B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komuniksai telah menyebabkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

A. Latar Belakang Masalah Di ambang abad ke-21 ditandai dengan bertumbuhnya saling

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

PANANGGULANGAN KEJAHATAN MAYANTARA (CYBER CRIME) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (STUDI DI DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

oleh perdagangan secara konvensional. 1

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk dari jaringan-jaringan computer-komputer yang saling terkoneksi

BAB I PENDAHULUAN. aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3)

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI INTERNET. Dewasa ini, disadari dunia sedang berada dalam era informasi (information age),

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negosiasi para pihak berupaya

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. dunia menjadi suatu masyarakat global (global society). Selanjutnya, global

BAB III PENUTUP. Setelah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh. guna menjawab permasalahan yang diteliti, maka pada bab ini

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. kita dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Perkembangan ini membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULAN. Pesatnya perkembangan teknologi informasi pada akhir-akhir ini. akibatnya banyak pihak-pihak yang merasa dirugikan.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk serba efektif dan efisien dalam pemanfaatan waktu akibat tuntutan

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA: PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI SEBAGAI SUBJEK TINDAK PIDANA DALAM RUU KUHP

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

I. PENDAHULUAN. Globalisasi sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk. menertibkan, mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengadilan, serta Lembaga Pemasyarakatan. Keempat subsistem tersebut

KETERKAITAN ARSIP ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI SAH DI PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Efek positif yang paling nampak yakni interaksi antara masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

Pertemuan 11. Pembahasan. 1. Pengertian Cyber law 2. Ruang Lingkup Cyber Law 3. Perangkat hukum Cyber law

BAB I PENDAHULUAN. melakukan usaha, bekerja, sekolah, bahkan menjadi gaya hidup bagi sebagian elemen

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pola kehidupan manusia dalam berkomunikasi dengan manusia

KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN SPAMMING MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TETANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I. Pendahuluan. Pada Harian Kompas tanggal 4 Januari 2016, Adrianto 1 menulis bahwa

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia digital, khususnya internet saat ini sudah begitu

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perubahan hukum baru. Perkembangan teknologi

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan merupakan sebuah hal yang tidak dapat dihindari, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang dengan pesatnya. Pertumbuhan internet yang dimulai

BAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. elektronik sudah mengalami perluasan terhadap Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981

Lex Crimen Vol. III/No. 3/Mei-Jul/2014

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap

BAB VII PENUTUP. A. Kesimpulan

II. TINJAUAN PUSTAKA

NCB Interpol Indonesia - Fenomena Kejahatan Penipuan Internet dalam Kajian Hukum Republik Indonesia Wednesday, 02 January :00

Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime?

BAB I PENDAHULUAN. pihak konsumen, karena lebih mempunyai banyak pilihan dalam mendapatkan

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global yang. sosial secara signifikan berlangsung semakin cepat.

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) sebagai

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang dapat merusak baik fisik, mental dan spiritual anak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik pembangunan ekonomi, politik, maupun pengembangan

Transkripsi:

1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komuniksai telah menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas ( borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan berlangsung sedemikian cepat. Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif untuk melakukan perbuatan melawan hukum. 1 Pada era modernis saat ini dicirikan dengan semakin meningkatnya fenomena kemajuan teknologi komunikasi informasi moderen yang berlangsung hampir di semua bidang kehidupan. Kemajuan modernitas bukan lagi merupakan sebuah fenomena baru, tetapi merupakan suatu kebutuhan masyarakat yang berdampak pada tatanan kehidupan suatu bangsa. Manusia memang sudah banyak mendapatkan manfaat dengan globalisasi informasi, karena manusia diberi banyak kemudahan untuk mengakses informasi sebanyak - banyaknya, sehingga dapat menyediakan dan menciptakan fasilitas teknologi informasi dan elektronik yang mutakhir. Dilain pihak kemajuan teknologi 1 Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2 membawa dampak (impact) buruk yang benar-benar telah hadir secara riil di dalam dinamika kehidupan manusia. Kehidupan manusia semakin akrab denga n berbagai bentuk kejahatan dunia maya (cyber crime), yang tidak bisa dipungkiri sebagai akibat dari arus globalisasi informasi. Beraneka ragam produk teknologi seperti kom puter telah dijadikan sebagai media untuk kepentingan informasi global, dan produk teknolgi inilah yang sekaligus memperlancar maraknya kejahatan di dunia maya (cyber crime). Komputer adalah teknologi canggih, yang disatu sisi bisa dipakai dan manfaatkan untuk membangun, mengefektifkan dan mengefisienkan aktifitas-aktifitas kehidupan sehari-hari masyarakat maupun negara. Akan tetapi komputer juga bisa disalahgunakan dengan metode menyebarkan virus-virus ataupun bentuk kejahatan lain yang berbahaya pada tiap sendi-sendi kehidupan yang sifatnya strategis. Kejahatan dunia maya (cyber crime) telah menjadi bahaya nyata yang merugikan masyarakat dan negara. Setiap pengguna komputer saat memasuki dunia maya melalui jaringan internet sama artinya dengan memposisikan dirinya berada dalam kerawanan, karena bukan tidak mungkin dirinya akan menjadi korban berbagai bentuk informasi global yang bersifat menjerat, menyesatkan, menipu dan mengorbankannya. 2 Sejak diciptakan pada kisaran tahun 1970-an, 2 Abdul Wahid dan Mohammad Labib,2005, Kejahatan Mayantara (cyber crime), PT. Refika Aditama, Bandung, hlm 132.

