Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN DESA DI KABUPATEN JEMBER TERHADAP PROGRAM JAMPERSAL

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

Dinamika Kesehatan Vol. 7 No. 2 Desember 2016 Rahman, et. al.,gambaran Tingkat...

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesepakatan global ( Millenium Development Goals/MDG s) pada tahun 2015,

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

suplemen Informasi Jampersal

146 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per kelahiran hidup, AKB 34 per kelahiran hidup.

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

BAB 1 PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu bersalin (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI,

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

TANGGAPAN MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM JAMPERSAL DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Konferensi Nairobi tentang Safe Motherhood tahun Indonesia ikut

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. berkembang yaitu sebesar 99 persen (Wiknjosastro, 2002 hlm 23).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Bersatu II, yaitu Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BIDAN DI DESA DALAM PEMANFAATAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat disuatu negara dapat dinilai dengan beberapa

JUNAINA Karya Tulis Ilmiah STIKes U BUDIYAH Banda Aceh. Abtract

VOLUME I No 3 Juli 2013 Halaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMANFAATAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. indikator utama dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN. system kesehatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

PENINGKATAN PERAWATAN KEHAMILAN MELALUI KELAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka

Teguh Pribadi 1 ABSTRAK

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Faktor resiko kematian ibu dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi,

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

HUBUNGAN JAMINAN PERSALINAN DENGAN MOTIVASI MENGGUNAKAN KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAGLIK I YOGYAKARTA TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN TEMPAT BERSALIN PADA IBU HAMIL (Studi Kasus di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang)

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi cakupan Program Pemeriksaan Pertama dan Ke-empat Kehamilan di Puskesmas Teluk Lingga Kabupaten Kutai Timur

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, diperkirakan ibu meninggal karena komplikasi

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat menetukan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang

KERANGKA ACUAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya, kesejahteraan anak

BAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

Transkripsi:

PENGARUH PERSEPSI BIDAN PRAKTEK SWASTA TENTANG PROGRAM PROGRAM JAMPERSAL TERHADAP KEMAUAN BIDAN MENJADI PROVIDER PROGRAM JAMPERSAL DI KOTA BINJAI TAHUN 2012 Hessy Mayona 1, Siti Khadijah Nasution 2, Rusmalawaty 3 1 Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan 2,3 Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia Email: hessy_mayona@students.ac.id Abstract Jampersal is an effort that launched by Ministry of Health in order to accelerate the decrease on maternal mortality rate in Indonesia. Binjai District Health Office data shows that the willingness of midwives in private practice in Binjai to be a provider of Jampersal still very low. The type of research was survey with explanatory research that aimed to explain the perception of midwives in private practice on Jampersal (perception of packages, perception of procedures and perception of tariff) against the will of midwives to become the provider of Jampersal in Binjai in 2012. Population were all practicing midwives registered in Binjai District Health Office, as many as 111 people and the establishment of the study sample with simple random sampling. Analysis of the test data used is multiple linear regression with 95% confidence level. The results of the research through multiple logistic regression analysis showed that the variables that influence on the willingness of midwives to be a provider of Jampersal were perception of packets (p < 0.001), the perception of the procedure (p < 0.001) and the perception of tariff (p < 0.001). Tested of three variables, no variable has no effect. Based on the results of the study, it is suggested to the Binjai District Health Officer to improve Jampersal socialization to private practice midwives to enhance their knowledge of the Jampersal so that midwives are not just looking at the Jampersal from previous programs. So that the awareness and willingness of the midwives to be a provider of Jampersal increases. Keywords: Perception, Jampersal, Willingness Pendahuluan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Makin tinggi AKI di suatu negara, maka dapat dikatakan derajat kesehatan di negara tersebut buruk. Sebaliknya, makin rendah AKI di suatu negara maka derajat kesehatan negara tersebut dapat dikatakan baik. Saat ini masalah kematian ibu masih menjadi masalah pokok yang dihadapi bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya AKI di Indonesia. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun angka ini telah mengalami penurunan yaitu dari 318 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1

