Modul ke: Kewirausahaan I Berisi tentang mengelola keuangan usaha. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id
Untuk memulai usaha, kita tidak perlu menunggu sampai memiliki modal yang besar. Yang menjadi modal utama bukanlah uang, melainkan keberanian, keyakinan, dan ketekunan. Semua usaha berawal darisebuah gagasan atau keahlianyang kemudian dijual. Asal memiliki gagasan bisnis yang baik, walaupun belum memiliki modal, kita bisa menjual gagasan bisnis kita tersebut untuk kemudian dijadikan uang. Jika memiliki keahlian dalam bidang music, kita bisa menawarkan keahlian kita untuk menghibur orang lain diberbagai acara ataupun melatih orang lain untuk memainkan alat music yang bisa kita mainkan.
Menurut Presiden Direktur Entrepreneur College tersebut, hal yang paling menentukan dalam memulai bisnis adalah kemampuan menggunakan keahlian, bukan uang. Kalau kita membaca biografi orang terkenal, tidak ada satu pun yag mengatakan bahwa modal merupakan penentu atau hal paling utama yang harus dimiliki. Semua pebisnis hebat mengatakan bahwa modal utama bukanlah uang, tapi kepercayaan, sesuatu yang ada dalam otak bawah sadar, termasuk kemampuan, ketawakalan, dan ketekunan. Dengan demikian, modal utama dalam berbisnis adalah ketekunan, kerajinan, kedisiplinan, kerja keras, dan bukan uang.
Khoirussalim tentu tak asal berteori. Ia sudah membuktikannya, dan hasilnya adalah Country Donuts yang dirintisnya sejak tujuh tahun lalu kini menjadi salah satu bisnis local yang sukses dengan 10 waralaba (franchise) dan memiliki dua pabrik donuts sendiri di Jakarta. Dan soal modal ia mengatakan saya modal dengkul, nekad. Artinya dari sisi finansial saya nggak menyiapkan uang, yang menyiapkan uang orang lain, tukas Sekjen Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia tersebut.
KOMPAS.com Seorang teman pernah mengeluh penghasilan dari usahanya selalu habis sebelum ditabung. Kalau pun ada yang bisa ditabung, jumlahnya hanya sedikit. Padahal, proyek yang ia terima cukup banyak. Seharusnya, usahanya bisa berjalan lancar dan hidupnya bisa senang meski sedang tidak ada order. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Hal ini mungkin pernah dialami oleh sebagian orang yang mengawali dunia usaha. Apalagi, jika usaha tergolong jenis usaha keluarga. Pada awal usaha, saat mendapat proyek, uang selalu saja habis untuk menghidupi keluarga. Istilahnya, saat sudah senang, lupa segalanya. Lupa harus bayar listrik, telepon, internet, transportasi, dan sebagainya. Dan satu hal yang selalu terlupakan adalah mencatat semua kegiatan dan transaksi. Tak banyak usaha kecil yang melakukannya. Padahal, pencatatan adalah langkah dasar penting yang harus dilakukan untuk memajukan usaha. Lalu, bagaimana mengatur keuangan usaha yang b ik?
1. Tentukan Porsi Keuangan Cara paling mudah untuk mengatur keuangan usaha adalah dengan menyepakati sejak awal berapa porsi uang yang akan digunakan sesuai lalu lintas uang yang dibutuhkan. Misalnya, berapa jumlah uang yang akan digunakan untuk membayar gaji, operasional perusahaan, serta berapa keuntungan yang akan digunakan mengembangkan usaha dan untuk ditabung.
Untuk langkah awal, Anda bisa mencoba membagi porsi 30:30:30:10. Porsi 30 persen untuk gaji, 30 persen lagi untuk operasional perusahaan, seperti sewa kantor, biaya listrik, telepon, fax, transportasi, dan lain sebagainya. Lalu 30 persen lainnya untuk mengembangkan usaha, dan sisa 10 persen untuk tabungan pribadi. Jadi, misalnya pemasukan sebesar Rp 20 juta, Rp 6 juta (30 persen) langsung dipotong di awal untuk disishkan sebagai gaji, Rp 6 juta untuk biaya operasional, Rp 6 juta untuk biaya pengembangan usaha, dan Rp 2 juta untuk tabungan pribadi.
