TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

Bab 4 P E T E R N A K A N

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

PENDAHULUAN. sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara.

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator)

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja.

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN JAWA TENGAH TAHUN 2014

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial. Hal tersebut tidak

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

PENGANTAR. Latar Belakang. andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama daging.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. baik bagi anak mamalia yang baru dilahirkan (Prihadi dan adiarto, 2008).

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan

PENDAHULUAN. satu ternak penghasil daging yang sifatnya jinak dan kuat tetapi produktivitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengelolaan usahatani pada hakikatnya akan dipengaruhi oleh prilaku petani yang mengusahakan. Perilaku tersebut tergantung dari banyak faktor, diantaranya: watak, suku, dan kebangsaan dari petani itu sendiri, tingkat kebudayaan bangsa dan masyarakatnya, dan juga dari kebijaksanaan pemerintah (Tohir, 1991). Posisi ternak dalam budidaya terdiri atas tiga manfaat utama, yakni sebagai sumberdaya, ternak sebagai komoditas dan ternak penghasil produk. Ternak sebagai sumberdaya dapat diibaratkan setara dengan sumberdaya alam seperti seperti lahan dan air merupakan sumber turunan produksi (Yusdja dan Ilham, 2006). Ternak sebagai komoditas, adalah sekelompok ternak yang dihasilkan dari turunan ternak sumberdaya melalui suatu perkawinan tertentu atau kelompok ternak yang telah terpilih melalui satu jalur perkawinan tertentu atau seleksi genetis tertentu berdasarkan ciri-ciri karakteristik yang diunggulkan. Ternak komoditas berfungsi menghasilkan bakalan unggul. Contoh kelompok ini adalah ayam ras GPS ( Grant Parents Stock) (Yusdja dan Ilham, 2006). Ternak sebagai penghasil produk adalah kelompok ternak yang berfungsi menghasilkan daging, susu, telur secara efisien. Contoh kelompok ini adalah sapi bakalan impor, ayam ras pedaging, ayam petelur dan lain-lain (Yusdja dan Ilham, 2006).

Tujuan utama dari usaha ternak ialah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, baik berupa uang maupun berwujud hasil. Pada pokoknya usaha ternak bisa digolongkan menjadi dua: 1) Hasil pokok. a. Berupa bahan makanan seperti : daging, susu, telur b. Berupa tenaga, seperti tenaga kerbau dalam membajak 2) Hasil ikutan (by product) Pada umumnya, dari usaha ternak, kecuali memberikan hasil utama, juga msih banyak hasil sampingan yang bisa dimanfaatkan, antara lain; a. Pupuk, dari hewan ternak menyusui dan unggas dapat diperoleh kotorannya yang sangat besar manfaatnya bagi usaha pertanian b. Kulit untuk sepatu, tas, alat musik dan wayang c. Tanduk, dipergunakan untuk tangkai kipas, tangkai wayang, sisir, kancing baju, dll d. Tulang, dipergunakan sebagai tepung tulang yang dapat digunakan sebagai pakan ayam dan babi e. Darah, sebagai tepung darah yang berguna sebagai pakan ayam dan babi (AAK, 1986). Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia karena agar dapat hidup sehat, manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh sangat tergantung dari susunan komposisi bahan makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Fungsi protein dalam tubuh manusia adalah sebagai zat pembangunan bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, sebagai pengatur kelangsungan proses di dalam tubuh dan sebagai pemberi

tenaga (energi). Protein yang dibutuhkan dapat berasal dari hewan yang disebut protein hewani. Kebutuhan protein hewani dapat berupa daging, telur, dan ikan. (Http:bainfokomsumut.com, 2002). Ternak babi merupakan kelompok ternak pemakan butir-butiran dan hijauan, termasuk hewan profolik karena cepat sekali berkembang. Ternak ini secara komersil banyak diusahakan di Sumatera utara, Jawa Tengah, dan beberapa provinsi lain. Sangat disayangkan data statistik babi tidak membedakan jenis babi lokal dan babi hybrid (Yusdja dan Ilham, 2006). Babi merupakan ternak yang mempunyai daya pertumbuhan dan perkembangan yang relatif pesat, selain itu babi merupakan sumber daging yang sangat efisien sehingga arti ekonominya sebagai ternak potong sangat tinggi. Potensi ternak babi di Sumatera Utara pada tahun 2001 sebanyak 847.375 ekor, sementara populasi yang terdapat di provinsi tersebut hanya 807.375 ekor, dilihat dari data tersebut maka masih terbuka peluang investasi untuk budidaya ternak babi di provinsi itu sebanyak 40.000 ekor. Oleh karena itu banyak penduduk Sumatera Utara yang berternak babi baik secara intensif maupun semi intensif sebagai usaha dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari (:///Http:/Jurnal Veteriner (VeterinaryJournal).html, 2005). Varietas babi yang diketahui sebanyak 312 tetapi hanya 87 yang resmi diakui sebagai bangsa babi (recognized breeds) dan yang 255 lagi belum dianggap sebagai yang resmi. Tiap varietas maupun bangsa babi ini memiliki ciri-ciri khas dan beberapa diantaranya masih menempati geografis tertentu (Sihombing, 1997).

