BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari, mempunyai permasalahan seperti usia petani, tingkat pendidikan rendah, tingkat keterampilan masih terbatas, produktifitas dan tingkat pendapatan rendah, adanya sikap mental yang kurang mendukung dan masalahmasalah lainnya. Permasalahan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat petani pedesaan yang satu sama lain saling berkaitan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk pembangunan sektor pertanian adalah dengan penerapan teknologi. Adapapun teknologi tersebut disalurkan melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Untuk mempercepat laju pembangunan pertanian, kegiatan penyuluhan sangat penting. Dengan adanya kegiatan penyuluhan diharapkan para petani mempunyai persepsi positif terhadap suatu teknologi, kemudian dengan persepsi positif petani bersedia mengubah sikap dan perilaku untuk melakukan usahatani sesuai anjuran teknologi. Kesediaan petani untuk menerima ataupun menolak teknologi pada umumnya didasari oleh keadaan faktor sosial ekonomi petani, diantaranya faktor usia petani yang sudah tua cenderung melakukan usahatani yang dilakukan secara turun temurun dan petani yang berusia muda cenderung mengikuti teknologi dan mencoba hal-hal baru, tingkat pendidikan petani yang tinggi akan cepat melakukan teknologi daripada petani yang berpendidikan rendah, petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada
petani dengan luas lahan yang sempit, hal ini dikarenakan keefisienan penggunaan sarana produksi, petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan teknologi, dikarenakan pengalaman lebih banyak sehingga sudah bisa membuat perbandingan dalam mengambil keputusan, dan petani yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada petani dengan tingkat pendapatan rendah. Penerapan teknologi terutama perlu difokuskan untuk tanaman pangan yaitu padi sawah mengingat beras adalah makanan pokok di indonesia. Penyediaan pangan, terutama beras, dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Selain merupakan makanan pokok untuk lebih dari 95% rakyat Indonesia, padi juga telah menyediakan lapangan kerja bagi rumah tangga petani pedesaan. Dari beberapa sub sektor pertanian yang ada, pertumbuhan di sektor tanaman pangan paling kecil, yaitu sekitar 2,1% per tahun. Hal ini terjadi pada subsektor tanaman padi. Pertumbuhan subsektor tanaman padi hanya 0,2% pertahun. Padi merupakan makanan pokok bangsa indonesia. Pertumbuhan ini tentunya tidak seimbang dengan tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia yang cukup tinggi. Dampak dari ketidakseimbangan pertumbuhan subsektor tanaman padi dengan pertumbuhan penduduk adalah indonesia menjadi negara pengimpor beras. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) produksi padi di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimatan berturut-turut sebesar 28,47 juta ton; 11,25 jta ton;4,8 juta ton dan 2,7 juta ton. Total produksi keempat pulau tersebut yaitu 47,22 juta ton.
Pada tahun 2000 hingga 2010, menurut BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Sumatera Utara 2011, terjadi peningkatan luas panen dan juga produksi padi sawah di Sumatera Utara. Secara umum perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah dapat dilihat di tabel 1 berikut ini: Tabel 1.Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 Tahun Luas Panen(Ha) Produksi (Ton) Produktivitas(Kw/ha) 2000 766.194 3.310.814 43,21 2001 728.844 3.110.615 42,68 2002 695.907 2.981.889 42,85 2003 742.280 3.195.515 43,05 2004 744.947 3.214.782 43,15 2005 743.813 3.240.209 43,56 2006 652.531 2.870.944 44,00 2007 690.640 3.107.570 45,00 2008 696.722 3.189.758 45,78 2009 718.583 3.382.066 47,07 2010 702.308 3.422.264 48,73 Sumber:BPS Provinsi Sumatera Utara, 2011 Produksi padi sawah Sumatera Utara selama periode 2000-2010 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 0,19 persen per tahun. Peningkatan ini disebabkan bertambahnya produksi padi sawah dengan rata-rata 0,33 persen per tahun. (BPS Provinsi Sumatera Utara, 2011). Pertumbuhan produksi padi sawah yang meningkat tersebut tidak lepas dari salah satu peran input produksi yaitu pupuk. Pemupukan memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan produksi pertanian khususnya tanaman pangan. Di beberapa tempat, tanaman pangan seringkali tidak mampu berproduksi dengan baik tanpa adanya pemupukan. Dengan pemupukan yang tepat, produksinya dapat dilipatgandakan. Meskipun demikian, petani masih mengalami masalah dalam pengadaan input produksinya. Masalah-masalah itu diantaranya, penggunaan pupuk yang