1997, namun angka ini masih tergolong tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya (Kemenkes, 2011). Target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 mengamanatkan agar AKI dapat diturunkan menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014. Selain itu, kesepakatan global Millennium Development Goals (MDGs) menargetkan AKI di Indonesia turun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan, yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetrik 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (SKRT 2001). Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan (Tiga Terlambat), di antaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi. Salah satu upaya pencegahannya adalah melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Kemenkes, 2011). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menurunkan AKI, termasuk di antaranya dengan membuat berbagai kebijakan dalam perbaikan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, seperti pelatihan dukun bayi, pengembangan Klinik Kesehatan Ibu dan Anak, pembangunan rumah sakit, pengembangan puskesmas, pondok bersalin desa dan posyandu, serta pendidikan dan penempatan bidan desa. Selain itu program Safe Motherhood juga telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988. Program Safe Motherhood dilaksanakan dengan keterlibatan aktif dari berbagai sektor pemerintah, organisasi non-pemerintah dan masyarakat, serta dengan dukungan dari berbagai badan internasional. Pada tahun 2000 Departemen Kesehatan menyusun Rencana Strategis jangka panjang untuk upaya penurunan AKI dan AKB yang dikenal dengan sebutan Making Pregnancy Safer (MPS). Walaupun menunjukkan penurunan yang bermakna, namun target nasional untuk menurunkan AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010 belum tercapai. Upaya penurunan AKI tidak dapat lagi dilakukan dengan intervensi biasa, diperlukan upaya-upaya terobosan serta peningkatan kerjasama lintas sektor untuk mengejar ketertinggalan penurunan AKI dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional serta Millennium Development Goals (MDGs). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin baru mencapai sekitar 69,3%, sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Keadaan seperti ini banyak terjadi disebabkan kendala biaya. Oleh karena itu salah satu faktor yang penting adalah perlunya meningkatkan akses masyarakat terhadap persalinan yang sehat dengan cara memberikan kemudahan pembiayaan kepada seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan. Untuk itu, pada tahun 2010 Kementerian Kesehatan meluncurkan kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal) (Kemenkes RI, 2011). Jampersal adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi 2

pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Jampersal dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan sehingga diharapkan dapat mengurangi tiga terlambat. Jampersal dapat dimanfaatkan oleh peserta Jampersal di seluruh jaringan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan (Rumah Sakit) di kelas III yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) Kabupaten/Kota (Kemenkes RI, 2011). Fasilitas kesehatan seperti bidan praktik, klinik bersalin, dokter praktik yang berkeinginan ikut serta dalam program ini harus membuat PKS terlebih dahulu dengan Tim Pengelola setempat, dimana yang bersangkutan dikeluarkan ijin prakteknya (Kemenkes RI, 2011). Praktek bidan merupakan salah satu elemen yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan jampersal karena mempermudah akses masyarakat terhadap persalinan oleh tenaga kesehatan, khususnya bagi masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari puskesmas atau rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab program Jampersal Dinas Kesehatan Kota Binjai, belum ada praktek bidan di Kota Binjai yang menjadi provider program Jampersal. Hal ini karena tarif yang diberikan dari program Jampersal lebih kecil dari pada tarif yang biasa diberlakukan bidan pada umumnya. Selain itu, prosedur klaim juga menjadi salah satu faktor yang menjadi kendala bagi para bidan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap bidan praktek di Kota Binjai, sosialisasi program Jampersal kepada bidan belum pernah dilakukan secara khusus sehingga pengetahuan bidan tentang program Jampersal masih rendah. Secara umum bidan sudah mengetahui tentang adanya program Jampersal, namun pengetahuan bidan tentang program ini masih rendah. Bidan belum mengetahui prosedur maupun paket-paket manfaat Jampersal secara rinci. Tarif Jampersal juga menurut bidan cukup rendah karena di bawah tarif yang biasa mereka berlakukan pada umumnya. Selain itu, pandangan bidan tentang prosedur yang harus dilakukan, baik untuk perjanjian kerja sama maupun klaim juga menjadi hambatan bagi mereka untuk mau menjadi provider Jampersal. Menurut bidan, rumitnya prosedur yang harus dilakukan sering kali menjadi kendala dalam program-program yang diadakan pemerintah, termasuk program Jampersal. Untuk itu, perlu adanya usaha dari pemerintah untuk meningkatkan kerjasama dengan bidan untuk menjadi provider program Jampersal. Menurut Notoatmodjo (2005), kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama yang formal antara individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing anggota tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dan saling berbagi (sharing) baik dalam risiko maupun keuntungan yang diperoleh. Terdapat tiga kata kunci dalam kemitraan, yaitu: (1) Kerja sama antara kelompok, organisasi dan individu, (2) Bersama-sama mencapai tujuan tertentu yang disepakati bersama, (3) Saling menanggung risiko dan keuntungan. 3