Babi merupakan ternak omnifora yang dalam beberapa hal berkompetisi dengan manusia terhadap makananya tetapi juga merupakan terrnak yang sangat baik memanfaatkan hasil sampingan dan sisa dapur (Williamson dan Payne, 1993). Pemeliharaan babi memerlukan biaya yang cukup besar terutama dalam hal pemberian makanan. Biaya ongkos makan menduduki tempat tertinggi dari ongkos produksi total yang kadang- kadang mencapai 80%. Hal ini disebabkan oleh babi tumbuh begitu cepat sehingga keperluan akan makanan sangat tinggi. Misalnya saja untuk kategori anak lahir sampai dipasarkan, pada waktu babi lahir beratnya 1,4 kg (berat lahir 1,0 1,5 kg) dan mencapai 163 kg setelah 18 bulan (Williamson dan Payne, 1993). Pada dasarnya ada tiga kategori usaha ternak babi, 1) dari anak lahir sampai dipasarkan; 2) menggemukkan; 3) dari anak sampai disapih, tetapi ada juga yagn mengkombinasikan dari ketiga kegiatan tersebut ( Sihombing, 1997) Masyarakat yang menjadikan ternak babi sebagai usaha sambilan, sebagian besar masih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Sumber perolehan pakan ternak babi sebagian besar masih diperoleh dengan mencari atau hasil budidaya sendiri. Pada usaha ternak babi skala menengah ke atas sudah menggunakan pakan komersil (Http/: www. Peternakan Babi Hasil Html, Jakarta.2005) Ternak babi merupakan salah satu sumber daging dan untuk pemenuhan gizi yang sangat efisien di antara tenak-ternak yagn lain, sehingga arti ekonomi sebagai ternak potong cukup tinggi: 1. Babi memiliki konversi terhadap makanan yang cukup tinggi

2. Ternak babi sangat peridi (Prolific), satu kali beranak dapat melahirkan 6-12 ekor, dan satu ekor babi dapat beranak dua kali dalam setahun 3. Persentasi karkas babi cukup tinggi, dapat mencapai 65-80 %, sementara domba dan kambing 45-50 %, dan kerbau 38 % 4. Kandungan lemak daging babi cukup tinggi, dengan demikian kadar energinya juga lebih tinggi 5. Ternak babi sangat efisien dalam mengubah sisa makanan, serta hasil ikutan pertanian, pabrik dan lain sebagainya 6. Ternak babi mudah beradaptasi terhadap sistem pemakaian alat-alat perlengkapan kandang. (AAK, 1981). Laju perkembangan dan sukses atau gagalnya usaha peternakan babi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bersifat dinamis. Dari hasil pengamatan ditentukan aspek penentu yaitu: - Tipe dan pola usaha - Skala usaha - Kondisi dan kemampuan sumber daya produksi - Tipe, ukuran, dan kondisi perkembangan serta fasilitasnya - Keadaan pasar dan transportasi - Besar modal, kecepatan perputaran modal, dan tingkat pembeliannya - Stabibilisasi permintaan, selera dan preferensi masyarakat akan tipe produk yang dihasilkan dan kondisi ekonomi - Macam dan jumlah makanan yang tersedia - Kualitas penanganan