Pola pembagian dengan struktur jumlah persentase ini tidak mutlak. Anda boleh menentukan sendiri. Yang perlu diperhatikan adalah kedisiplinan dalam membagi berdasar nilai yang sudah disepakati di awal. Dengan cara ini, Anda akan lebih mudah mengatur keuangan usaha.
2. Pisahkan Rekening Pribadi dan Usaha Setelah porsi ditentukan, langkah berikutnya lakukan pencatatan keuangan usaha. Memang jika usaha masih kecil, kita cenderung sering menyamakan antara uang yang diterima dalam usaha dan uang untuk kepentingan pribadi. Bahkan kita biasanya menyimpan uang itu dalam satu nomor rekening.
Padahal, jika keuangan usaha dan keuangan pribadi digabung, Anda akan kesulitan dalam melakukan monitoring pendapatan atau pun pengeluaran yang telah dilakukan. Dengan melakukan pemisahan pencatatan antara keuangan usaha dengan keuangan pribadi, maka akan lebih mudah untuk membedakan antara arus dana dari usaha dengan penggunaan uang untuk kepentingan pribadi. Di samping itu, pemisahan pencatatan juga dapat memberikan informasi lebih jelas tentang keadaan finansial dari usaha yang sedang dijalankan. Apalagi saat ini sejumlah bank sudah menyediakan produk layanan yang dapat mendukung pencatatan keuangan usaha Anda. Di antaranya, produk Taplus Bisnis dari Bank BNI dan Tabungan SiAga Bukopin Bisnis dari Bank Bukopin.
3. Jangan Mudah Tergoda Inilah poin yang utama sebagai bentuk usaha mendisiplinkan diri. Dan, memang kunci utama mengatur keuangan usaha adalah disiplin dalam mematuhi porsi persentase yang kita atur untuk keuangan usaha dan pribadi.
Godaan biasanya sering datang saat sedang banyak order. Barangbarang tadinya belum terlalu penting jadi seperti minta dibeli. Ada kalanya, saat uang masuk dalam jumlah besar, tiba-tiba kita merasa butuh ini dan itu. Salah satunya, membeli baju dengan alasan agar terlihat lebih pantas saat bertemu klien. Memang tidak ada salahnya memenuhi keinginan itu. Namun dengan catatan, Anda mesti bisa membedakan kebutuhan dan keinginan. Sebelum membeli sesuatu dengan alasan usaha, tanyakan dulu, apakah itu merupakan kebutuhan mendesak atau keinginan yang bisa ditunda. Nah, jawaban ini yang akan membantu Anda menentukan ke mana uang bisa digunakan. Bila memungkinkan dan punya cukup dana, Anda bisa menggunakan software akuntansi untuk pencatatan keuangan usaha. Dengan software ini, pencatatan keuangan bisa dilakukan lebih profesional dan rapi. Dengan begitu, Anda juga tidak memiliki celah untuk seenaknya mengambil uang usaha untuk kebutuhan pribadi.
Mengelola Keuangan Usaha Pada dasarnya, setiap usaha memerlukan modal. Modal usaha dapat berupa modal dana dan modal nondana berupa keahlian dan keterampilan. Dan hal yang terpenting adalah mengetahui berapa kebutuhan modal usaha kita, darimana sumber modal usaha tersebut, dan bagaimana mengelola modal usaha tersebut, memilih investasi yang benar, dan proses mencatat dana, serta cara mengelola keuntungan yang kita peroleh. Berikut adalah bahasan teori mengenai masalah dana tersebut :
1. Mengetahui Modal Usaha Hal yang terpenting dahulu dalam berwirausaha adalah mengetahui kebutuhan modal usaha. Dan pada prinsipnya, dalam menjalankan usaha terdapat tiga jenis modal yang diperlukan, yaitu modal investasi awal, modal kerja, dan modal operasional. Pada prinsipnya, dalam menjalankan usaha terdapat tiga jenis modal yang diperlukan yaitu modal investasi awal, modal kerja, dan modal operasional.
