Gambar 4.5. Peta Isopach Net Sand Unit Reservoir Z dengan Interval Kontur 5 Kaki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV UNIT RESERVOIR

Bab III Pengolahan dan Analisis Data

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS FASIES PENGENDAPAN

BAB III ANALISIS FASIES PENGENDAPAN FORMASI TALANG AKAR

ANALISIS FASIES PENGENDAPAN DAN GEOMETRI RESERVOIR X, Y, DAN Z PADA ANGGOTA GITA FORMASI TALANG AKAR, LAPANGAN LOGAN, CEKUNGAN SUNDA

BAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR

BAB 4 KARAKTERISTIK RESERVOIR

BAB III ANALISIS GEOMETRI DAN KUALITAS RESERVOIR

DAFTAR ISI. BAB II GEOLOGI REGIONAL... 9 II.1. Tektonik... 9 II.2. Struktur Geologi II.3. Stratigrafi II.4. Sistem Perminyakan...

IV-15. Bab IV Analisis Asosiasi Fasies

BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN DISTRIBUSI BATUPASIR C

BAB IV PEMODELAN RESERVOAR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III GEOMETRI DAN KARAKTERISASI UNIT RESERVOIR

Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan. 4.1 Data Sampel Intibor

BAB III KARAKTERISASI RESERVOIR

BAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR

I. PENDAHULUAN. Cekungan Asri adalah salah satu cekungan sedimen penghasil hidrokarbon di

BAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI RESERVOIR FORMASI BANGKO B

(Gambar III.6). Peta tuning ini secara kualitatif digunakan sebagai data pendukung untuk membantu interpretasi sebaran fasies secara lateral.

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

Gambar 3.21 Peta Lintasan Penampang

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB V ANALISIS STRATIGRAFI SEKUEN, DISTRIBUSI DAN KUALITAS RESERVOIR

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB IV STUDI BATUPASIR NGRAYONG

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. BAB I - Pendahuluan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Peta Kontur Isopach

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

6.1 Analisa Porositas Fasies Distributary Channel

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB III PEMODELAN RESERVOIR

BAB I PENDAHULUAN. lebih tepatnya berada pada Sub-cekungan Palembang Selatan. Cekungan Sumatra

IV.2 Pengolahan dan Analisis Kecepatan untuk Konversi Waktu ke Kedalaman

BAB I PENDAHULUAN. Analisis fasies dan evaluasi formasi reservoar dapat mendeskripsi

Foto 4.9 Singkapan batupasir sisipan batulempung

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV SIKLUS SEDIMENTASI PADA SATUAN BATUPASIR

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab III Analisis Stratigrafi Sikuen

Bab III Geologi Daerah Penelitian

4.2 Pembuatan Kolom Stratigrafi Pembuatan kolom stratigrafi (Lampiran F) dilakukan berdasarkan atas

Raden Ario Wicaksono/

DAFTAR ISI. SARI... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xvi BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv. SARI...v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI...

BAB III GEOLOGI DAERAH LEPAS PANTAI UTARA MADURA

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Bab III Pengolahan Data

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB IV METODE DAN PENELITIAN

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk

PEMODELAN RESERVOAR PADA FORMASI TALANG AKAR BAWAH, LAPANGAN YAPIN, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertamina EP yang berada di Jawa Barat (Gambar 1.1). Lapangan tersebut

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK

BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI Tektonostratigrafi Formasi Talang Akar (Oligosen-Miosen Awal)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini diperlukan uraian mengenai objek dan alat alat yang

STUDI FASIES PENGENDAPAN FORMASI BAYAH DAN FORMASI BATUASIH DAERAH PASIR BENDE, PADALARANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT, JAWA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab IV Analisis Data. IV.1 Data Gaya Berat

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

Ciri Litologi

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Rani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010

Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen

ANALISIS FASIES LAPISAN BATUPASIR G-4, I-20 DAN I-15 BERDASARKAN DATA WIRELINE LOG DAN DATA SEISMIK PADA LAPANGAN DK, CEKUNGAN KUTEI, KALIMANTAN TIMUR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