3 internet terus memikat untuk dieksplorasi, digali, serta dikembangkan oleh para ahli dan pemerhati teknologi. 3 Pada perkembangan pesatnya internet, banyak lembaga negeri, swasta dan pembisnis bergabung dengan jaringan internet.akibatnya, dalam waktu singkat jutaan komputer dan pengguna yang tersebar di seluruh dunia telah bergabung dengan internet mengakibatkan sebagian usaha milik pemerintah seperti pos layanan telegram menjadi tidak berfungsi. Para pemakai internet dapat berhemat karena komunikasi interlokal dan internasional dihitung dengan biaya lokal. Para penyedia maupun pemakai internet dapat menyediakan dan memperoleh sejumlah informasi secara gratis, antara lain berita politik, hukum, ekonomi, teknologi, kesehatan, lingkungan, pemerintahan, humor, cuaca, hobi, lapangan kerja, konsultasi, pendidikan, promosi dan tema lainnya. Revolusi yang dihasilkan oleh teknologi informasi dan komunikasi biasanya dilihat dari sudut pandang perkembangan teknologi informasi yang demikian pesatnya harus diantisipasi dengan hukum yang mengaturnya.kecepatan pengembangan internet telah menimbulkan berbagai sengketa dan konflik hukum yang cukup serius bagi penyedia maupun pemakainya. Beraneka ragam persoalan yang tidak di prediksi sebelumnya ternyata bermunculan. Hal itu tak lain karena akselerasi teknologi informatika 3 Budi Sutedjo Dharma Oetomo, et all, 2007, Pengantar Teknologi Informasi Internet: Konsep dan Aplikasi, C.V Andi Offset ( Penerbit Andi), Yogyakarta, hlm 1.

4 elektronik yang dikembangkan. Perkembangan didunia maya tida k mungkin dicegah.bukan saja lintas wilayah, tetapi batas negara pun ditembus. Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah perilaku ma syarakat dan peradaban manusia secara global. Maraknya pengguna internet saat ini tidak terlepas dari menjamurnya pe ndirian penyedia layanan internet (internet service provider) dan membawa problematika tersendiri dalam proses penegakan hukum. Dampak negatif tersebut harus diantisipasi dengan hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi internet yang merupakan dunia baru yang penuh pesona. Hal ini menuntut nilai-nilai dan norma-norma baru dalam kehidupan nasional dan transnasional. Sering menjadi persoalan manakala ada salah satu kejahatan terjadi di dunia maya (cyber crime) yang melibatkan salah satu pelanggan penyedia layanan internet (internet service provider). Perbuatan pelanggannya yang tidak bertanggungjawab itu, apakah dalam hal ini secara hukum penyedia layanan internet (internet service provider) dapat dianggap sebagai orang yang memberikan sarana untuk melakukan kejahatan di dunia maya. Secara internasional hukum yang terkait pelanggaran teknologi informasi digunakan istilah cyber law. Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi informasi (law of information technology), hukum dunia maya (virtual world law), dan hukum mayantara. Dewasa ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum di dunia maya (cyber law). Secara internasional digunakan untuk istilah hukum hukum dunia maya (cyber law) yang terkait dengan pemanfaatan teknologi