Menurut Weber dalam Sarwono (2000), individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsirannya atas suatu objek rangsangan atau situasi tertentu. Persepsi merupakan suatu proses internal untuk menyaring dan mengorganisasikan stimulus serta terjadi proses seleksi sehingga didapatkan gambaran total tentang lingkungan yang diwakili oleh stimulus tersebut. Seorang individu tidak bereaksi atau berperilaku dengan cara tertentu, tetapi berperilaku sesuai apa yang dilihatnya atau diyakininya tentang situasi tertentu (Winardi, 2007). Menurut Thoha (2008), persepsi adalah proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambaran yang unik tentang kenyataan yang barangkali jauh dari kebenarannya. Hal ini berarti bahwa hasil dari persepsi setiap orang akan berbeda-beda dan tidak menjamin bahwa apa yang mereka tafsirkan, rasakan, alami dan sebagainya sesuai dengan kenyataan atau kebenaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perserpsi bidan praktek swasta tentang program Jampersal terhadap Kemauan bidan menjadi provider program Jampersal di Kota Binjai. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah Survei dengan pendekatan Explanatory Research (penelitian penjelasan), yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh persepsi bidan praktek tentang Jaminan Persalinan terhadap kemauan bidan untuk menjadi provider Jaminan Persalinan di kota Binjai tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan praktek yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kota Binjai, yaitu sebanyak 111 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 60 orang yang ditentukan berdasarkan rumus (Notoatmodjo, 2005): N n 2 1 N(d ) Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada kuesioner penelitian, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Binjai. Analisis data dilakukan dengan uji Regresi Linear Berganda dengan taraf uji α=5% untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang program Jampersal terhadap kemauan bidan menjadi provider program Jampersal. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi menurut persepsi tentang paket ANC yang ditanggung program Jampersal diketahui bahwa responden yang menyatakan baik 14 orang (23,3%), dan tidak baik 46 orang (76,7%). Distribusi frekuensi menurut persepsi tentang paket persalinan yang ditanggung program Jampersal, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan baik 14 orang (23,3%), dan tidak baik 46 orang (76,7%). Distribusi frekuensi menurut persepsi tentang paket PNC yang ditanggung program Jampersal, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan baik 10 orang (16,7%), dan tidak baik 50 orang (83,3%). Berdasarkan tabulasi distribusi uraian variabel persepsi tentang paket setelah dilakukan pengkategorian sesuai dengan jawaban responden maka diperoleh hasilnya adalah persepsi responden tentang paket Jampersal 4

terbanyak berada pada kategori buruk, yaitu sebanyak 46 responden (76,7%). Hasil statistik dengan uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang paket memiliki pengaruh terhadap kemauan menjadi provider program Jampersal p<0,001 (p<0,05). Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, banyak responden yang mempersepsikan paket yang ditanggung Jampersal kurang lengkap, khususnya paket PNC. Mereka menganggap pelayanan KB tidak termasuk dalam paket yang ditanggung Jampersal, sehingga program Jampersal tidak sejalan dengan program KB. Selain itu responden juga mengatakan bahwa paket persalinan yang ditanggung hanya persalinan normal saja sehingga jika terjadi komplikasi selama kehamilan tidak termasuk yang ditanggung Jampersal. Berdasarkan Permenkes RI No. 2562 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan, pelayanan KB dan pelayanan komplikasi selama kehamilan, kelahiran, dan nifas ditanggung oleh program Jampersal. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan bidan tentang paket Jampersal masih rendah. Menurut Thoha (2008), pembentukan persepsi tergantung berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal seperti pengalaman, keinginan, proses belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan, dan faktor eksternal yang meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya, lingkungan fisik dan hayati, dimana seseorang itu bertempat tinggal. Berdasarkan jawaban responden yang menyatakan paket Jampersal tidak lengkap, faktor yang memengaruhi persepsi tersebut adalah faktor pengetahuan responden. Ada paketpaket yang sebenarnya ditanggung tetapi menurut mereka tidak ditanggung oleh Jampersal. Gibson menyatakan bahwa kinerja dipengaruhi 3 variabel yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis, dimana persepsi merupakan salah satu dari variabel psikologis, yang dalam hal ini persepsi bidan mengenai paket Jampersal itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 1 responden yang memiliki persepsi buruk tentang paket Jampersal tetapi memiliki kemauan untuk menjadi provider program Jampersal. Hal ini disebabkan karena responden memiliki persepsi yang baik tentang prosedur dan tarif program Jampersal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi menurut persepsi tentang prosedur pembuatan PKS (Perjanjian Kerja Sama) diketahui bahwa responden yang menyatakan mudah 11 orang (18,3%), dan sulit 49 orang (81,7). Distribusi frekuensi menurut persepsi tentang prosedur klaim, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan mudah 8 orang (13,3%), dan sulit 52 orang (86,7%). Distribusi frekuensi menurut persepsi tentang prosedur pelaporan, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan mudah 11 orang (18,3%), dan sulit 49 orang (81,7%). Berdasarkan tabulasi distribusi uraian variabel persepsi tentang prosedur setelah dilakukan pengkategorian sesuai dengan jawaban responden maka diperoleh hasilnya adalah persepsi responden tentang prosedur Jampersal terbanyak berada pada kategori buruk, yaitu sebanyak 49 responden (81,7%). Hasil statistik dengan uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang prosedur memiliki pengaruh terhadap kemauan menjadi provider program Jampersal p<0,001 5

