. morfologi. Penilaian dilakukan pada DOD yang baru menetas untuk melihat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tidak memiliki karakterisik disebut ayam kampung (Nataamijaya, 2010). Ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Kualitas Eksterior Telur Tetas Ayam Arab

I. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus Anatinae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

Pengaruh Umur dan Pengelapan Telur terhadap Fertilitas dan Daya Tetas

II. TINJAUAN PUSTAKA. arab dengan ayam buras. Ayam arab mulai dikenal oleh masyarakat kira-kira

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. membentuk beberapa variasi dalam besar tubuh, konformasi, dan warna bulu.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya telur yang menetas dibagi dengan banyaknya telur yang fertil.

Temu Teknis Fungsionat non Penebti 2000 BAGIAN DAN PERLENGKAPAN MESIN TETAS Bagian-bagian dan perlengkapan yang ada pada mesin tetas sederhana dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Itik lokal Indonesia dikenal sebagai keturunan itik Indian Runner yang banyak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas

TINJAUAN PUSTAKA. Kelas: Osteichtyes, Ordo: Perciformes, Famili: Eleotritidae, Genus: Butis

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

PERBANDINGAN FERTILITAS SERTA SUSUT, DAYA DAN BOBOT TETAS AYAM KAMPUNG PADA PENETASAN KOMBINASI

I. PENDAHULUAN. unggas di Sumatera Barat, salah satunya adalah peternakan Itik. Di Nagari Pitalah,

II. TINJAUN PUSTAKA. Kalkun (turkey) adalah jenis unggas darat yang berasal dari kalkun liar yang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa

I. PENDAHULUAN. Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild

PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam

PEMBIBITAN DAN PENETASAN

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

[Pemanenan Ternak Unggas]

PENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan

HATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE OF INCUBATOR HUMIDITY SETTING AT HATCHER PERIOD

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal

[Pengelolaan Penetasan Telur]

EVALUASI TELUR TETAS ITIK CRp (CIHATEUP X RAMBON) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI MINIM AIR SELAMA PROSES PENETASAN

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Umur Telur Tetas Itik Mojosari dengan Penetasan Kombinasi terhadap Fertilitas dan Daya Tetas

II. TINJAUAN PUSTAKA. potensial di Indonesia. Ayam kampung dijumpai di semua propinsi dan di

Pengaruh Umur Induk dan Specific...Netty Siboro PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPESIFIC GRAVITY TERHADAP KARAKTERISTIK TETASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam membuat proses

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Telur itik Pajajaran sebanyak 600 butir. Berasal dari itik berumur 25 35

Struktur Telur. Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman

PENGARUH FREKUENSI PEMUTARAN DAN PEMBILASAN DENGAN LARUTAN DESINFEKTANTERHADAP DAYA TETAS, MORTALITAS DAN BOBOT TETAS AYAM ARAB

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. medium (dwiguna). Tipe petelur memiliki ciri-ciri tubuh ramping, cuping telinga

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

Itik Petelur - Itik Indian Runner (Malaysia dan Cina) - Itik Khaki Cambell (Inggris) - Itik lokal tersebar di Indonesia (Itik Cirebon, Itik Tegal, Iti

Nilai Kualitatif Anak Itik Lokal...Andira Bram Falatansa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

DAYA TETAS TELUR PADA UMUR SIMPAN BERBEDA DI HATCHERY 1 PT. CHAROEN POKPHAND JAYA FARM PEKANBARU

PENGARUH UMUR TELUR TETAS PERSILANGAN ITIK TEGAL DAN MOJOSARI DENGAN PENETASAN KOMBINASI TERHADAP FERTILITAS DAN DAYA

PENGARUH UMUR INDUK ITIK DAN SPECIFIC GRAVITY TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS EMBRIO

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

MANAJEMEN PENETASAN AYAM BROILER DI PT. SUPER UNGGAS JAYA, PASURUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan salah satu jenis unggas air (Waterfolws) dan dikenal dengan nama

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

Pengaruh Konsentrasi Infusa Daun Sirih (Piper betle Linn.).. Chairunnisa Saumi Aripin

PENGARUH BOBOT TELUR TERHADAP FERTILITAS, SUSUT TETAS, DAYA TETAS, DAN BOBOT TETAS TELUR KALKUN

MODUL PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA TERNAK KODE MODUL SMKP3P03BTE

