16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian di Rumah Kaca 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil Analisis ragam (Analysis of Variance) terhadap tinggi tanaman jagung (Tabel Lampiran 2-7) menunjukkan bahwa tiga taraf pemupukan NPK nyata memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman sedangkan aplikasi tidak nyata berpengaruh. Hasil tidak nyata juga ditunjukkan oleh interaksi antara kedua faktor tersebut. Setelah dilakukan uji lanjut Duncan, diperoleh hasil seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Tinggi Tanaman Jagung di Rumah Kaca pada Tiga Taraf Pemupukan NPK dan Dua Taraf Pemberian Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 100% NPK 17.24 a 40.87 a 56.24 a 90.74 a 118.80 a 142.65 a 75% NPK 15.34 b 38.7 ab 51.99 b 84.42 b 114.75 ab 136.30 a 50% NPK 15.32 b 37.31 b 48.09 c 78.87 c 108.00 b 130.10 a Uji F tn * ** ** * tn Perlakuan Tanpa 15.46 a 38.98 a 52.27 a 84.74 a 114.55 a 137.83 a Dengan 16.47 a 38.93 a 51.95 a 84.61 a 113.15 a 134.87 a Uji F tn tn tn tn tn tn yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT tn: tidak nyata, (*) nyata pada =5%, (**) nyata pada =1% Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan (Tabel 8) diketahui bahwa tinggi tanaman jagung nyata berbeda pada minggu ke-2 hingga ke-5 setelah tanam. Tidak nyatanya perbedaan tinggi tanaman pada minggu pertama dan ke-6 setelah tanam disebabkan oleh pertumbuhan vegetatif yang baru dimulai dan mulai berakhir pada minggu ke-6.
17 (a) (b) (c) Gambar 2. Pengaruh Aplikasi terhadap Tinggi Jagung Umur 3 MST di Rumah Kaca Keterangan: (a) 100% NPK; (b) 75% NPK; (c) 50% NPK (a) (b) (c) Gambar 3. Pengaruh Aplikasi terhadap Tinggi Jagung Umur 6 MST di Rumah Kaca Keterangan: (a) 100% NPK; (b) 75% NPK; (c) 50% NPK
18 Dosis pemupukan 100% NPK nyata memberikan perbedaan tinggi tanaman terbaik dibandingkan dosis 75% NPK dan 50% NPK pada minggu ke-3 dan ke-4. Pada minggu ke-2 dan ke-5 dosis pemupukan 100% NPK dan 75% NPK diketahui tidak nyata berbeda, namun 100% NPK berbeda nyata dengan 50% NPK. Dimana dosis 50% NPK memberikan tinggi tanaman yang paling rendah, oleh karena kandungan haranya yang tidak cukup untuk memenuhi pertumbuhan tinggi tanaman dibandingkan dosis lainnya. 4.1.2 Jumlah Daun Berdasarkan hasil Analisis ragam terhadap jumlah daun tanaman jagung (Tabel Lampiran 9-14) diketahui bahwa tiga taraf pemupukan NPK nyata berpengaruh pada jumlah daun hanya pada minggu ke-3, 5 dan 6. Aplikasi tidak nyata memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan jumlah daun, demikian pula interaksi antara kedua faktor yang tidak berpengaruh nyata. Tabel 9. Jumlah Daun Tanaman Jagung di Rumah Kaca pada Tiga Taraf Pemupukan NPK dan Dua Taraf Pemberian Perlakuan Jumlah Daun 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 100% NPK 2.20 a 4.05 a 5.65 a 7.30 a 8.90 a 9.40 a 75% NPK 2.05 a 4.05 a 5.25 ab 7.10 a 8.75 ab 9.20 ab 50% NPK 2.10 a 3.95 a 4.95 b 6.95 a 8.10 b 8.90 b Uji F tn tn * tn * * Perlakuan Tanpa 2.13 a 4.07 a 5.2 a 7.27 a 8.67 a 9.20 a Dengan 2.10 a 3.97 a 5.37 a 6.97 a 8.50 a 9.13 a Uji F tn tn tn tn tn tn yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT tn: tidak nyata, (*) nyata pada =5% Tabel 9 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan yang membuktikan bahwa aplikasi tidak nyata memberikan perbedaan jumlah daun tanaman jagung. Sedangkan dosis pemupukan 100% NPK dan 75% NPK tidak nyata berbeda namun 100% NPK berbeda nyata dengan 50% NPK, dimana 50% NPK memiliki jumlah daun yang paling rendah.