- Efisiensi ternak dalam mengubah makanan menjadi produk daging (Aritonang, 1997). Indonesia memiliki wilayah-wilayah luas dan sesuai bagi perkembangan ternak dalam bentuk usaha komersil skala menengah dan besar terutama untuk ekspor. Indonesia mempunyai peluang besar untuk memenuhi ekspor daging babi, apalagi hubungan-hubungan perdagangan internasional telah dibina. Salah satu strategi merebut pasar adalah membangun peternakan babi pada kawasan khusus bekerjasama dengan para pedagang babi di Singapura. Kerjasama ini dalam bentuk kemitraan telah dilakukan di Sumatera Utara dan Kepulauan Riau (Yusdja dan Ilham, 2006). Landasan Teori Keputusan akhir akan beternak babi harus diambil berdasar kriteria kelayakan ekonomis, kecuali kalau sumber pembiayaan bukan dasar keputusan si perencana, dikehendaki atau tidak. Bila seseorang mengingini usaha ternak babinya berjalan sebagai suatu bisnis sejak awal harus ditangani secermat mungkin (Sihombing,1997). Dasar umum dalam pengambilan keputusan yaitu (1) pengambilan keputusan berdasarkan intuisi, (2) pengambilan keputusan rasional, (3) pengambilan keputusan berdasarkan fakta, (4) pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman, dan (5) pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ( Syamsi, 1989) Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menajdi dua yakni: Biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (Variable Cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan akan terus dikeluarkan walaupun produksi yang

diperoleh sedikit atau banyak. Besarnya biaya tetap tidak tergantung oleh besarnya jumlah produksi yang diperoleh. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh dan tergantung besar kecilnya produksi yang diinginkan (Soekartawi, 1995). Analisis pendapatan berfungsi unttuk mengukur apakah kegiatan usaha pada saat itu berhasil atau tidak, komponen pendapatan mana yang merupakan penentu dan apakah masih dapat ditingkatkan dan sebagainya. Suatu usaha dikatakan berhasil kalau situasi pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan rinci mengenai keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993). Pendapatan rumah tangga merupakan hasil usaha bersama dari semua anggota rumah tangga yang mampu bekerja dan digunakan untuk semua anggota rumah tangga sesuai dengan pos-pos pengeluaran yang ada, dengan pengeluaran tertinggi ada pada pola makanan (Soekartawi, dkk 1984). Kerangka Pemikiran Pendapatan gaji para pegawai setiap bulannya hampir dapat dikatakan sama untuk setiap bulannya. Sementara pengeluaran keluarga semakin hari semakin bertambah. Untuk itu banyak dari para pegawai mencari alternatif usaha sampingan sebagai sumber penambah pendapatan keluarga. Salah satu alternatif usaha sampingan tersebut adalah mengusahakan ternak babi. Usaha ternak babi yang diusahakan bermula hanya sebagai usaha sampingan yang akan menambah kontribusi pendapatan total keluarga. Akan tetapi pada kenyataanya, cenderung usaha ternak babi ini menjadi usaha utama,

dimana para pengusahanya yang merupakan pegawai memberikan perhatian penuh, dan ternyata juga mampu memberikan kontribusi pendapatan yang lebih besar dari pendapatan dari gaji bulanan. Disamping usaha ternak babi, para pegawai juga banyak yang mengusahakan usaha sampingan lainnya, yang juga menambah kontribusi pendapatan total keluarga. Selain pegawai yang mengusahakan ternak babi sebagai usaha sampingan, perlu juga dilihat pendapatan usaha ternak babi yang diusahkan oleh peternak murni, yang bukan pegawai. Hal ini diperlukan untuk membandingakn tingakt pendapatan kedua usaha ternak. Ada beberapa hal yang menjadi faktor keputusan para pegawai untuk membuka usaha ternak babi sebagai usaha sampingan. Secara skematis kerangka pemikiran penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

PEGAWAI PNS Peternak Non PNS FAKTOR FAKTOR USAHA TERNAK BABI GAJI BULANAN USAHA NON TERNAK BABI DAN NON GAJI JUMLAH PRODUKSI PENERIMAAN PENDAPATA N PENDAPATAN TOTAL KELUARGA Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : : Menyatakan hubungan

Hipotesis Penelitian 1. Pendapatan usaha ternak babi di daerah penelitian besar. 2. Terdapat perbedaan antara pendapatan usaha ternak babi yang diusahakan oleh pegawai dan bukan pegawai. 3. Besar persentase (%) kontribusi pendapatan usaha ternak babi lebih besar daripada pendapatan gaji dan usaha non ternak babi dalam total pendapatan keluarga didaerah penelitan. 4. Ada hubungan yang signifikan antara besarnya gaji dengan besarnya skala usaha ternak babi.