(p<0,05). Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, sebagian besar responden menyatakan bahwa prosedur Jampersal merupakan proses yang cukup sulit. Menurut responden, pembuatan PKS membutuhkan waktu yang cukup lama, persyaratan yang cukup banyak serta proses yang berbelit-belit. Selain itu proses klaim juga menjadi salah satu hambatan. Menurut responden proses klaim memerlukan banyak persyaratan serta bukti-bukti yang harus dilengkapi yang menyebabkan tugas mereka dalam menangani satu pasien bertambah banyak serta butuh waktu untuk pencairan dana, sedangkan jika tidak melalui program Jampersal bidan langsung menerima dana dari pasien. Hal ini dikarenakan proses yang harus dilakukan pada program-program pemerintah sebelumnya sering menyulitkan para bidan. Sebaliknya, sebagian bidan menyatakan prosedur Jampersal cukup mudah untuk dipahami, baik prosedur pembuatan PKS, prosedur klaim, maupun prosedur pelaporannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Thoha bahwa persepsi adalah proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambaran yang unik tentang kenyataan yang barangkali jauh dari kebenarannya. Hal ini berarti bahwa hasil dari persepsi setiap orang akan berbeda-beda dan tidak menjamin bahwa apa yang mereka tafsirkan, rasakan, alami dan sebagainya sesuai dengan kenyataan atau kebenaran. Pembentukan persepsi tergantung berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal seperti pengalaman, keinginan, proses belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan, dan faktor eksternal yang meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya, lingkungan fisik dan hayati, dimana seseorang itu bertempat tinggal. Berdasarkan jawaban responden yang menyatakan bahwa prosedur Jampersal adalah proses yang sulit, faktor yang memengaruhi persepsi responden tersebut adalah faktor internal yaitu pengalaman mereka terhadap program-program Pemerintah yang pernah dilaksanakan sebelumnya. Teori Herzberg s two factor mengemukakan bahwa ada serangkaian kondisi ekstrinsik, keadaan pekerjaan (job context), yang menyebabkan rasa tidak puas (dissatisfaction) diantara para karyawan apabila kondisi ini tidak ada. Faktor ini disebut faktor-faktor yang membuat orang merasa tidak puas atau hygiene factors, yang salah satunya adalah prosedur perusahaan, yang dalam hal ini adalah prosedur pelaksanaan Jampersal. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 1 responden yang memiliki persepsi buruk tentang prosedur Jampersal tetapi memiliki kemauan untuk menjadi provider program Jampersal. Hal ini disebabkan karena responden memiliki persepsi yang baik tentang paket dan tarif program Jampersal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi menurut persepsi tentang tarif pelayanan ANC yang diberikan dalam program Jampersal diketahui bahwa responden yang menyatakan sesuai 12 orang (20,0%), dan tidak sesuai 48 orang (80,0%). Distribusi frekuensi menurut persepsi tentang tarif persalinan yang diberikan dalam program Jampersal, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan sesuai 12 orang (20,0%), dan tidak sesuai 48 orang (80%). Distribusi frekuensi menurut persepsi tentang tarif PNC yang diberikan dalam program Jampersal, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan sesuai 11 orang (18,3%), dan tidak sesuai 49 orang (81,7%). Berdasarkan tabulasi distribusi uraian 6