Modal Investasi Awal Adalah modal yang diperlukan di awal usaha, biasanya dipakai untuk jangka panjang. Contoh : bangunan serta peralatan seperti komputer, kendaraan, perabotan kantor, dan barang-barang lain yang digunakan untuk jangka panjang. Jika kita memiliki usaha kue brownies, maka modal investasi awal kita adalah bangunan untuk memasak serta alat-alat seperti oven, kompor gas, loyang kue, peralatanperalatan seperti mixer, sendok, garpu, dan alat pembungkus. Biasanya, modal awal ini nilainya cukup besar karena dipakai untuk jangka panjang, tetapi nilai dari modal investasi awal akan menyusut dari tahun ke tahun, bahkan bisa dari bulan ke bulan.
Banyak cara untuk menyiasati besarnya biaya investasi. Untuk bangunan misalnya kita bisa menyewa sebelum mampu membeli, atau bekerja sama dengan pemilik bangunan yang tidak dipakai. Untuk peralatan yang nilainya cukup besar kita dapat lakukan dengan cara sewa atau yang sering disebut juga leasing.
Modal Kerja Adalah modal yang harus kita keluarkan untuk membeli atau membuat barang dan jasa yang kita hasilkan. Modal kerja bisa dikeluarkan setiap bulan, atau setiap datang permintaan. Sebagai contoh,jika usaha kita berupa toko kosmetik, maka modal kerja yang kita butuhkan adalah modal untuk membeli jenis-jenis kosmetik. Jika kita mempunyai usaha keripik kentang, maka modal usaha kita adalah modal untuk membeli kentang, minyak, dan bumbu masak.
Prinsipnya tanpa modal kerja kita tidak akan bisa menyelesaikan pembuatan barang dan jasa sesuai permintaan. Jadi tanpa modal kerja kita tidak akan mendapatkan pembeli karena barang dan jasa tidak ada yang dapat dihasilkan. Banyak cara menyiasati untuk memperkecil modal kerja seperti contoh usaha fotocopy, kita dapat mengajak kerja sama pihak distributor kertas, demikian juga berlaku bagi usaha lainnya.
Modal Operasional Modal yang harus kita keluarkan untuk biaya operasi bulanan dari usaha kita. Contoh : biaya untuk pembayaran gaji pegawai, telepon bulanan, listrik, air bahkan retribusi. Pada prinsinya, yang dimaksud dengan modal operasioanal adalah uang yang harus kita keluarkan untuk membayar biaya diluar bisnis kita secara langsung. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperkecil modal operasional, yang paling besar adalah biaya tenaga kerja. Jangan terlalu banyak pegawai dulu, usahakan mulai dari tenaga kerja harian atau kontrak, sebelum usaha kita mapan. Sebab dengan memperkerjakan karyawan tetap, jika usaha kurang berhasil dan harus melakukan PHK karyawan, konsekuensinya kita harus memberikan pesangon yang akan menjadi beban usaha kita.
Mengetahui Sumber Permodalan Untuk memulai suatu usaha, pada dasarnya sumber pemodalan dapat diperoleh melalui : a. Modal Sendiri Merupakan cara yang paling mudah, karena kebutuhan modal dibiayai sendiri. Modal sendiri adalah kebutuhan modal dibiayai sendiri. Sumber pembiayaan sendiri dapat diperoleh dari tabungan, dana cadangan atau mempergunakan aset yang tidak produktif.
Pinjaman Bank Apabila modal sendiri tidak mencukupi, maka kita dapat memenuhi kebutuhan modal dengan melakukan pinjaman atau mengajukan kredit pada bank.
Terima Kasih Sukarno B N, S.Kom, M.Kom