BAB II KAJIAN TEORITIK. kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berdasarkan pernyataan-pernyataan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIK. fisik. Goleman (1996:63) menjelaskan bahwa, kesadaran diri adalah

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Induktif Matematis. yaitu reasoning, dalam Cambridge Learner s Dictionary berarti the

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesulitan siswa dalam belajar matematika. Kesulitan-kesulitan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar matematika. Kesulitan siswa tersebut antara lain: kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang. serta sifat penalaran matematika yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Pembahasan Profil Kemampuan Penalaran Matematika Siswa dalam

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika:2006).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Terbuka, 2007), h Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh:

BAB II KAJIAN TEORI. Pada tahun 2001, National Research Council (NRC) merupakan kapasitas berfikir secara logis mengenai hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. belajar matematika. Kesalahan terjadi ketika apa yang diketahui secara struktural

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka kesimpulan

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA DALAM MENEMUKAN RUMUS BARISAN ARITMATIKA BERBANTUAN ALAT PERAGA SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIS DAN RASA INGIN TAHU SISWA MUHAMMADIYAH SOKARAJA

PENALARAN SISWA DALAM MENGGAMBAR GRAFIK FUNGSI TRIGONOMETRI DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN SISWA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Perilaku Menyontek. Dalam institusi pendidikan atau sekolah terdapat perilaku yang dengan

BAB II KAJIAN TEORITIK

R. Azmil Musthafa et al., Analisis Tingkat Kemampuan Penalaran Siswa dalam...

belajar matematika karena penalaran matematika sebagai kompetensi dasar matematika. Berdasarkan Peraturan Dirjen Dikdasmen No.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas seseorang. Semakin baik hasil belajar matematika yang dimiliki

Maningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Melalui Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) Berbantu Media Gambar

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

BAB II. indonesia yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Menurut Akhmat Sudrajat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB III METODE PENELITIAN

PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini pesatnya kemajuan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

BAB II. Kajian Teoretis

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu memecahkan masalah (problem solving), penalaran dan bukti

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah matematika. Bekembangnya ilmu matematika harus diikuti oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah penalaran matematis dalam beberapa literatur disebut dengan mathematical

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB I PENDAHULUAN. matematika sehingga berpengaruh dengan prestasi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan

BAB V PENUTUP. Penelitian ini menemukan gambaran berpikir matematis siswa SMP dalam. Pembelajaran Berbasis Budaya Islam adalah sebagai berikut :

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan penalaran Matematika

BAB II KAJIAN TEORITIK. Salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar siswa mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika. Oleh karena

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

Struktur Ilmu Pengetahuan Modern & Cara Memperoleh Pengetahuan Ilmiah: Penalaran (Scientific Reasoning) Kamis, 21 Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan pelajaran pokok tiap jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

keluarga yang lain. Terutama dengan orang tua.. Karena orang tua menyediakan fasilitas belajar siswa,

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Model Pembelajaran Aptitude Treartment Interaction (ATI), Kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di semua bidang, salah satunya membangun sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

Transkripsi:

5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Keraf (2007), menjelaskan bahwa penalaran adalah proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulann yang logis. Menurut Suriasumantri (2005:42), penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, dapat didefinisikan secara umum bahwa kemampuan penalaran matematis adalah kemampuan berfikir seseorang dalam menghubungkan fakta matematika untuk menarik kesimpulan matematis atau pernyataan baru yang logis. Secara garis besar penalaran dibagi menjadi dua, yaitu : a. Penalaran induktif Penalaran induktif adalah proses penalaran yang menurunkan prinsip atau aturan umum dari pengamatan hal-hal atau contoh-contoh kasus. Adjie dan Rostika (2006) mendefinisikan penalaran induktif sebagai sebuah kemampuan seseorang dalam menarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Indikator penalaran induktif yaitu : a) Mampu mengajukan dugaan. b) Mampu melakukan manipulasi matematika. 5