Penelitian ini telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-Maret di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi, dan Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN. perkembangan ayam. Hasil penelitian panjang tubuh anak ayam yang diinkubasi. Tabel 2. Panjang Tubuh Anak Ayam Lokal

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penambahan bentonit pada proses Pelleting

1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Rose (1997), ayam diklasifikasikan ke dalam:

Transkripsi:

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penetasan Penetasan merupakan upaya dalam mempertahankan populasi maupun memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta dapat menghasilkan DOC yang berkualitas baik.penetasan dapat dilakukan baik secara alami maupun buatan.tingkat keberhasilan antara penetasan alami dan penetasan buatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, jika faktor yang berpengaruh pada daya tetastelur penetasan buatan kurang diperhatikan tidak memungkinkan daya tetas pada penetasan buatan yang diharapkan dapat lebih baik maka bisa justru lebih buruk dari penetasan alami. Keberhasilan penetasan buatan tergantung banyak faktor antara lain telur tetas, mesin tetas dan tata laksana penetasan (Suprijatna et al., 2010). Proses penetasan telur secara alami yaitu telur dierami oleh induknya untuk ditetaskan dengan melakukan berbagai persiapan dan perlakuan yang nantinya dibutuhkan oleh telur itu sendiri. Persiapan dan perhatian yang diperlukan untuk penetasan alami adalah sarang pengeraman. Bentuk sarang pengeraman mempengaruhi daya tetas telur (Cahyono, 2007). 2.1.1. Telur tetas ayam Telur tetas merupakan telur yang dapat ditetaskan untuk digunakan sebagai bibit yang baik dalam bidang perunggasan, karena telur tetas termasuk

3 peranan yang penting dalam alur peternakan unggas juga sebagai awal yang menentukan kualitas DOC. Telur tetas adalah telur yang dihasilkan oleh induk ayam yang telah dikawini oleh pejantannya, hal ini memiliki daya tetas yang cukup tinggi (Sudradjad, 1995). Telur yang baik berbentuk oval,bentuk telur dipengaruhi oleh faktor genetis, setiap induk telur berturutan dengan bentuk yang sama, memiliki bentuk yaitu bulat, panjang, dan lonjong. Namun beberapa induk secara kontiniu bertelur dengan bentuk tidak sempurna, yaitu berbentuk benjol-benjol, ceper, bulat pada ujungnya dan sebagainya. Ketidaksempurnaan bentuk yang sama akan ditemukan pada setiap telur yang dihasilkan induk, beberapa diantaranya bersifat genetis dan yang lainya karena ketidaknormalan oviduk (Suprijatna et al., 2010). 2.1.2. Seleksi telur tetas Selama menjalankan manajeman penetasan diperlukan penyeleksian telur tetas, karena jika telur tetas yang tidak sesuai dengan kriteria telur yang dapat ditetaskan/ memiliki daya tetas yang tinggi tetap ditetaskan akan merugikan dan lebih bahayanya akan berdampak ke telur lain yang sesuai kriteria. Telur tetas yang sesuai kriteria dapat ditetaskan / memiliki daya tetas tinggi yaitu: Bentuknya oval, tekstur halus, berukuran sedang, dan cangkang tebal. Bentuk dari telur juga perlu diperhatikan karena juga dapat mempengaruhi bobot tetas, penyerapan suhu pada telur dengan bentuk lancip lebih baik bila dibandingkan dengan telur berbentuk tumpul maupun bulat, hal ini menyebabkan proses metabolisme embrio

4 didalamnya dapat berjalan dengan baik sehingga bobot tetasnya lebih tinggi (North, 1990). Bentuk dari telur juga akan mempengaruhi bobot tubuh DOC, ukuran besar telur berpengaruh pada ukuran besar anak ayam yang baru menetas (Gillespie, 1992). Telur tetas harus berasal dari induk (pembibit) yang sehat dan produktifitasnya tinggi dengan sex ratio yang baik sesuai dengan rekomendasi untuk strain atau jenis ayam, umur telur tidak boleh lebih dari satu minggu, bentuk telur harus normal, sempurna lonjong dan simetris, seragam, berat 35 50 gram (Suprijatna, 2005). 2.2. Persiapan Penetasan 2.2.1. Fumigasi mesin tetas Fumigasi mesin tetas merupakan suatu langkah awal yang penting pada proses penetasan telur untuk mencegah timbulnya penyakit menular melalui penetasan. Fumigasi juga salah satu faktor yang sangat mempengaruhi daya tetas telur, oleh karena itu agar proses penetasan berjalan dengan baik perlu perlakuan fumigasi yang tepat. Daya tetas telur yang mendapat perlakuan fumigasi lebih tinggi dari pada yang tidak (Siregar, 1975). Namun jika jenis desinfektan atau dosisnya terlalu tinggi akan menyebabkan kematian pada embrio, maka dari itu perlu dilakukan pencampuran desinfektan yang sesuai kebutuhan. Bahan yang tepat dipergunakan untuk fumigasi adalah formalin yang dicampur dengan KMnO 4, dengan dosis pemakaian

