BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 2 SERI E

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat lepas dari dua peristiwa penting dalam kehidupannya

SUGIYANTO UTOMO, 2015 RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

PEMBERITAHUAN KEPADA SELURUH AHLIWARIS TPU TANAH KUSIR

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

Rendra Suprobo aji

MEMORIAL PARK & FUNERAL HOMES DI MOJOSONGO SURAKARTA

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

6.1.1 Hasil Analisis RTH pada Kabupaten Mimika. b. Hasil perhitungan berdasarkan status kepemilikan RTH eksisting: ha dengan pembagian:

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Tempat Pemakaman Umum biasa disingkat TPU merupakan kawasan. tempat pemakaman yang biasanya dikuasai oleh pemerintah daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil KTT bumi di Rio de Janeiro (1992) dan Johannesburg

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

- 1 - NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMAKAMAN DAN PENGABUAN JENAZAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

Pembangunan (Jakarta: Universitas Trisakti,2005), hal Dalam Penjelasan Pasal ayat 5 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang. bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri.

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penentuan Lokasi Makam Umum di Kota Kediri

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DI KOTA JAYAPURA

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Pola (Pemanfaatan) Ruang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

Identifikasi Permasalahan Tempat Pemakaman Umum di Kota Bandar Lampung

BAB III PRAKTIK KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik,

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat yang dapat berjalan seimbang di segala bidang dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ESTIMASI KEBUTUHAN LAHAN PEMAKAMAN DI KOTA BANDA ACEH

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

Pelayanan Pemakaman Meliputi : Potensi :

PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk membuat bertambahnya aktivitas dalam suatu ruang. Pertambahan penduduk yang disebabkan oleh tingginya angka kelahiran dan rendahnya kematian, serta semakin banyaknya pendatang menetap dalam wilayah tersebut memberi konsekuensi akan perlunya peningkatan pelayanan sarana prasarana publik di wilayah itu. Di sisi lain, pertambahan jumlah penduduk ini, tidak diikuti dengan bertambahnya ruang yang jumlahnya cenderung tetap. Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan kota wisata menjadi daya tarik masyarakat luar kota untuk menetap di kota Yogyakarta, baik itu menetap sirkuler maupun permanen. Sedangkan luas wilayah Kota Yogyakarta yang tetap, menjadikan Kota Yogyakarta sebagai salah satu kota di Indonesia dengan kepadatan yang sangat tinggi yakni 12.390 jiwa/km 2 (Sumber: Analisis penulis, 2014). Dengan kondisi itu, tentunya menjadi suatu tantangan tersendiri bagi perencana dalam merencanakan kota guna memenuhi kebutuhan penduduk didalamnnya. Salah satu dampak dari perkembangan kota ini ialah bertambahnya angka konversi lahan dari lahan hijau menjadi lahan pemukiman, industri dan perdagangan. Sehingga tidak jarang dalam suatu kota memiliki jumlah ruang terbukanya semakin berkurang. Ruang terbuka yang terdiri dari ruang terbuka hijau dan non hijau ini merupakan bentuk upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan penyediaan sarana publik kepada masyarakat, termasuk dalam ruang terbuka hijau ini diantaranya taman, sempadan sungai, hutan kota dan makam. Makam sebagai salah satu sarana perkotaan yang sangat penting, cenderung terabaikan keberadaannya. Budiharjo (1999) menegaskan bahwa makam sebagai komponen utama dalam siklus kehidupan kota harus dipertahankan keberadaannya yang tidak bisa ditawar ditengah tengah kehidupan perkotaan. 1

