Modul ke: Pendidikan Agama Islam Sumbangan Islam Dalam Menciptakan Peradaban Dunia Fakultas PSIKOLOGI Maukuf, M.Pd Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id
Ekonomi Pada Masa Awal Islam Ekonomi pada awal islam dimulai pada masa pemerintahan Rasulullah, perkembanagan ekonomi pada masa itu tidak begitu besar dikarenakan sumber-sumber yang ada pada masa itu belum begitu banyak. Sampai tahun ke empat hijrah, pendapatan dan sumber daya negara masih sangat kecil. Kekayaan pertama datang dari bani Nadar, suatu suku yang tingggal di pinggiran Madinah.
Kelompok ini masuk dalam fakta madinah tetapi mereka melanggar perjanjian bahkan berusaha untuk membunuh Rasulullah. Nabi meminta mereka untuk meninggalkan kota namun mereka menolaknya. Nabi pun menyerahkan tentara dan mengepung mereka. Akhirnya mereka menyerah dan setuju meninggalkan kota dengan membawa barang-barang sebanyak daya angkutan Unta, kecuali baju baja-besi. Semua milik bani Nazir yang ditinggalkan menjadi milik kaum muslimin. Rasulullah membagikan tanah ini sebagian besar kepada Muhajirin dan orang-orang Anshar yang miskin.
Abu Bakar as siddiq r.a. (632 634 M) Sejak menjadi khalifah, kebutuhan keluarga Abu Bakar diurus oleh kekayaan dari Baitul Mal ini. Menurut beberapa keterangan beliau diperbolehkan mengambil dua setengah atau dua tiga perempat dirham setiap hari hanya dari Baitul Mal dengan beberapa waktu. Ternyata tunjangan tersebut kurang mencukupi sehingga ditetapkan 2.000 atau 2.500 dirham dan menurut keterangan lain 6.000 dirham per tahun.
Abu Bakar sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat seperti yang ia katakan pada Anas (seorang Amil) bahwa: jika seorang yang harus membayar satu unta beliau berumur setahun sedangkan dia tidak memilikinya dan ia menawarkan untuk menberikan seekor unta betina yang berumur dua tahun. Hal tersebut dapat diterima. Kolektor zakat akan mengembalikan 20 dirham atau dua kambing padanya (sebagai kelebihan pembayarannya)
Umar bin khattab (634 644 M) Dalam bidang ekonomi Umar bin Khatab menyadari pentingnya sektor pertanian untuk memajukan ekonomi negerinya. Karena itu, ia mengambil langkah-langkah pengembangannya dan juga mengembalikan kondisi orang-orang yang bekerja di bidang pertanian. Dia menghadiahkan kepada orang-orang yang sejak awal mengolahnya mungkin dalam kondisi yang masih tandus. Namun siapa saja yang gagal mengelolanya selama 3 tahun, maka ia akan kehilangan hak kepemilikannya atas tanah tersebut.
Utsman bin affanr.a. (644 656 M) Pada enam tahun pertama kepemimpinan Utsman bin affan, Balkh, Kabul, Ghazni Kerman dan Sistan ditaklukan. Untuk menata pendapatan baru, kebijakan Umar diikuti. Tidak lama Islam mengakui empat kontrak dagang setelah negara-negara tersebut ditaklukkan, kemudian tindakan efektif diterapkan dalam rangka pengembangan sumber daya alam. Aliran air digali, jalan dibangun, pohon-pohon, buah-buahan ditanam dan keamanan perdagangan diberikan dengan cara pembentukan organisasi kepolisian tetap.dia juga mengurangi zakat dari pensiun. Tabri menyebutkan ketika khalifah Usman menaikkan pensiun sebesar seratus dirham. Tetapi tidak ada rinciannya. Dia menambahkan santunan dengan pakaian. Selain itu ia memperkenalkan kebiasaan membagikan makanan di masjid untuk orang-orang menderita, pengembara dan orang miskin
Ali bin abi thalib (656 661)M Ali terkenal sangat sederhana, ia secara sukarela menarik dirinya dari daftar penerima dana bantuan Baitul Mal, bahkan menurut yang lainnya dia memberikan 5.000 dirham setiap tahunnya. Ali sangat ketat dalam menjalankan keuangan negara. Suatu hari saudaranya Aqil datang kepadanya meminta bantuan uang, tetapi Ali menolak karena hal itu sama dengan mencuri uang milik masyarakat.
Ekonomi Pasca Khulafaurrasyidin Di masa dinasti Ummayah (611-750 M), khalifah Umar bin Abdul Aziz (60-101 H/608-720 M) memberlakukan peraturan yang mengatakan bahwa lahan pertanian adalah hak milik negara secara simbolis. Dalam hal ini lahan pertanian dipandang sebagai milik seluruh umat Islam yang diwakili oleh khalifah. Pemilik tanah pertanian yang sebenarnya dipandang sebagai pemakai hak guna atau penyewa. Ketika dinasti Abbasiyyah (700-850 M) memerintah, sistem tersebut mengalami perubahan. Lahan pertanian pada masa ini berubah menjadi milik negara, bukan milik umat Islam lagi. Negara pun menjadi berhak sepenuhnya atas tanah. Pajak terhadap lahan pertanian dibayar dalam bentuk uang, sementara pajak terhadap barang-barang dibayar dalam bentuk barang yang dihasilkan tersebut (innatura), seperti yang berlaku di Byzantium.
Terima Kasih Maukuf,M.Pd