BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

dokumen-dokumen yang mirip
USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Pendahuluan. Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak

BAB I PENDAHULUAN. Pada Bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis penelitian, dan


I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan salah satu komponen penting dalam perwujudan masa

DAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner) a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komprehensif sebelum mengambil keputusan menentukan pilihan.

I. PENDAHULUAN. transisi, dimana terjadi perubahan-perubahan yang sangat menonjol dialami. fisik dan psikis. Sofyan S.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan, kebutuhan ini akan terpenuhi apabila seseorang memiliki uang. Seseorang harus bekerja untuk memperoleh uang, walaupun uang bukan satu-satunya alasan mengapa orang bekerja. Menurut Pandji Anoraga (1992:11) Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapai, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya. Sebelum seseorang bekerja seseorang harus memilih pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Ketika kita dihadapkan dalam pemilihan karir, maka akan timbul pertanyaan-pertanyaan dalam diri, pekerjaan apa yang harus saya pilih. Apakah saya akam menjadi guru? Apakah saya akan menjadi wiraswasta? Apakah saya akan menjadi pengacara atau pilot? Dan banyak lagi pertanyaanpertanyaan lain yang muncul. Menentukan suatu pilihan memang tidaklah mudah banyak hal yang harus diperhitungkan, begitupun dalam pemilihan karir. Pemilihan karir merupakan suatu proses untuk memilih suatu pekerjaan tertentu. Seseorang akan mempertimbangkan beberapa pilihan pekerjaan yang didasarkan atas berbagai faktor diantaranya kesesuaian internal seperti minat, 1

kemampuan, dan nilai-nilai, dukungan orang tua, pengaruh teman sebaya, dan lain-lain. Seiring proses pemilihan tersebut, ia akan melakukan eksplorasi terhadap diri sendiri, bidang studi, dan pekerjaan yang mungkin akan menjadi pilihannya. Proses ekplorasi akan memungkinkan seseorang mengenal dirinya meliputi minat, bakat, dan kemampuan yang dimilikinya. Proses eksplorasi juga memungkinkan dirinya untuk semakin mengenal dunia kerja dan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Ia akan menentukan pilihannya, yaitu karir apa saja yang sesuai dengan dirinnya. Memilih dan merencanakan karir merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa remaja. Hakikat tugas perkembangan tujuan tugas ini adalah memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mempersiapkan diri memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki pekerjaan tersebut. Dasar psikologis studi tentang minat remaja, menunjukkan bahwa perencanaan dan persiapan pekerjaan merupakan minatnya yang pokok, baik remaja pria maupun wanita yang berusia 15-16 (Syamsu Yusuf LN, 2006:83). Selanjutnya Hesley (Syamsu Yusuf LN, 2006:84-85) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja salah satunya adalah aspek perencanaan dan pengambilan keputusan. Profil perilakunya antara lain mampu memilih salah satu pekerjaan dari berbagai pekerjaan yang beragam, mampu mempertimbangkan berapa lama menyelesaikan sekolah, dapat merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat sekolah, dapat memilih program studi yang sesuai dengan minat kemampuannya, dapat mengambil keputusan ditempat mana akan bekerja. 2

Anak sekolah menengah atas mulai memikirkan masa depan mereka secara bersungguh-sungguh. Kadang ada perbedaan antara pilihan pekerjaan anak laki-laki dan anak perempuan. Kadang anak laki-laki menginginkan pekerjaan yang lebih bergengsi, dan menarik walaupun gajinya tidak begitu besar. Sedangkan anak perempuan lebih menginginkan pekerjaan yang nyaman baginya dan tidak banyak membutuhkan waktu. Siswa SMA pada hakekatnya sangat bervariasi dalam memilih karirnya, masih banyak di antara mereka masih ragu-ragu dalam membuat pilihan karir. Kebingungan ini dikarenakan dalam memikirkan pilihan karirnya mereka akan memikirkan pekerjaan-pekerjaan yang mereka lebih sukai atau yang mereka cita-citakan, atau yang sesuai kemampuannya. Mereka juga harus memikirkan pilihan dari orang tuanya yang kadang tidak sama dengan pilihan mereka. Kadang orang tua tidak melihat keinginan dan bakat anak. Di satu sisi remaja ingin mandiri seperti orang dewasa di sisi lain masih harus mengikuti kemauan orang tua. Masa remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan. Periode ini menunjukkan suatu masa kehidupan dimana kita sulit untuk memandang remaja itu sebagai anak-anak, namun juga tidak sebagai orang dewasa. Masa transisi yang dialami remaja, menuntut remaja untuk berjuang menemukan jati diri, kemandirian, dan self regulasinya. Mereka hidup bersama orang dewasa, didalam masyarakat orang dewasa, mereka harus menyesuaikan diri dengan kehidupan, dimana pembatasan-pembatasan dan peraturan-peraturan yang berlaku sering dirasakan remaja sebagai suatu peraturan yang sangat 3