19 4.1.3 Biomassa Tanaman Jagung Melalui hasil analisis ragam terhadap bobot biomassa tanaman jagung (Tabel Lampiran 16-19), diketahui bahwa tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah dan kering tanaman meskipun memberikan rataan bobot yang lebih tinggi. Tiga taraf pemupukan NPK nyata memberikan pengaruh pada bobot basah akar, serta bobot kering bagian atas dan akar tanaman. Analisis ragam terhadap kedua faktor pemupupukan NPK dan menunjukkan tidak adanya interaksi antar keduanya. Tabel 10. Bobot Biomassa Tanaman Jagung di Rumah Kaca pada Tiga Taraf Pemupukan NPK dan Dua Taraf Pemberian Pengukuran Biomassa Tanaman Jagung 6 MST Perlakuan Bobot Basah (g) Bobot Kering (g) Bagian Atas Akar Bagian Atas Akar 100% NPK 148.00 a 156.10 a 26.32 a 16.66 a 75% NPK 133.95 a 146.80 a 19.82 b 15.92 ab 50% NPK 106.25 a 105.70 b 14.81 c 11.88 b Uji F tn * ** * Perlakuan Tanpa 125.33 a 132.00 a 19.61 a 14.55 a Dengan 133.47 a 140.40 a 21.03 a 15.09 a Uji F tn tn tn tn yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT tn: tidak nyata, (*) nyata pada =5%, (**) nyata pada =1% Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 10) diketahui bahwa dosis 100% NPK dan 75% NPK saling tidak nyata pada pengukuran bobot basah dan kering akar. Namun demikian dosis 100% NPK dan 50% NPK nyata berbeda, dimana dosis 50% NPK memberikan bobot biomassa terendah. Pada komponen bobot basah bagian atas (tajuk) dosis 100% NPK, 75% NPK dan 50% NPK keseluruhannya menujukkan perbedaan yang nyata.
20 (a) (b) Gambar 4. Pengaruh Aplikasi terhadap Akar Jagung Umur 6 MST di Rumah Kaca Keterangan: (a) 100% NPK; (b) 75% NPK; (c) 50% NPK 4.2 Hasil Penelitian di Lapang 4.2.1 Tinggi Tanaman (c) Hasil analisis ragam terhadap tinggi tanaman jagung (Tabel Lampiran 21-25) menunjukkan bahwa tiga dosis pemupukan dan aplikasi tidak nyata memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman. Demikian pula hasil analisis ragam antara kedua faktor, yaitu pemupukan dan yang saling tidak nyata berpengaruh.
21 (a) (b) (c) Gambar 5. Pengaruh Aplikasi terhadap Tinggi Jagung Umur 5 MST di Lapang Keterangan: (a) 100% NPK; (b) 75% NPK; (c) 50% NPK
22 Tabel 11. Tinggi Tanaman Jagung di Lapang pada Tiga Taraf Pemupukan NPK dan Dua Taraf Pemberian Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 100% NPK 29.86 a 58.63 a 103.84 a 147.89 a 197.32 a 75% NPK 28.47 a 54.98 a 101.60 a 144.52 a 193.41 a 50% NPK 31.77 a 60.77 a 107.49 a 149.44 a 196.22 a Uji F tn tn tn tn tn Perlakuan Tanpa 30.66 a 59.19 a 105.25 a 148.41 a 197.28 a Dengan 29.40 a 57.05 a 103.37 a 146.16 a 194.14 a Uji F tn tn tn tn tn yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (tn) menurut uji DMRT 4.2.2 Pengukuran Tongkol dan Hasil Panen Tanaman Contoh Analisis ragam (Anova) terhadap panjang tongkol, jumlah baris biji dan bobot biji pipilan kering tanaman jagung contoh (Tabel Lampiran 26-28) menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata baik antara dosis pemupukan NPK dan aplikasi. Lain halnya dengan analisis ragam terhadap bobot 100 butir biji (Tabel Lampiran 29) dimana baik dosis pemupukan maupun aplikasi keduanya nyata memberikan pengaruh pada bobot 100 butir biji jagung. Meskipun demikian hasil analisis ragam terhadap interaksi antara kedua faktor, yaitu pemupukan NPK dan aplikasi tidak nyata memberikan pengaruh. Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 12) menunjukkan bahwa dosis pemupukan dan aplikasi nyata memberikan perbedaan hanya pada bobot 100 butir biji. Dosis pemupukan 50% NPK memberikan bobot 100 biji yang paling tinggi dan tidak berbeda nyata dengan dosis 100% NPK, sedangkan dosis 75% NPK memiliki bobot yang paling rendah. Aplikasi nyata meningkatkan bobot 100 butir biji jagung sebesar 6.67% dari kontrol.