6 c) Mampu menemukan pola atau sifat untuk menganalisis situasi matematika. b. Penalaran deduktif Penalaran deduktif adalah proses penalaran dari pengetahuan prinsip atau pengalaman yang umum yang menuntun kita memperoleh kesimpulan untuk sesuatu yang khusus. Menurut Soedjadi (2000) penalaran deduktif adalah penalaran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus. Indikator penalaran deduktif yaitu : a) Menyusun bukti terhadap kebenaran solusi.. b) Mampu memeriksa kesahihan suatu argument. c) Mampu menarik kesimpulan dari pernyataan matematika dalam soal matematika. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri yang pertama adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Ciri yang kedua dari penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis. Analisis pada hakekatnya adalah suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Penalaran induktif dan deduktif, keduanya merupakan argumen dari serangkaian proposisi yang bersifat terstruktur, terdiri dari beberapa premis dan kesimpulan atau konklusi, sedangkan perbedaan keduanya terdapat pada sifat kesimpulan yang diturunkan.

7 Menurut Uno dan Koni (2012) Indikator kemampuan penalaran adalah sebagai berikut : a. Mengajukan dugaan b. Melakukan manipulasi matematika. c. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi. d. Menarik kesimpulan dari pernyataan. e. Memeriksa kesahihan suatu argument. f. Memutuskan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi. Depdiknas nomor 506/C/Kep/PP/2004, diuraikan bahwa indikator siswa memiliki kemampuan penalaran adalah mampu : a. Mengajukan dugaan b. Melakukan manipulasi matematika. c. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi. d. Menarik kesimpulan dari pernyataan. e. Memeriksa kesahihan suatu argument. f. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

8 Menurut NCTM (2000), siswa kelas 6-8 tingkat pengalaman tentang penalaran sebagai berikut : a. Meneliti pola dan struktur untuk menemukan sifat beraturan dari pola (examine patterns and structures to detect regularieties) b. Merumuskan generalisasi dan dugaan dari sifat beraturan yang telah ditemukan (formulate generalitations and confectures about observed regularities) c. Mengevaluasi dugaan (evaluate conjectures) d. Membuat dan mengevaluasi argumentasi atau pernyataan matematis (construct and evaluate mathematical argument) Berdasarkan uraian-uraian di atas tentang indikator kemampuan penalaran matematis, maka indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kemampuan mengajukan dugaan. Merupakan kemampuan siswa dalam merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Kemampuan mengajukan dugaan termasuk dalam indikator penalaran induktif. b. Kemampuan melakukan manipulasi matematika. Merupakan kemampuan siswa dalam mengerjakan atau menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan cara sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki. Kemampuan melakukan manipulasi matematika termasuk dalam indikator penalaran induktif.

9 c. Kemampuan menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi. Merupakan suatu proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya untuk menghasilkan sebuah pemikiran yang disertai bukti atau alasan yang mendukung suatu pemikiran yang dihasilkan tersebut (kesimpulan). Kemampuan menarik keesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi termasuk dalam indikator penalaran deduktif. d. Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argument. Merupakan kemampuan yang menghendaki siswa agar mampu menyelediki tentang kebenaran dari suatu pernyataan yang ada. Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argument termasuk dalam indikator penalaran deduktif. e. Kemampuan menemukan pola atau sifat dari gejala matematis. Merupakan kemampuan siswa dalam menemukan pola atau cara dari suatu pernyataan yang ada. Kemampuan menemukan pola atau sifat dari gejala matematis termasuk dalam indikator penalaran induktif. 2. Sikap Disilpin Mulyasa (2003: 108) mengemukakan bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati. Menurut Arikunto (1990: 118), disiplin merupakan kepatuhan seseorang dalam mengikuti