variabel persepsi tentang tarif setelah dilakukan pengkategorian sesuai dengan jawaban responden maka diperoleh hasilnya adalah persepsi responden tentang tarif Jampersal terbanyak berada pada kategori buruk, yaitu sebanyak 48 responden (80,0%). Hasil statistik dengan uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang tarif memiliki pengaruh terhadap kemauan menjadi provider program Jampersal p<0,001 (p<0,05). Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, sebagian besar responden menyatakan bahwa pada umumnya dana yang disediakan pada program-program pemerintah lebih kecil daripada tariftarif yang berlaku secara umum. Kalaupun dana yang disediakan sama dengan yang biasa mereka berlakukan, mereka memiliki tugas-tugas tambahan seperti mempersiapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi, sedangkan jika tidak melalui program Jampersal mereka tidak memiliki tugas-tugas tambahan tersebut. Selain itu sebagian besar responden juga memiliki persepsi bahwa sering terjadi pungutan-pungutan liar atau potongan-potongan dana pada program pemerintah yang dilakukan di luar prosedur. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Donnely, Gibson and Iyancevich yang menyatakan bahwa persepsi tentang tingkat imbalan memengaruhi kinerja individu yang dalam hal ini persepsi bidan tentang tarif yang diberikan kepada bidan untuk setiap pelayanan yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 1 responden yang memiliki persepsi buruk tentang tarif Jampersal tetapi memiliki kemauan untuk menjadi provider program Jampersal. Hal ini disebabkan karena responden memiliki persepsi yang baik tentang paket dan prosedur program Jampersal. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 60 responden, 14 responden memiliki persepsi baik tentang paket Jampersal dan 48 responden memiliki persepsi buruk tentang paket Jampersal. Untuk variabel prosedur Jampersal, 11 responden memiliki persepsi baik tentang prosedur Jampersal dan 49 responden memiliki persepsi buruk tentang prosedur Jampersal. Untuk variabel tarif Jampersal, 12 responden memiliki persepsi baik tentang tarif Jampersal dan 48 memiliki persepsi buruk tentang tarif Jampersal. Responden yang memiliki kemauan untuk menjadi provider program Jampersal sebanyak 12 responden, sedangkan 48 responden tidak memiliki kemauan untuk menjadi provider program Jampersal. Variabel yang berhubungan secara signifikan terhadap kemauan menjadi provider program Jampersal adalah variabel persepsi tentang paket (p<0,001), persepsi tentang prosedur (p<0,001), dan persepsi tentang tarif (p<0,001) Untuk meningkatkan kemauan bidan untuk menjadi provider program Jampersal, petugas Dinas Kesehatan Kota Binjai perlu meningkatkan sosialisasi tentang program Jampersal kepada para bidan praktek swasta untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang program Jampersal sehingga para bidan tidak hanya memandang program Jampersal dari programprogram sebelumnya yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemauan bidan untuk menjadi provider program Jampersal, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kemauan bidan praktek swasta untuk menjadi provider program Jampersal, petugas Dinas Kesehatan Kota Binjai perlu melakukan pendekatan kepada para bidan praktek swasta agar mau menjadi 7

provider program Jampersal, diharapkan kepada petugas untuk memberikan kemudahan serta informasi yang jelas kepada para bidan yang ingin menjadi provider Jampersal. Daftar Pustaka Ahmadi, A. 2003. Psikologi Umum. PT Rineka Cipta. Jakarta. Dinkes Kota Binjai. 2012. Profil Kesehatan Kota Binjai Tahun 2011. Binjai. Sujanto, Agus. 1993. Psikologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta. Thoha, Miftah. 2008. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo. Jakarta. Winardi, 2007, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Gibson, J.L, Ivancevich, Donnely. 1987. Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur, Proses. Erlangga. Jakarta. Ilyas, Y. 2008. Kinerja (Teori, Penilaian dan Penelitian). FKM UI. Jakarta. Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Mandar Maju. Bandung Kemenkes RI. 2011. Permenkes RI No. 2562/Menkes/Per/XII/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. Kemenkes RI. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunitas. Penerbit Remaja Rosdakarya. Bandung. Robbins, S.P. 2002. Perilaku Organisasi, Edisi Kedelapan, Jilid I. Prehallindo. Jakarta. 8