berat. Bagi kebanyakan remaja, periode ini merupakan periode yang amat kritis,. Jika remaja mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapinya secara integratif, maka ia akan menemukan jati dirinya. Sebaliknya bila gagal, ia akan berada pada krisis identitas yang berkepanjangan. masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan fisiologis yang cepat pada dirinya. Perubahan ini disertai dorongan sosial untuk memenuhi keputusan dalam masalah pendidikan dan kerja, memaksa mereka untuk mempertimbangkan berbagai peran. Bila remaja tidak dapat mengintegrasikan identifikasi dan peran-perannya, ia akan menghadapi kekaburan identitas (identity diffusion), memiliki kepribadian yang labil, tidak memiliki sikap bagi masa depannya, dan bahkan menunjukkan ketidaktertarikan dalam berbagai hal. Remaja harus menetapkan identitas dirinya, siapa saya saat ini, ingin menjadi apa saya dimasa dewasa nanti. Untuk menetapkan identitas dirinya remaja harus mencari informasi berbagai alternatif-alternatif pekerjaan untuk pencapaian status identitas vokasional, dan harus memilih serta menetapkan salah satu pekerjaan yang menjadi minatnya (komitmen), dengan demikian remaja tersebut memiliki identitas achievement dalam bidang vokasional. Ada dua hal yang menentukan pembentukan identitas diri remaja, yaitu eksplorasi. Eksplorasi adalah usaha yang dilakukan remaja akhir secara aktif untuk mencari dan memahami masalah-masalah yang menyangkut pekerjaan, agama, dan politik sehingga sampai pada sebuah keputusan dan komitmen. Komitmen merupakan aktifitas yang relatif tegas dan menarik tentang elemen-elemen identitas remaja, berperan sebagai pengarah menuju tindakan 4

penuh arti pada sesuatu, yang dipilih dengan disertai keyakinan, kesetiaan, dan sulit untuk digoyang atau dipengaruhi. Ketidakadaan komitmen menunjukkan bahwa remaja memiliki komitmen lemah dan mudah dipengaruhi serta mudah berubah. Rasa ketergantungan pada orang tua di kalangan remaja Indonesia tenyata lebih besar dibanding dengan di beberapa Negara lainnya, hal ini disebabkan oleh perlakuan orang tua yang memang menuntut anak-anaknya untuk selalu patuh. Hasil penelitian Kagichibasi menemukan bahwa ibu dari suku Jawa dan Sunda mengharapkan agar anak menuruti orang tua (Jawa : 88%, Sunda 81%). Harapan itu berbeda dengan yang terjadi pada bangsa Korea, Singapura, dan Amerika Serikat. Pada bangsa bangsa tersebut lebih banyak orang tua yang berharap agar anaknya bisa mandiri (ibu Korea : 62%, ibu Singapura : 60%, ibu AS : 51%, ayah Korea : 68%, ayah Singapura : 69%, ayah AS : 43%). Pola harapan orang tua Indonesia (yang diwakili oleh suku Jawa dan Sunda) yang menekankan agar anak selalu menuruti kemauan orang tua mungkin adalah dalam rangka agar anak menjadi seperti yang dicita-citakan oleh orang tua. Hal seperti ini tanpa orang tua sadari telah menciptakan sistem yang otoriter dalam mengasuh anak. Pola asuh semacam ini akan menghambat kemandirian anak dalam menentukan pilihannya. (Sarlito W. Sarwono, 2006: 85). Masalah yang terjadi di SMA Negeri 11 Yogyakarta beberapa siswa mengaku bingung untuk menentukan pilihan dalam memilih jurusan, menentukan perguruan tinggi mana yang kelak akan dimasuki. Pemilihan 5