Gambar 4.5. Peta Isopach Net Sand Unit Reservoir Z dengan Interval Kontur 5 Kaki Fasies Pengendapan Reservoir Z Berdasarkan komposisi dan susunan litofasies, maka unit reservoir Z merupakan fasies tidal distributary channel. Asosiasi fasies tersebut tersusun oleh batupasir sedang - kasar berwarna coklat terang - coklat gelap pada bagian bawah dan kemudian berubah secara berangsur menjadi batupasir sangat halus - halus berwarna coklat terang - coklat gelap pada bagian atasnya dengan tingkat kekompakan butiran semakin meningkat ke arah atas. Jika dihubungkan dengan model pengendapan pada Estuarine Environment Model berdasarkan Dalrymple, 1992, maka dapat diinterpretasikan bahwa asosiasi fasies ini berada pada Upper Estuarine. - 50 -

4.3.2. Unit Reservoir Y Analisis fasies pengendapan pada interval reservoir Y hanya didasarkan pada karakteristik log (elektrofasies) karena pada unit reservoir Y tidak memiliki data batuan intibor. Berdasarkan log gamma ray, asosiasi fasies pada unit reservoir Y memperlihatkan karakteristik atau pola yang sama dengan unit reservoir Z yaitu motif bell-shape yang mengindikasikan fasies tidal distributary channel dengan nilai gamma ray (GR) rendah (14 18 GAPI) pada kedalaman 5245 TVDSS 5252 TVDSS dengan ketebalan ± 7 kaki (Gambar 4.6.). Karakteristik log tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai dasar pendekatan elektrofasies untuk asosiasi fasies tidal distributary channel pada sumur-sumur yang tidak memiliki data batuan intibor. Porositas rata-rata dari reservoir yaitu sebesar 25%. GR 0 SP 150-80 20 Resistivity 0.2 20 NPHI 0.6 RHOB 0 1.7 2.7 Gambar 4.6. Letak Unit Reservoir Y Pada Data Log di Kedalaman 5245 TVDSS Data seismik menunjukkan pola refleksi yang relatif kontinyu. Kontinuitas refleksi tersebut menunjukkan konsistensi kemenerusan lateral refleksi Penelusuran horizon pada data seismik dilakukan pada horizon yang mendekati top reservoir Y yang memiliki refleksi relatif kuat dan menerus secara lateral. Pada peta struktur kedalaman top reservoir Y menunjukkan tinggian berada pada bagian selatan dan relatif berarah baratlaut-tenggara dengan kedalaman yang semakin bertambah ke arah utara dan baratlaut. Struktur geologi yang berkembang umumnya didominasi oleh sesar-sesar normal berarah utara-selatan - 51 -

litostratigrafi) baratlaut-tenggara, relatif tidak berkembang. Ketebalan fasies tidal distributary channel semakin ke arah baratlaut relatif semakin berkurang atau menipis. Pada penampang stratigrafi (korelasi litostratigrafi) baratlaut-tenggara II, fasies tidal distributary channel (reservoir Y ) hanya berkembang baik serta relatif menerus di bagian tengah. Sedangkan di sebelah tenggara, juga berkembang tetapi tidak menerus karena adanya perubahan fasies (Lampiran 5). Pada penampang stratigrafi (korelasi litostratigrafi) barat-timur di sebelah barat, fasies tidal distributary channel (reservoir Y ) berkembang baik serta relatif menerus, tetapi semakin ke arah tengah hanya reservoir Z yang berkembang serta relatif menerus. Pada bagian tengah, relatif tidak berkembang. Sedangkan yang berkembang baik serta relatif menerus di sebelah timur hanyalah reservoir Z (Lampiran 5). Ketebalan Net Sand dan Posisi Reservoir Y di Kedalaman Berdasarkan data log yang tersedia, maka ketebalan net sand pada masingmasing sumur dapat dihitung seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini (Tabel 4.2.) : Sumur Ketebalan Net Sand (Kaki) Kedalaman (TVDSS) Logan 08 0 - Logan 06 7 5245-5252 Logan 10 0 - Logan 12 0 - Logan 01 0 - Logan 03 15 4943-4958 Logan 04 22 4752-4774 Logan 14 10 4900 4910 Logan 02 15 5094-5109 Logan 07 0 - SW Logan A-03 0 - SW Logan A-06st 0 - SW Logan A-05 50 4801 4851 SW Logan A-08st2 7 4780-4787 - 53 -