5 informasi dan komunikasi. Demikian pula, hukum telematika yang merupakan perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan hukum informatika. Hukum mayantara (cyber law) adalah aspek hukum yang artinya berasal dari cyber space Law yang ruang lingkupnya meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai online dan memasuki duniamaya (cyber). Pemberlakuan cyber law dikarenakan saat ini mulai muncul kejahatan kejahatan yang ada di dunia maya yang sering di sebut sebagai cyber crime. Kejahatan dunia maya (cyber crime) internet yang menghadirkan ruang maya (cyber space) dengan realitas virtualnya menawarkan kepada manusia berbagai harapan dan kemudahan. Akan tetapi di balik itu, timbul persoalan berupa kejahatan yang dinamakan cyber crime, baik sistem jaringan komputernya itu sendiri yang menjadi sasaran maupun komputer i tu sendiri yang menjadi sarana untuk melakukan kejahatan tentunya jika kita melihat bahwa informasi itu sendiri telah menjadi komoditi maka upaya untuk melindungi aset tersebut sangat diperlukan. Salah satu upaya perlindungan adalah melalui hukum pidana, baik dengan bersaranakan penal maupun non penal sebagaimana tujuan pemida naan dimana pidana hanya sebagai alat/sarana untuk mencapai tujuan pemidaan yaitu perlindungan atau pembinaan individu (social welfare) dan perlindungan

6 masyarakat atau kepentingan umum (social defence). 4 Aspek-aspek perlindungan masyarakat atau kepentingan umum (social defence) sebagi penanggulangan kejahatan, perbaikan si pelaku (mengubah tingkah laku), mengatur/membatasi kesewenangan penguasa dan warga masyarakat dan memelihara/memulihkan keseimbangan masyarakat. 5 Menjawab tuntutan dan tantangan kom unikasi global lewat internet, politik hukum yang diharapkan (ius constituendum) adalah perangkat hukum yang akomodatif terhadap perkembangan serta antisipatif terhadap permasalahan, termasuk dampak negatif penyedia layanan internet yang terlibat dalam kejahatan dunia maya (cyber crime), penyalahgunaan internet dengan berbagai motivasi yang dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian pihak lain seperti kerugian materi dan non materi. Saat ini, Indonesia sudah memiliki undang-undang informasi dan transaksi elektronik yang mengatur mengenai informasi dan transaksi elektronik yang didalam juga terdapat ketentuan-ketentuan perbuatan yang dilarang dan ketentuan pidana yang dikenakan bagi yang melakukan kejahatan didunia maya, tetapi belum memadai dan masih terdapat celah hukum yang belum dapat mengakomodir perkembangan arus informasi teknologi dan elektronik yang bergerak sangat canggih dan berakselerasi tinggi. T erdapat beberapa hukum positif lain yang berlaku umum dan dapat dikenakan bagi para pelaku cyber crime terutama untuk yang menggunakan komputer sebagai sarana 4 Marcus Priyo Gunarto, bahan kuliah Sistem Peradilan Umum Pidana pada program Magister Hukum Litigasi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tanggal 24 November 2012 5 Ibid, tanggal 24 November 2012.

7 atau objek, baik pengguna (user), sebagai penyedia (provider) atau bahkan melibatkan keduanya. Kegiatan cyber meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan dan perbuatan hukum yang nyata. Secara yuridis dalam hal ruang cybersudah tidak pada tempatnya lagi untuk kategorikan sesuatu dengan ukuran dalam kualifikasi hukum konvensional untuk dijadikan obyek dan perbuatan, sebab jika cara ini yang ditempuhakan terlalu banyak kesulitan dan hal-hal yang lolos dari jerat hukum. Aktifitas cyber adalah kegiatan virtual yang berdampak sangat nyata, meskipun alat buktinya bersifat elektronik. Mestinya subyek pelakunya harus dikualifikasikan pula sebagai orang telah melakukan perbuatan hukum secara nyata. Kebijakan sebagai upaya untuk melindungi informasi membutuhkan suatu pengkajian yang sangat mendalam, menyangkut aspek sosiologis, filosofis, yuridis, dan sebagainya. Teknologi informasi sekarang ini sangat strategis dan berdampak luas terhadap aktifitas kehidupan manusia. O leh karena itu, dibutuhkan pengaturan secara khusus dengan dibentuknya suatu undang-undang yang dapat menanggulangi kejahatan terhadap informasi teknologi dan komunikasi yang melibatkan penyedia layananan internet (internet service provider). Peraturan terhadap teknologi informasi dan komunikasi agar diterima masyarakat harus mempertimbangkan semua aspirasi suprastruktur, infrastruktur, kepakaran dan aspirasi internasional dan berbagai kepentingan harus diselaraskan dan diserasikan.