jurusan dan memilih perguruan tinggi merupakan proses dalam pemilihan karir ke depan. Kebingungan mereka dikarenakan pilihan mereka tidak sama dengan kehendak orang tua. Orang tua mereka memaksakan untuk memilih sesuai pilihan orang tua. Orang tua berkeyakinan bahwa pilihannya adalah pilihan terbaik untuk anaknya. Hal ini akan menjadi gejolak pada diri anak antara memilih sesuai dengan keinginan diri sendiri atau orang tua mereka. Terlihat bahwa individu sama sekali belum menemukan identitas dirinya (belum memikirkan). Individu sering kebingungan siapa dirinya, dan apa mau dalam hidupnya. Individu yang mengalami kebingungan identitas tidak menemukan arah pekerjaan atau komitmen ideologi yang mana pun, dan mencapai kemajuan kecil kearah tujuan-tujuan ini. Hal ini akan membuat identitas semu yaitu individu lebih menerima pilihan orang tua daripada identitas mereka sendiri tanpa mempertimbangkan pilihan-pilihan yang pada umumnya terlalu dipaksakan dan kaku untuk difungsikan sebagai dasar menghadapi krisis hidup di masa depan. Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 11 Yogyakarta pada bulan februari 2012 guru bk mengatakan sebelum siswa naik kelas XI ada beberapa siswa melakukan konseling berkenaan dengan kebingungan siswa terhadap pemilihan jurusan dan karir. Kebingungan siswa itu dikarenakan beberapa hal di antaranya belum tahu kemampuannya, bimbang antara yang dipilihnya dan prospek kedepannya, masih tergantung orang tua. Rata-rata ada 10-11 anak dari 33 siswa setiap kelas yang mengalami kebingungan berkenaan dalam karir. Terdapat 5-6 6

setiap kelas anak yang kebingungan dalam pemilihan jurusan. Siswa melakukan bimbingan tidak hanya datang ke ruang BK namun bisa dengan SMS, Facebook, telepon. Orang tua siswa sekitar 2-3 orang setiap kelas kadang menghubungi guru BK berhubungan dengan pilihan anaknya apalagi apabila ada kesenjangan antara pilihan anak dan orang tua. Pada umumnya orang awam akan menilai bahwa untuk dapat mengikuti program pendidikan IPA dituntut kemampuan intelektual yang relatif tinggi daripada kajian IPS, sehingga tanpa disadari membawa konsekuensi logis untuk menempatkan IPA lebih tinggi daripada IPS. Padahal untuk dapat mengikuti program IPS dengan baikpun tuntutan secara spesifik sangat dibutuhkan yaitu, ketajaman analisis, permasalahan sosial, pemahaman bahasa, ketekunan membaca serta daya ingat yang kuat. Konsekuensi lanjut yang kemudian menjadi permasalahan psikologik dalam pemilihan program pendidikan adalah (1) orang tua memaksakan kehendaknya pada putra putrinya untuk mengambil program IPA padahal sebenarnya bisa saja mereka berminat pada IPS, (2) anak bersekolah tidak karena anak senang dan bahagia namun hanya demi memenuhi cita-cita orang tua pada masa lalu yang tidak tercapai. Banyak orang tua yang oleh beberapa penyebab tertentu tidak dapat mencapai cita-cita untuk menjadi seorang dokter, misalnya berhasrat untuk memenuhi cita-citanya dengan memaksa anak untuk bersekolah di Fakultas Kedokteran tentu saja anak harus melewati program IPA. Mungkin saja anak memiliki kemampuan itu, namun dari banyak kasus terbukti bahwa walaupun 7