5 40ml formalin + 20gram KMnO 4 digunakan untuk ruangan bervolume 2,83 m 3 (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). 2.2.2. Fumigasi telur tetas Fumigasi pada telur tetas juga langkah yang penting agar telur terhindar dari bakteri yang bisa mengganggu perkembangan embrio pada proses penetasan. Fumigasi telur sangat penting karena kerabang telur mengandung banyak bakteri maupun parasit karena pada proses penetasan, baik temperatur maupun kelembaban sangat sesuai dengan kebutuhan bakteri dan kapang, sehingga bakteri dan kapang yang hidup pada proses penetasan akan berkembang biak dengan cepat (Mahfudz, L.D., 1998). Fumigasi dilakukan pada saat telur akan diletakan di dalam mesin tetas dengan teknik dan dosis fumigasi yang sesuai, fumigasi telur tetas yang tidak tepat dapat merusak kutikula telur, sehingga penguapan telur dengan densifektan (KMnO 4 sebanyak 17,5 gram dan formalin 40% sebanyak 35 ml) merupakan salah satu cara mengurangi kerusakan kutikula (Srigandono, 1997). Fumigasi yang tidak sesuai juga dapat mempengaruhi pertumbuhan embrio, sehingga perlu pelaksanaan fumigasi telur yang tepat. Diantara penyebab embrio mengalami mati dini yaitu karena penyimpanan telur yang kurang baik, terlalu lama dan dosis fumigasi yang terlalu tinggi (Nuryati, 2002).

6 2.3. Temperatur Mesin Tetas Temperatur mesin merupakan salah satu faktor yang sangat penting pada saat proses penetasan, temperatur yang tidak tepat akan berpengaruh pada rendahnya daya tetas. Telur ayam akan menetas pada penetasan buatan bila tersedia temperatur dalam mesin tetas yang baik pada hari ke 1 sampai ke 18 yaitu 101 o F (38,33 o C) (Paimin, 2012). Setelah hari ke 18 maka masuk ke persiapan penetasan, maka perlu adanya penurunan temperatur pada mesin. Temperatur yang baik pada saat persiapan penetasan yaitu sebaiknya diturunkan suhunya hingga 98,8 o F pada hari ke 19 hingga hari ke 21 (Rahayu et al., 2011). 2.4. Kelembaban Mesin Tetas Kelembaban pada saat inkubasi merupakan salah satu faktor yang penting juga selain dari temperatur yang dapat mempengaruhi lancarnya proses penetasan dan sebagai penyebab tinggi rendahnya daya tetas. Kelembaban pada mesin penetasan yang baik pada hari ke 1 hingga hari ke 18 yaitu 50 60 % (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Kelembaban pada proses penetasan harus diperhatikan agar embrio dalam telur terhindar dari dehidrasi akibat kelembaban yang rendah. Kelembaban juga perlu dinaikan pada saat persiapan penetasan agar DOC tidak dehidrasi. Kelembaban yang baik pada hari ke 19 sekitar 55 60% serta hari ke 20 21 kelembaban sekitar 80% (Rahayu et al., 2011).