Keberadaan makam memiliki nilai penting baik bagi yang telah meninggal maupun yang masih hidup. Bagi jenazah, dalam kebudayaan Jawa, makam sebagai salah satu rantai proses perjalanan manusia, yaitu tempat tinggal setelah kematian (Bappeda, 2013). Sedangkan bagi yang masih hidup, makam membuat kita mengetahui silsilah keluarga kita (Francis D, dkk; 2000) dan sebagai upaya membuat kita ingat akan kematian, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: berziarahlah ke makam, karena dapat mengingatkan kalian akan kematian (Hadits riwayat Ahmad, Muslim dan Ash-habus-sunan kecuali Tirmidzi dalam Sabiq, 2013). Tempat pemakaman merupakan salah satu fasilitas sosial yang bersifat kultural, hal ini ditunjukkan dengan adanya pola tradisi dan agama yang dianut masyarakat dalam menguburkan jenazah yang sudah meninggal ke dalam tanah yang terus dipertahankan. Berdasarkan SNI tahun 2004 tentang Perencanaan Perumahan Kota, setiap kawasan berpenduduk 120.000 jiwa seharusnya memiliki minimal 1 ruang terbuka yang berfungsi sebagai pemakaman dengan luas yang tidak ditentukan. Namun realitanya banyak kota kota di Indonesia, khususnya Yogyakarta, mengalami defisit pemakaman baik yang disebabkan karena kapasitas makam yang hampir penuh serta lahan makam yang semakin berkurang dikarenakan konversi lahan. Makam selain sebagai fasilitas sosial dan umum, juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau mengalami penurunan fungsi terutama sebagai daerah resapan air. Hal ini disebabkan karena banyak makam yang masih menggunakan perkerasan beton didalamnya dan kurangnya vegetasi di dalam area makam. Selain itu kondisi makam yang kurang tertata dan terawat menyebabkan kesan makam yang kumuh dan hal ini mempengaruhi kondisi lingkungan sekitarnya. Kematian sebagai proses kehidupan, tidak dapat diprediksi kedatangannya oleh manusia, sehingga sudah selayaknya pemerintah sebagai pelayan masyarakat menyediakan petak makam yang diperlukan oleh masyarakat. Namun terbatasnya lahan dan terus bertambahnya jumlah penduduk membuat harga tanah di kota semakin mahal dan upaya penambahan lahan makam semakin sulit dilakukan. Di sisi lain, kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki banyak penduduk usia 2

produktif, cenderung memiliki angka kematian yang kecil yakni 0.7% dari tahun 2009-2013 (Sumber: analisis penulis, 2014). Namun kondisi ini memberi kita gambaran bahwa dengan angka kematian yang kecil tersebut, apabila saat ini belum bisa terpenuhi lahannya maka bisa dibayangkan tahun tahun mendatang dengan kebutuhan lahan makam semakin meningkat seiring jumlah usia produktif saat ini yang tinggi yang menyebabkan peningkatan angka kematian pula. Dari gambaran kondisi diatas, dapat disimpulkan bahwa makam merupakan salah satu masalah khusus bagi perkotaan. Hal ini dikarenakan lahan makam yang bersifat permanen dan telah ada dalam waktu yang lama. Itu sebabnya dalam memberi solusi terhadap pemakaman ini, peran perencana dalam merencanakan kota di tuntut untuk bisa melihat prospek makam kedepannya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang Karakteristik Pemakaman Kota Yogyakarta dan Prospeknya sebagai bentuk mengevaluasi kondisi saat ini dan memberi gambaran prospek makam di masa depan. 1.2. Pertanyaan Penelitian Setelah memahami permasalahan yang ada di wilayah amatan, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kondisi pemakaman di Kota Yogyakarta saat ini? 2. Seperti apakah prospek pemakaman Kota Yogyakarta di masa depan? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini ialah: a. Mengevaluasi kondisi eksisting pemakaman di Kota Yogyakarta. b. Menjelaskan prospek pemakaman Kota Yogyakarta di masa depan. 1.4. Hipotesis Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan hipotesis peneliti bahwa kapasitas makam di Kota Yogyakarta sudah hampir penuh dan tidak mampu menampung warganya yang meninggal. Untuk itu penelitian ini akan menghitung kapasitas pemakaman di Kota Yogyakarta untuk sekian tahun ke depan (5, 10 dan 15 tahun mendatang dengan asumsi tahun perencanaan secara umum). 3

1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat: 1. Sebagai informasi mengenai kondisi eksisting pemakaman di Kota Yogyakarta 2. Sebagai masukan bagi pemerintah kota terhadap prospek pemakaman yang memungkinkan di Kota Yogyakarta di masa depan. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup areal, penelitian ini mengambil lokasi di Kota Yogyakarta yang terdiri dari 14 kecamatan dan 45 kelurahan dengan luas area sebesar 32.50 KM 2. Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian Sumber: BAPPEDA, 2014 4