anak kemudian berhasil menyelesaikan studinya kiprah kerjanya di kemudian hari tidak sesuai (Sawitri Supardi Sadarjoen, 2005:110). Setiap proses atau tahap yang mengarah pada pemilihan karir yaitu pemilihan jurusan di sekolah akan berpengaruh pada pemilihan jurusan dan penentuan perguruan tinggi kelak, dan akan jadi apa kelak. Proses ini merupakan serangkaian proses untuk perencanaan masa depan terutama dalam bidang karir. Sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan karir tidak semata dalam pemilihan pekerjaan semata. Dapat dikatakan prosesnya cukup panjang. Dapat dikatakan pola asuh orang tua mempunyai hubungan yang erat dengan pemilihan karir anak. Dalam hubungan orang tua dan anak, kadang anak mereka sering harus belajar menyesuaikan diri dengan aturan yang dibuat oleh orang tua. Ada tiga macam bentuk pengasuhan yang biasa digunakan oleh orang tua antara lain yaitu (1) pengasuhan otoriter, (2) pengasuhan demokratis, (3) pengasuhan Permissif. Pola asuh yang berbeda-beda akan menghasilkan sikap, kepribadian dan perilaku yang berbeda-beda juga terutama dalam pengambilan keputusan. Ada anak yang bebas menentukan pilihannya sendiri ada pula yang selalu harus mengikuti keputusan orang tua hal ini tergantung pola asuh yang diterapkan orang tua. Siswa SMA berada pada masa remaja dimana mereka sudah harus mempersiapkan dan memilih karir untuk masa depannya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siti Jamilah (2005) mengenai hambatan-hambatan yang mempengaruhi ketepatan pilihan karir siswa. Hasil 8

dari penelitian tersebut terdapat hambatan internal dan hambatan eksternal. Salah satu hambatan eksternal adalah orang tua dan presentasenya 79,1% yaitu pada katagori tinggi, artinya bahwa dalam pemilihan karir siswa orang tua kurang mendukung serta terlalu memaksakan keinginan atau hendaknya terhadap karir yang dipilih anaknya bahkan siswa tidak memiliki pilihan pekerjaan atau karir. Penelitian lain yang dilakukan oleh Pudji Hartuti (2002) mengenai hubungan antara kesan anak tentang pola asuh orang tua, sikap sosial, minat karir, dan pilihan karir : pengujian teori Roe dalam konteks sosio-kultural Indonesia. Hasil penelitian didapat adanya hubungan positif secara signifikan tersebut adalah kesan anak tentang pola asuh orang tua dengan sikap sosial dan minat karir dengan pilihan karir. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa memang ada keterkaitan antara orang tua dengan pilihan karir anak. Terbukti ternyata orang tua menjadi salah satu hambatan eksternal dalam pemilihan karir anak. Penelitian yang lain kesan anak tentang pola asuh orang tua dengan sikap sosial dan minat karir dengan pilihan karir hasilnya adanya hubungan positif secara signifikan. Lebih lanjut peneliti ingin mengkhususkan melakuan penelitian mengenai pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis merupakan perpaduan antara pola asuh otoriter dan pola asuh Permissif. Pola asuh demokratis orang tua lebih hangat penuh kasih sayang. Orang tua juga lebih demokratis pada anak, anak lebih bisa menentukan pilihannya anak dilatih untuk bertanggung jawab namun orang 9

tua tetap memberi pengawasan sehingga anak tidak di lepas begitu saja masih dalam batasan normatif. Orang tua demokratis lebih bisa merangsang anak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, bebas memilih, bisa menyelesaikan tugas-tugas atau hal-hal yang dikehandaki, namun orang tua tetap mengarahkan. Hubungan antara orang tua dan anak yang baik akan menumbuhkan persepsi yang positif dalam diri anak tentang orang tua mereka. Pola asuh yang diterapkan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan karir anak. Remaja yang memiliki persepsi bahwa orang tuanya menerapkan pola asuh demokratis akan merasa dirinya diterima, dihargai, diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri, dan menentukan pilihannya. Anak bisa belajar untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab dalam bersikap dan menentukan segala sesuatu dan kelak tidak akan mengalami kekecewaan. Berdasarkan uraian di atas, bahwa anak yang memiliki persepsi bahwa orang tuanya menerapkan pola asuh demokratis disinyalir dapat lebih menentukan pilihan karirnya secara optimal karena orang tua tidak memaksakan kehendaknya, pilihan karir diambil berdasarkan kesepakan bersama antara anak dan orang tua. Pendidikan karir juga sangatlah penting untuk membantu siswa agar dapat mengeksplorasi berkenaan dengan pekerjaan, menyiapkan dan memantapkan pilihan siswa. Dalam hal ini konselor atau yang lebih dikenal dengan guru bimbingan dan konseling perlu menyiapkan berbagai bentuk bantuan untuk siswanya dalam proses perencanaan karir yang dikemas dalam layanan bimbingan karir. Bimbingan 10