SW Logan A-02 0 - SW Logan A-06 0 - SW Logan A-09 32 4868-4900 Tabel 4.2. Data Kedalaman dan Ketebalan Net Sand Unit Reservoir Y Geometri dan distribusi reservoir menunjukkan pola asosiasi fasies tidal distributary channel. Pada peta ini terlihat dengan jelas adanya pola penyebaran umum tidal distributary channel yang relatif berarah baratlaut-tenggara (Gambar 4.8.). Arah aliran atau sumber sedimen dari fasies tidal distributary channel ini diperkirakan berasal dari arah baratlaut menuju tenggara atau dari arah utara menuju selatan. Gambar 4.8. Peta Isopach Net Sand Unit Reservoir Y dengan Interval Kontur 5 Kaki - 54 -

Fasies Pengendapan Reservoir Y Karena berdasarkan karakteristik log gamma ray reservoir Y serupa dengan karakteristik log gamma ray reservoir Z, maka dapat diinterpretasikan bahwa asosiasi fasies pada unit reservoir Y mengindikasikan fasies tidal distributary channel. Sama halnya dengan unit reservoir Z, jika dihubungkan dengan model pengendapan pada Estuarine Environment Model berdasarkan Dalrymple, 1992, maka dapat diinterpretasikan bahwa asosiasi fasies ini berada pada Upper Estuarine. 4.3.3. Unit Reservoir X Reservoir X teridentifikasi pada batuan intibor Sumur Logan 06 di kedalaman 5126 TVDSS 5139 TVDSS. Reservoir X tersusun oleh litofasies Sr, Sf, dan Sp dengan ketebalan asosiasi fasies ± 13 kaki. Berdasarkan log gamma ray, asosiasi fasies ini cenderung memperlihatkan motif pola log cylindrical dengan nilai gamma ray (GR) rendah (10 22 GAPI) (Gambar 4.9.). - 55 -

GR 0 SP 150-80 20 Resistivity 0.2 20 NPHI 0.6 RHOB 0 1.7 2.7 Reservoir X Batupasir, coklat terang, sisipan karbon, pasir halus hingga sedang, matriks lempung, non karbonatan, terpilah sedang, membundar tanggung, kemas tertutup, porositas sedang, mineral mafik, struktur sedimen berupa flaser, current ripples, kompak - getas. Batupasir, coklat gelap hingga terang, sisipan karbon, pasir sedang hingga kasar, matriks lempung, non karbonatan, terpilah sedang hingga buruk, membundar tanggung, kemas terbuka, porositas sedang, mineral mafik, struktur sedimen berupa flaser, lapisan silang siur sejajar, getas. Gambar 4.9. Letak Interval Batuan Intibor Unit Reservoir X Pada Data Log di Kedalaman 5126 TVDSS Karakteristik log tersebut di atas digunakan sebagai dasar pendekatan elektrofasies untuk asosiasi fasies tidal sand bar pada sumur-sumur yang tidak memiliki data batuan intibor. Porositas rata-rata dari reservoir yaitu sebesar 19.5%. Berdasarkan analisis petrografi yang dilakukan oleh PT Robertson Utama Indonesia pada tahun 2001, pada interval reservoir X di kedalaman 5126 SSTVD menunjukkan litologi berupa Quartz Arenite Sandstone (Gambar 4.10). - 56 -

Gambar 4.10. Gambar Sayatan Tipis Pada Interval Reservoir X di Kedalaman 5126 SSTVD (PT Robertson Utama Indonesia, 2001) Data seismik menunjukkan pola refleksi yang relatif kontinyu. Kontinuitas refleksi tersebut menunjukkan konsistensi kemenerusan lateral refleksi Penelusuran horizon pada data seismk dilakukan pada horizon yang mendekati top reservoir X yang memiliki refleksi relatif kuat dan menerus secara lateral (Gambar 4.11). - 57 -