7 2.5. Ventilasi Ventilasi yang baik untuk penetasan telur harus sesuai kebutuhan agar sirkulasi udara di dalam mesin berjalan dengan baik, selama proses pengeraman dan penetasan, ventilasi memegang peranan penting sebagai sumber oksigen untuk sirkulasi O2 dan CO2 di dalam mesin. Ventilasi juga menjadi kunci penyeimbang antara kelembaban dan temperatur. Jika ventilasi lancar maka kelembaban bisa berkurang, namun jika ventilasi terhambat maka temperatur mesin akan meningkat (Hartono, 2010). Ventilasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan embrio juga dapat menurunkan daya tetas telur, hal ini dikarenakan embrio memerlukan O 2 dan mengeluarkan CO 2 selama perkembanganya. Apabila gas CO 2 ini terlalu banyak, mortalitas embrio akan tinggi dan menyebabkan daya tetas telurnya rendah (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). 2.6. Pemutaran Telur Pemutaran telur bertujuan untuk meratakan temperatur dan kelembaban pada seluruh permukaan yang diterima telur tetas. Pemutaran sebaiknya dilaksanakan 1 kali setiap jam sehingga dalam sehari terdapat 24 putaran dengan kemiringan 45 o. Dengan pemutaran yang lebih sering maka telur akan lebih cepat menetas (daya tetas) sehingga kandungan air didalamnya tidak akan banyak hilang yang dapat membuat bobot badan DOC meningkat, dan sebaliknya pemutaran yang tidak sering akan membuat telur tidak cepat menetas (daya tetas) dengan baik, sehingga terjadi penguapan yang berlebihan dan kadar air didalam

8 telur akan berkurang yang dapat membuat bobot badan DOC akan berkurang (North, 1990). Pemutaran telur tetas yang baik dapat menghindarkan dari terjadinya penempelan embrio pada kerabang yang diakibatkan oleh temperatur yang tidak merata, pemutaran dilakukan sampai umur 18 hari selama proses pengeraman (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). 2.7. Candling Candling adalah proses peneropongan telur menggunakan cahaya untuk melihat perkembangan embrio dalam telur. Telur infertilakan tampak terang saat candling. Telur yang nampak terang saat proses candling sebenarnya tidak hanya telur infertil saja tetapi juga telur yang embrionya mengalami mati dini, akan tetapi pada proses candling semua telur tampak terang disebut sebagai telur infertil karena penampakannya sama (Nuryati, 2002). Candling dilakukan setelah telur melewati masa kritis pertama. Masa kritis merupakan waktu yang sangat penting dalam proses pembentukan dan perkembangan embrio selama telur ditetaskan. Masa kritis pertama yang terjadi pada hari ke 1 hingga ke 3 setelah telur dimasukkan ke dalam mesin tetas (Sudjarwo, 2012). 2.8. Pull Chick Pull chick adalah proses pengeluaran dan pengumpulan DOC dari mesin hatcher ke ruang pull chick. Pulling the hatch adalah proses pengeluaran dan

9 pengumpulan DOC dari mesin hatcher ke ruangan pull chick pada hari ke 21(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). DOC sebaiknya segera dikeluarkan dari mesin setelah kondisi bulunya sudah kering 95%, kemudian dilakukan seleksi DOC bertujuan untuk mendapatkan anak ayam yang berkualitas baik. Ciri-ciri DOC yang baik yaitu berat badan kurang dari 32 gram, berperilaku gesit, lincah dan aktif mencari makan, kotoran tidak menempel pada dubur, posisi didalam kelompok selalu tersebar, rongga perut elastis, pusar kering tertutup bulu kapas yang halus, lembut dan mengkilap, mata bulat dan cerah (Sudarmono, 2003). 2.9. Daya Tetas Daya tetas adalah persentase jumlah telur yang menetas dari sejumlah telur yang fertile yang ditetaskan (Setiadi, 2000).Daya tetas sangat berpengaruh terhadap kualitas telur tetas, faktor yang mempengaruhi daya tetas adalah dari breeding farm sendiri dan unit penetasan.telur yang baik untuk ditetaskan yaitu masa penyimpanan tidak lebih dari 4 hari. Penyimpanan pada hari ke 4 tidak begitu mengurangi daya tetas telur, akan tetapi waktu penyimpanan lebih dari 4 hari maka daya tetas telur ayam akan turun (Zakaria, 2010). Pemutaran telur juga termasuk hal yang mempengaruhi daya tetas telur. Pemutaran sebaiknya dilaksanakan 1 kali setiap jam sehingga dalam sehari terdapat 24 putaran dengan kemiringan 45 o. Dengan pemutaran yang lebih sering maka telur akan lebih cepat menetas (daya tetas) sehingga kandungan air didalamnya tidak akan banyak hilang yang dapat membuat bobot badan DOC meningkat, dan sebaliknya pemutaran yang tidak sering akan membuat telur tidak

10 cepat menetas (daya tetas) dengan baik, sehingga terjadi penguapan yang berlebihan dan kadar air didalam telur akan berkurang yang dapat membuat bobot badan DOC akan berkurang (North, 1990).