8 Politik hukum pembentukan peraturan perundang-undangan di dunia cyber pun, berpangkal pada keinginan masyarakat untuk mendapatkan jaminan keamanan, perlindungan, kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dimasyarakat yang berlangsung supercepat. Sebagian norma hukum (cyber law) akan bersifat mengikat bagi tiap-tiap individu-individu maupun korporasi untuk tunduk dan mengikuti segala kaidah-kaidah yang terkandung didalamnya. Sejumlah persoalan yang uraikan diatas lantaran sampai saat ini belum diatur sampai sejauh mana pertanggungjawaban penyedia layanan internet (internet service provider) secara pidana terhadap berbagai indikasi kejahatan yang dilakukan oleh pelanggannya. Mengingat posisinya internet service provider yang sangat penting sebagai ujung tombak mengurangi kesenjangan digital dan menjadi jembatan menuju jaringan informasi global. Padahal realitanya banyak teridentifikasi kejahatan di dunia maya (cyber crime) yang semuanya tidak bisa terjadi jika tidak ada layanan yang menyediakan fasilitas tersebut. Dalam teori conditio sine quanon (teori syarat mutlak) yang dikemukakan oleh Von Buri yang mengatakan bahwa, suatu hal adalah sebab dari suatu akibat apabila akibat itu tidak akan terjadi jika sebab itu tidak ada. 6 Bertolak dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat 6 Wirjono Prodjodikoro, 2003, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung, hlm. 62.

9 penelitian dengan judul Politik Hukum Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Internet Service Provider Dalam Cyber Crime B. Rumusan Permasalahan Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kerangka teoritis yang mendasari internet service provider dapat dipertanggungjawabkan secara pidana? 2. Bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban pidana internet service provider jika terlibat dalam cyber crime? 3. Bagaimanakah politik hukum pertanggungjawaban pidana internet service provider dalam cyber crime di masa mendatang ( ius constituendum)? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran dari penulisan Tesis, Disertasi maupun Karya Ilmiah lainnya yang ada pada perpustakaan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, perpustakaan fakultas hukum Universitas Gadjah Mada serta mencari berbagai referensi, baik cetak maupun elektronik maupun media online (internet), bahwa penulis tidak menemukan karya ilmiah yang spesifik membahas tentang Politik Hukum Pertanggungjawaban Pidana Terhada internet service provider dalam cyber crime. Jadi penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan serta dijamin keasliannya, apabila telah ada penelitian

10 sebelumnya terkait dengan objek penelitian yang sama, maka penelitian ini hanya bersifat pelengkap dari penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian. Penelitian ini akan mengkaji kerangka teoritis yang mendasari internet service provider bisa dipertanggungjawabkan secara pidana, bagaimana bentuk pertanggungjawaban internet service provider jika terlibat dalam cyber crime, dan bagaimana politik hukum pertanggungjawaban pidana pada Internet Service Provider dalam ius constituendum yang ideal kedepan. Penelitian ini mengambil lokasi di Polisi Daerah D.I.Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dari sisi akademis dan sisi praktis sebagai berikut : 1. Dari aspek akademis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya serta memberikan masukan bagi perkembangan pengetahuan ilmu hukum pada umumnya dan hukum pidana khususnya yang berkaitan dengan ilm u kejahatan di dunia maya (cyber crime).

11 2. Dari aspek praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kalangan praktisi hukum (hakim, polisi, jaksa, advokat dan penyidik pegawai negeri sipil) maupun pihak-pihak yang mempunyai keterkaitan khususnya politik hukum pidana yang terkait dengan cyber crime. E. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan kerangka teoritis yang mendasari internet service provider dapat dipertanggungjawabkan secara pidana; 2. Mengeksplisitkan bentuk pertanggungjawaban pidana yang dike nakan kepada internet service provider jika terlibat dalam cyber crime; 3. Menemukan parameter dan menyarankan politik hukum pertanggungjawaban pidana yang ideal kedepannya sebagai hukum yang di cita-citakan (ius constituendum) dalam dunia cyber.