10 peraturan dan tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Kemudian menurut Tu u (2004: 31) disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan perilaku yang dibentuk melalui proses seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib yang didorong adanya kesadaran yang ada. Disiplin sekolah dapat menumbuhkan hasil yang sangat bermanfaat, yang hanya mungkin dicapai bila dikaitkan dengan batasan-batasan tertentu. Tentu saja dalam aspek utamanya kehidupan kelas harus ditetapkan dengan tegas (Durkheim, E. 1990: 107). Di sekolah, disiplin berarti taat pada peraturan sekolah. Seorang siswa dikatakan berdisiplin apabila mengikuti peraturan yang ada di sekolah. Menurut Arikunto (1990:137) dalam penelitian mengenai kedisiplinnannya membagi tiga macam indikator kedisiplinan, yaitu: a. Perilaku kedisiplinan di dalam kelas b. Perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah c. Perilaku kedisiplinan di rumah Tu u (2004:91) dalam penelitian mengenai disiplin sekolah mengemukakan bahwa indikator yang menunjukan disiplin adalah sebagai berikut: a. Dapat mengatur waktu belajar di rumah

11 b. Rajin dan teratur belajar c. Perhatian yang baik saat belajar di kelas d. Ketertiban dari saat belajar di kelas Menurut Syafrudin (2005:80) membagi indikator disiplin belajar menjadi empat macam, yaitu: a. Ketaatan terhadap waktu belajar b. Ketaatan terhadap tugas-tugas pelajaran c. Ketaatan terhadap penggunaan fasilitas sekolah d. Ketaatan menggunakan waktu datang dan pulang Berdasarkan uraian indikator disiplin menurut para ahli di atas, maka dalam penelitian ini menggunakan indikator adalah sebagai berikut: a. Ketaatan terhadap tata tertib sekolah. b. Ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah. c. Ketaaatan mengerjakan tugas-tugas pelajaran. 3. Materi Materi ajar dalam penelitian ini adalah bentuk aljabar. Berikut ini uraian tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dari materi bentuk aljabar yang diambil dari silabus pembelajaran Matematika kelas VIII semester 1. a. Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus b. Kompetnsi Dasar : 1.1 Melakukan operasi aljabar

12 1.2 Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya c. Indikator : 1.1.1 Menyelesaikan operasi tambah dan kurang pada bentuk aljabar. 1.1.2 Menyelesaikan operasi kali, bagi dan pangkat pada bentuk aljabar. 1.2.2 Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya. B. Penelitian Relevan Menurut penelitian Riyanto dan Rusdy (2011) yang menyatakan bahwa, terdapat pengaruh antara kemampuan penalaran matematis terhadap prestasi siswa. Prestasi siswa dengan kemampuan penalaran yang tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang rendah. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Ratih (2014) menyatakan bahwa disiplin belajar di sekolah mempengaruhi prestasi belajar siswa. Aspek tertib dan patuh pada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan perilaku siswa yang dengan tertib mematuhi aturan, seperti dengan mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir dengan baik, menyimak penjelasan dari guru dengan bersungguh-sungguh, selalu mengerjakan tugas dari guru, maka diharapkan siswa tersebut memiliki prestasi belajar yang baik di sekolah.

13 C. Kerangka Pikir Kemampuan penalaran matematis siswa dapat dilihat seperti siswa mampu menyelesaikan soal-soal matematika, mengemukakan konsep-konsep yang mendasari penyelesaian soal matematika. Dengan memiliki kemampuan penalaran matematis ini siswa diharapkan mampu memberikan argumen terhadap setiap jawaban, sehingga apa yang dipelajari menjadi bermakna. Karakter disiplin yang harus dimiliki oleh siswa meliputi beberapa hal, seperti taat terhadap tata tertib sekolah, taat terhadap kegiatan belajar di sekolah, dan taat mengerjakan tugas. Karakter disiplin ini bertujuan agar siswa lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. Pembelajaran matematika menuntut siswa agar menguasai penalaran dan siswa harus memiliki karakter disiplin. Siswa yang memiliki kemampuan penalaran akan mudah memahami pembelajaran, sehingga dapat menguasai materi dengan baik. Hai ini memudahkan siswa untuk belajar sendiri dan mampu menyelesaikan tanggung jawab belajar dengan baik, sehingga mendukung siswa memiliki karakter disiplin. Dengan demikian penalaran dan disiplin belajar matematika menjadikan siswa menguasai suatu kompetensi dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan penalaran matematis dan sikap disiplin siswa pada materi bentuk aljabar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Kedungbanteng tahun pelajaran 2016/2017.