dan konseling karir dapat membantu perkembangan karir anak, untuk mendapat pendidikan pekerjaan sesuai dengan diri dan siswa akan lebih bisa menetukan pilihan karirnya. Salah satu faktor yang menentukan pilihan karir anak adalah orang tua. Di sini konselor atau guru juga pembimbing selain harus mengetahui bakat dan minat siswa juga harus mengetahui hubungan antara orang tua dan anak. Berkenaan dengan pentingnya layanan karir dalam membantu pemilihan karir siswa kemudian sebelumnya, di SMA Negeri 11 Yogyakarta belum ada penelitian berkenaan dengan hal ini. Untuk itu peneliti lebih lanjut ingin melakukan penelitian berkenaan dengan: Hubungan antara Persepsi Pola Asuh Demokratis dengan Pemilihan Karir pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 11 Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Kebingungan manusia yang harus memenuhi setiap kebutuhannya, yang mana beberapa kebutuhan harus dipenuhi dengan uang dan untuk mendapat uang seseorang harus bekerja. 2. Kebingungan manusia yang selalu dihadapkan pada keputusan-keputusan karir. 3. Kebingungan siswa SMA Negeri 11 Yogyakarta dalam memilih karirnya, masih banyak diantara mereka masih ragu-ragu dalam membuat pilihan karir. 11

4. Adanya kesenjangan antara pilihan anak dengan pilihan orang tua yang menjadi hambatan dalam pemilihan karir siswa SMA Negeri 11 Yogyakarta. 5. Individu mengalami kebingungan identitas tidak menemukan arah pekerjaan atau komitmen ideologi yang mana pun, dan mencapai kemajuan kecil kearah tujuan-tujuan ini. 6. Persepsi anak terhadap pola asuh orang tua akan berpengaruh pada pemilihan karir anak. 7. Belum diketahuinya Hubungan antara Persepsi Pola Asuh Demokratis dengan Pemilihan Karir pada siswa Di SMA Negeri 11 Yogyakarta. C. Batasan Masalah Agar pembahasan masalah dalam penulisan ini tidak terlalu luas, mempermudah penulis dalam membuat penulisan, dan untuk lebih mengarahkan penelitian ini pada permasalahan pokok sebagaimana telah di uraikan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas. Peneliti membatasi masalah sebagai yaitu Persepsi anak terhadap pola asuh orang tua akan berpengaruh pada pemilihan karir anak sementara itu belum diketahuinya hubungan antara persepsi pola asuh demokratis dengan pilihan karir pada siswa di SMA Negeri 11 Yogyakarta. 12

D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah di uraikan di atas maka dalam penelitian ini dapat di rumuskan masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan yang positif antara persepsi pola asuh demokratis dengan pemilihan karir pada siswa kelas XI SMA Negeri 11 Yogyakarta. E. Tujuan Dalam suatu kegiatan penelitian, selalu memiliki tujuan tertentu. Tujuan tersebut diperlukan untuk memberi arah dalam melangkah sesuai dengan maksud penelitian dan berdasarkan pada permasalahan yang ada. Penelitian ini disusun dengan tujuan: untuk mengetahui hubungan positif antara persepsi pola asuh demokratis dengan pemilihan karir pada siswa SMA Negeri 11 Yogyakarta. F. Manfaat 1. Secara Teoritis a. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya bimbingan dan konseling yaitu mengetahui hubungan persepsi pola asuh demokratis terhadap pemilihan karir anak. b. Dapat dijadikan bahan kajian untuk penelitian selanjutnya 13

2. Secara Praktis a. Hasil penelitian ini bisa membantu guru BK dalam meningkatkan program layanan bimbingan karir b. Bagi orang tua hasil penelitian ini bisa membantu orang tua terhadap pemilihan karir anak dimana orang tua bisa lebih demokratis terhadap anaknya. c. Bagi Peneliti hasil penelitian ini bisa membantu peneliti apabila kelak menjadi guru BK bisa membantu dalam proses pemberian layanan karir. 14