tidak sesuai anjuran yang berakibat menurunnya kesuburan tanah kaeana penggunaan pupuk yang berlebih sehingga menrurunkan produksi, ketersediaan dan pemalsuan input produksi, pencabutan subsidi pupuk oleh pemerintah dan tingginya harga pupuk melebihi standar gabah. Ketiga masalah ini menjadi masalah besar bagi petani yang rata-rata memiliki skala usaha yang kecil. Kasus kenaikan harga pupuk diikuti naiknya harga saprodi lain mengakibatkan Indonesia ketergantungan pada dunia luar dalam mencukupi kebutuhan pangan Kelebihan dosis penggunaan pupuk dapat menimbulkan rendahnya efektivitas dan efisiensi biaya produksi dan kerusakan lingkungan, akibatnya kenaikan produktivitas akan semakin menurun sehingga pendapatan petani dalam berusahatani padi kurang maksimal. Selain itu, penggunaan pupuk yang melebihi dosis yang direkomendasikan oleh pemerintah akan mengakibatkan ketidakseimbangan unsur hara dan juga kelangkaan pupuk dikemudian hari. Kekurangan atau kelebihan penggunaan pupuk akan mengganggu pertumbuhan dan menghambat produksi. Karena itu perlu suatu acuan dosis pemupukan yang disesuaikan dengan kondisi dan unsur hara tanah. Untuk itu pemerintah mengeluarkan suatu rekomendasi pemupukan. Rekomendasi ini dikeluarkan untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil padi, meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan tanah dan menghindari pencemaran lingkungan. Rekomendasi pemupukan merupakan salah satu cara yang dilakukan dalam menentukan dosis, cara, waktu yang tepat dalam memupuk dengan membuat suatu rancangan yang meliputi jenis, dosis, dan cara pemupukan pada tanaman. Sampai saat ini rekomendasi pemupukan di Sumatera Utara adalah sangat umum. Sehingga dengan adanya dosis pupuk yang tepat nantinya maka
petani akan dapat melakukan penghematan terhadap pupuk, disamping adanya kelangkaan pupuk. Di Kabupaten Deli Serdang, pemerintah menetapkan jumlah penggunaan pupuk untuk padi sawah di tiap kecamatan. Adapun acuan rekomendasi pupuk untuk Kecamatan Beringin dapat dilihat pada tabel 2. Tabel2. Acuan Rekomendasi Pupuk Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Acuan Rekomendasi Pupuk (kg/ha) Urea SP-36 KCL NPK Organik 250 100 50 100 100 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2011 Jumlah penggunaan pupuk untuk padi sawah di tingkat desa antara lain 250kg/ha Urea, 100 kg/ha SP-36, ZA 50 kg/ha, NPK 100 kg/ha dan pupuk Organik 100 kg/ha. Petani di daerah penelitian menghadapi beberapa masalah dalam pelaksanaan usahataninya. Masalah yang utama adalah tingginya harga pupuk, khususnya pupuk urea. Petani selalu dihadapkan pada masalah tingginya harga pupuk. Tingginya harga pupuk dapat mengurangi penggunaan pupuk sehingga dapat menurunkan produksi dan produktivitas usahatani petani. Dengan pertimbangan diatas,maka penulis merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang,maka di rumuskan permasalahan utama dalam bentuk pertanyaan(research question) sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usaha tani padi sawah di daerah penelitian? 2. Apakah faktor-faktor sosial ekonomi (Umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani, dan tingkat pendapatan) mempengaruhi petani dalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usaha tani padi sawah di daerah penelitian? 3. Masalah-masalah apa saja yang di hadapi petanidalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran dan upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usahatani padi sawah di daerah penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usaha tani padi sawah di daerah penelitian 2. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor sosial ekonomi (Umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani,dan tingkat pendapatan) mempengaruhi petani dalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui masalah-masalah dalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalahmasalah dalam penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usaha tani padi sawah di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan penelitian Kegunaan dari penelitian ini antara lain: 1. Sebagai bahan informasi untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan usahatani padi sawah, sehingga dapat memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang dialami petani selama menjalankan usaha taninya. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi pemerintah terkait dalam membuat kebijakan dalam usaha meningkatkan hasil pertanian. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak pihak yang membutuhkan dan yang ingin meneruskan penelitian ini di masa mendatang.