23 Tabel 12. Hasil Pengukuran Tongkol Jagung di Lapang (100 HST) pada Tiga Taraf Pemupukan NPK dan Dua Taraf Pemberian Pengukuran Tongkol Jagung (10 Tanaman Contoh) Perlakuan Panjang Bobot 100 Biji Pipilan Jumlah Baris Tongkol Butir Biji (g) Kering (kg) 100% NPK 16.01 a 14.17 a 32.16 ab 1.36 a 75% NPK 15.82 a 14.11 a 31.10 b 1.34 a 50% NPK 16.40 a 13.85 a 32.61 a 1.44 a Uji F tn tn * tn Perlakuan Tanpa 16.31 a 14.09 a 30.92 b 1.39 a Dengan 15.84 a 14.00 a 32.99 a 1.37 a Uji F tn tn ** tn yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT tn: tidak nyata, (*) nyata pada =5%, (**) nyata pada =1% Pengaruh pemupukan NPK dan terhadap bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot dan bobot berangkasan 10 tanaman contoh dapat dilihat pada Tabel 13. Analisis ragam (Anova) terhadap ketiganya (Tabel Lampiran 30-32) menunjukkan bahwa pemupukan dan aplikasi maupun interaksi keduanya memberikan hasil yang tidak nyata. Tabel 13. Hasil Pengukuran Bobot Panen Tanaman Contoh di Lapang (100 HST) pada Tiga Taraf Pemupukan NPK dan Dua Taraf Pemberian Pengukuran Bobot Jagung (10 Tanaman Contoh) Perlakuan Tongkol Berkelobot (kg) Tongkol Tanpa Kelobot (kg) Berangkasan Tanaman Sample (kg) 100% NPK 2.92 a 2.61 a 10.82 a 75% NPK 2.85 a 2.54 a 10.16 a 50% NPK 2.96 a 2.66 a 11.27 a Uji F tn tn tn Perlakuan Tanpa 2.95 a 2.63 a 10.83 a Dengan 2.88 a 2.57 a 10.67 a Uji F tn tn tn yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (tn) menurut uji DMRT
24 4.2.3 Hasil Panen Tanaman Jagung Variabel yang digunakan untuk mengukur hasil produksi panen jagung adalah bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot dan bobot biji pipilan kering. Tabel 14. Hasil Panen Tanaman Jagung di Lapang (100 HST) pada Tiga Taraf Pemupukan NPK dan Dua Taraf Pemberian Pengukuran Bobot Panen Jagung Perlakuan Tongkol Berkelobot (kg/petak) Tongkol Tanpa Kelobot (kg/petak) Biji Pipilan Kering (kg/petak) 100% NPK 25.61 a 19.70 a 14.84 a 75% NPK 25.54 a 19.77 a 14.84 a 50% NPK 24.10 a 18.99 a 14.39 a Uji F tn tn tn Perlakuan Tanpa 24.87 a 19.25 a 14.43 a Dengan 25.29 a 19.72 a 14.94 a Uji F tn tn tn yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT tn: tidak nyata, (*) nyata pada =5%, (**) nyata pada =1% 100% NPK 75% NPK 50% NPK Gambar 6. Pengaruh Aplikasi terhadap Tongkol Jagung Umur 100 HST di Lapang Berdasarkan analisis ragam terhadap seluruh variabel yang diamati (Tabel Lampiran 33-35), dosis pemupukan dan aplikasi tidak nyata
25 memberikan hasil produksi yang meningkat. Demikian pula dengan hasil uji lanjut Duncan (Tabel 14) yang menunjukkan bahwa hasil produksi jagung pada setiap perlakuan tidak nyata berbeda. 4.3 Pembahasan Dosis pemupukan 100% NPK memberikan hasil pertumbuhan dan produksi jagung yang paling baik pada penelitian di rumah kaca. Hal ini dapat dilihat dari hasil rataan tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot biomassa jagung yang lebih tinggi dibandingkan pada dosis pemupukan 75% dan 50% NPK. Dengan kata lain dosis 100% NPK mampu menyokong kebutuhan hara jagung secara optimal sehingga tanaman mampu tumbuh dan berproduksi optimum. Unsur N, P dan K merupakan unsur yang esensial bagi tanaman jagung. Kekurangan salah satu atau keseluruhan unsur tersebut akan mengakibatkan menurunnya hasil pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Permadi et al., (2005) pemupukan NPK berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan dan hasil produksi tanaman jagung serta memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan pemupukan NP dan NK saja. Aplikasi pada takaran rendah dengan dosis 0.1 liter/ha (0.025% larutan ) pada minggu pertama dan 1 liter/ha (0.25% larutan ) pada minggu ke-3 tidak nyata memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung di rumah kaca. Hal ini dikarenakan oleh rendahnya dosis yang diberikan pada umur 1 MST, yaitu menurun 10% dibandingkan dosis yang disarankan. Dosis aplikasi yang disarankan oleh Vital Earth untuk penggunaan di rumah kaca adalah 1 liter /ha (0.25% larutan ) untuk diaplikasikan setiap dua-tiga minggu sekali (Anonym, 2011 b ). Penelitian di Indonesia mengenai dosis yang berbeda untuk penanaman di rumah kaca sebelumnya telah dilakukan oleh Abadi (2011) pada tanaman caisim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot berangkasan caisim meningkat 9.7% pada dosis 0.5 liter/ha, meningkat 24.4% pada dosis 1 liter/ha, namun menurun sebesar 42.84% pada dosis 1.5 liter/ha. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dosis yang ideal untuk penanaman di rumah kaca adalah 1 liter/ha (0.25% larutan ).