2. Ruang lingkup substansi, yakni berfokus pada lahan pemakaman yang terdapat di kota Yogyakarta dengan batasan pengamatan pada pengelolaan tanah pemakaman diantaranya tempat pemakaman umum dan makam desa. 1.7. Keaslian Penelitian Adapun penelitian yang berkaitan dengan penelitian penulis diantaranya penelitian tentang kajian pola spasial dan dampak normatif keberadaan lahan pemakaman umum di perkotaan studi kasus kota Yogyakarta oleh Mutaali (1998) di fakultas Geografi UGM. Dalam penelitiannya, peneliti mengkaji pola ruang lokasi pemakaman dalam struktur ruang kota kedalam pusat kota, transisi kota dan pinggiran kota. Riyadi (2005) yang merupakan mahasiswa Geomatika UGM juga meneliti tentang pemakaman di Kota Yogyakarta dengan judul sistem pendukung keputusan berbasis SIG untuk pengelolaan tempat pemakaman di wilayah perkotaan studi kasus Kota Yogyakarta. Dalam penelitiannya, penulis menentukan lokasi pemakaman baru dengan menggunakan analisis GIS dan ILWIS. Terdapat pula penelitian eksistensi TPU (Tempat Pemakaman Umum) yang berlokasi kota Jakarta Pusat Penelitian oleh Apriyanto (2006). Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan lahan TPU yang dikelola Pemkot. Dari hasil penelitiannya dapat dikemukakan bahwa adanya perbedaan tingkat efisiensi pemanfaatan lahan baik itu secara fisik dan preferensi masyarakat. Adapun factor factor yang memepengaruhi tingkat pemanfaatan lahan TPU diantaranya aksesibilitas, aspek social budaya, kelembagaan dan penerapan terhadap Perda No 2 tahun 1992. Selain itu pada penelitian ini juga di tunjukkan bahwa tingkat tekanan pemanfaatan lahan TPU berbeda antara satu kawasan dengan kawasan lainnya tanpa mengikut prinsip teori Von Thunen. Selain itu penelitian tentang makam juga pernah dilakukan oleh Yuliva (2008). Pada penelitian ini penulis mengangkat judul tentang persepsi stakeholders terhadap eksistensi komersialisasi makam kota kasus: San Diego Hills Memorial Park & Funeral Homes Karawang Jawa Barat. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa adanya keterbatasan lahan TPU di Kota Jakarta 5

berpengaruh terhadap bisnis komersialisasi makam di pinggiran kota dan kaitannya dengan pemahaman stakeholder terhadap eksistensi pemakaman San Diego Hills ini. Penelitian tentang pemakaman juga dilakukan oleh Sinapoy (2013) tentang evaluasi kebijakan lahan pemakaman di DKI Jakarta. Penelitian ini berfokus pada upaya mengkaji kebijakan tentang pemakaman di DKI. Hasil dari penelitian ini mengevaluasi perda tentang pemakaman, mentipologikan TPU berdasarkan letak, lokasi dan jenisnya serta menghitung adanya ketimpangan antara kebutuhan dengan ketersediaan lahan pemakaman di saat ini dengan proyeksi masa depan. Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai Karakteristik Pemakaman Kota Yogyakarta dan Prospeknya belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh sebab itu, peneliti berkesempatan mengangkat penelitian ini sebagai bagian dari syarat kelulusan S1 ini. 1.8. Sistematika Penelitian Penelitian ini ditulis dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut: 1. BAB I yaitu Pendahuluan, terdiri dari latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan. 2. BAB II yaitu Tinjauan Pustaka, terdiri dari tinjauan pustaka tentang kematian, fasilitas sosial, prospek pemakaman serta landasan teori. 3. BAB III yaitu Metode Penelitian, terdiri dari pendekatan penelitian, unit amatan dan unit analisis, metode pengumpulan data, metode analisis data serta variabel dan nilai. 4. BAB IV yaitu Deskripsi Lokasi Penelitian, terdiri dari gambaran umum Kota Yogyakarta serta pemakaman Kota Yogyakarta. 5. BAB V yaitu Hasil dan Pembahasan, terdiri dari karakteristik pemakaman, kapasitas pemakaman, prospek pemakaman serta temuan penelitian. 6. BAB VI yaitu Kesimpulan dan Saran, terdiri dari kesimpulan penelitian dan saran terhadap penelitian berikutnya. 6