26 Lain halnya dengan hasil penelitian Sugiyanta dan Yuseffa A. (2011) terhadap dosis yang berbeda-beda di lapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman pakcoy dengan 0.5 dosis (1.25 liter/ha) hingga 1.5 dosis (3.75 liter/ha) nyata memberikan hasil produksi pakcoy yang lebih tinggi dari perlakuan kontrol. Namun demikian 1 dosis (2.5 liter/ha) dinyatakan sebagai dosis terbaik untuk diaplikasikan kepada tanaman pakcoy sebanyak 3 kali, yaitu pada umur 2,3 dan 4 MST dengan volume semprot 500 liter/ha. Dosis tersebut merupakan dosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang disarankan oleh Vital Earth. Namun demikian, dosis tersebut mampu meningkatkan produksi tanaman yang lebih optimum dan dinilai efisien secara ekonomi oleh Sugiyanta dan Yuseffa A. (2011). Melalui hasil ini juga dapat ditarik kesimpulan bahwa dosis yang rendah pada penanaman jagung di rumah kaca akan menyebabkan hasil pertumbuhan dan produksi yang tidak nyata akibat dari takarannya yang 10% lebih rendah dibandingkan dengan yang disarankan. Hasil penelitian lapang pada tiga taraf pemupukan menunjukkan hasil yang tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Dosis 100% NPK tidak berbeda nyata dengan dosis 75% NPK dan 50% NPK. Hal ini berbeda dengan pernyataan Syafruddin et al., (2008) yang mengatakan bahwa pemberian pupuk N yang tidak sesuai jumlahnya bagi kebutuhan tanaman akan mengakibatkan tidak optimalnya pertumbuhan tanaman jagung. Demikian pula Tandisau et al., (2003) yang mengatakan pemupukan P rendah akan mengurangi hasil produksi pipilan kering jagung. Aplikasi pada penelitian lapang turut memberikan hasil yang tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung meskipun pada takaran yang sesuai (1 liter /ha). Hasil ini berbeda dibandingkan hasil penelitian di Universitas Missouri, Columbia pada jagung hibrida yang diaplikasikan sebanyak dua kali pada dosis 1 liter/ha/aplikasi memberikan hasil panen 17% lebih banyak dari kontrol dan 20% lebih tahan terhadap hama (Nathan dan Timothy, 2011).
27 Pertumbuhan dan produksi jagung pada semua perlakuan disetiap ulangan sama baiknya pada penelitian ini. Hal ini ternyata disebabkan oleh pemberian air irigasi yang dilakukan melalui penggenangan di waktu malam hari oleh tenaga lapang tanpa sepengetahuan peneliti. Petakan percobaan terendam sehingga pupuk dan dari plot yang satu terbawa ke plot yang lain. Dengan demikian tidak ada kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian lapang ini. Paralel dengan percobaan ini pada saat yang bersamaan, juga dilakukan penelitian pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai. Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian jagung karena petakan percobaan juga mengalami perendaman melalui irigasi. akan berpengaruh nyata pada hasil tanaman apabila digunakan sesuai dosis yang disarankan dengan cara aplikasi yang tepat. Dimana penyemprotan harus dilakukan secara hati-hati dan tidak mengenai petak kontrol. Selama melakukan aplikasi, sebaiknya lahan tidak mengalami penggenangan begitu pula sehari setelah aplikasi dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terbawa air ke tempat lain, sehingga lahan yang diaplikasikan tidak memberikan hasil nyata. Gambar 7. Lahan Percobaan Kedelai (depan) dan Jagung (belakang) di Kebun Percobaan Muara (5 MST) Keterangan: Pertumbuhan Kedelai dan Jagung sama baiknya meski dengan perlakuan berbeda