BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di salah satu SMA swasta di Bandung. Pemilihan lokasi ini dilakukan berdasarkan kesesuaian antara kurikulum yang diterapkan di SMA tersebut dengan kurikulum materi pada butir soal yang dikembangkan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Objek yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan oleh peneliti. Instrumen tersebut digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang mungkin terjadi pada 56 siswa SMA kelas XI di salah satu sekolah swasta di Bandung yang telah mempelajari materi kesetimbangan kimia. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D), yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013). Langkah-langkah penelitian dan pengembangan terdiri atas sepuluh langkah, seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.1. Potensi dan Masalah Pengumpulan Data Desain Produk Validasi Desain Revisi Desain Produksi Masal Revisi Produk Ujicoba Pemakaia Revisi Produk Ujicoba Produk Tahap yang dilakukan Tahap yang tidak dilakukan
39 Gambar 3.1. Langkah-Langkah Metode R&D Dari kesepuluh langkah penggunaan metode R&D (Gambar 3.1), tidak seluruhnya dilakukan dalam penelitian ini. Hanya sampai langkah ke enam yang dilakukan, sampai pada tahap ujicoba produk. Selanjutnya, keenam langkah penelitian dan pengembangan tersebut dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu tahap pengembangan butir soal, tahap validasi, dan tahap aplikasi. Langkah penelitian pengembangan (R&D) yang dilakukan pada penelitian ini disajikan seperti pada Gambar 3.2. Tahap Pengembangan Butir Soal Tahap Validasi Tahap Aplikasi 1. Potensi dan Masalah 2. Pengumpulan Data 3. Desain Produk 4. Validasi Desain 5. Revisi Desain 6. Ujicoba Produk Gambar 3.2. Langkah-Langkah R&D yang Digunakan dalam Penelitian
40 C. Prosedur Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada gambar 3.3. Kajian materi kesetimbangan kimia Kajian tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat Tahap Pengembangan Butir Soal Berdasarkan kajian literatur Analisis miskonsepsi kesetimbangan kimia Berdasarkan tes essay Potensi dan Masalah serta Pengumpulan Data Pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat Desain produk Uji validitas Tahap Validasi Ditolak CVR < 0.99 Analisis data CVR 0,99 Uji reliabilitas Revisi Penyusunan kunci determinasi miskonsepsi Analisis data Revisi Validasi serta Revisi Desain Perangkat instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat Tahap Aplikasi Produk Aplikasi instrumen tes pilihan ganda dua tingkat Analisis miskonsepsi dengan miskonsepsi siswa pada materi kesetimbangan menggunakan kimia kunci determinasi Temuan miskonsepsi Ujicoba Produk
41 Langkah-langkah penelitian yang terdapat pada Gambar 3.2. dijabarkan sebagai berikut : Gambar 3.3. Alur Penelitian 1. Tahap Pengembangan Butir Soal Pada tahap pengembangan butir soal tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dilakukan mengikuti dan memodifikasi prosedur penelitian Tan et al. (2005) yang mengacu pada prosedur yang dilakukan oleh Treagust (1995). Pada tahap ini dilakukan beberapa langkah, yaitu potensi dan masalah, pengumpulan data, dan desain produk. a. Potensi dan Masalah Dalam langkah potensi dan masalah, dilakukan kajian literatur guna mengungkap informasi mengenai miskonsepsi siswa pada materi kesetimbangan kimia, serta penyebab dan cara mengungkapnya berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Pemaparan tentang potensi dan masalah secara rinci dipaparkan pada latar belakang bab 1. b. Pengumpulan Data Dalam langkah pengumpulan data dilakukan kajian tentang tes diagnostik, miskonsepsi, tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat dan analisis materi kesetimbangan kimia serta analisis miskonsepsi kesetimbangan kimia. Pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti dan memodifikasi tahapan pengembangan yang dilakukan dalam penelitian Tan et al. (2005) yang juga mengacu pada aturan tahapan pengembangan Treagust (1995), yaitu: 1) Penentuan Konten Materi Materi yang digunakan dalam tes diagnostik yaitu materi kesetimbangan kimia. Kajian konten materi dilakukan berdasarkan standar isi yang berpedoman
42 pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Analisis konsep-konsep kesetimbangan kimia dilakukan sebagai informasi untuk menyusun pertanyaan dan pilihan jawaban pada tingkat pertama. Selain itu dilakukan juga kajian mengenai tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat baik dari jurnal, buku, atau sumber penelitian lainnya. 2) Pengumpulan Data Miskonsepsi Siswa Pengumpulan data miskonsepsi siswa dilakukan berdasarkan hasil kajian literatur dari penelitian sebelumnya pada materi kesetimbangan kimia, juga dari hasil tes essai guna melengkapi miskonsepsi yang diperoleh dari hasil kajian literatur yang digunakan sebagai pengecoh di tingkat kedua (Lampiran B.2). 3) Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat Item tes diagnostik yang dikembangkan terdiri dari dua tingkat. Pada tingkat pertama terdiri dari tiga pilihan jawaban dari konten pertanyaan item tes dan pada tingkat ke dua terdiri dari enam pilihan yang merupakan alasan dari tingkat pertama. Pertimbangan untuk jumlah pilihan alasan pada tingkat pertama dan tingkat kedua berdasarkan banyaknya miskonsepsi siswa yang ditemukan pada hasil kajian jurnal. Dengan jumlah tiga pilihan jawaban pada tingkat pertama dan enam pilihan alasan pada tingkat kedua, diharapkan lebih banyak miskonsepsi siswa yang terungkap dengan menggunakan instrumen tes diagnostik yang dikembangkan. c. Desain Produk Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat. Desain produk dibuat dengan sebuah pola instrumen yang didalamnya berisi konsep target, miskonsepsi, dan soal pilihan ganda dua tingkat. Pada setiap konsep masing-masing terdiri dari lima miskonsepsi (Lampiran B.3). Berdasarkan ketiga langkah penyusunan dan pengembangan tes seperti dijelaskan
43 diatas, maka contoh desain produk berupa tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.4. Tahap 1 Penentuan Isi Materi Mengidentifikasi konsep esensial pada materi kesetimbangan kimia berdasarkan SK KD KTSP 2006 Tahap 2 Pengumpulan Data Miskonsepsi Siswa Kajian literatur dan tes esai Tahap 3 Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat STEM Opsi Tingkat Pertama: 1. Jawaban 2. Pengecoh 3. Pengecoh Opsi Tingkat Kedua: 1. Jawaban 2. Miskonsepsi 3. Miskonsepsi 4. Miskonsepsi 5. Miskonsepsi Pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda 6. Miskonsepsi dua tingkat untuk mengidentifikasi
44 Gambar 3.4. Desain Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat 2. Tahap Validasi Validasi desain merupakan kegiatan untuk menilai rancangan instrumen yang dikembangkan. Validasi desain terdiri dari dua proses, yaitu uji validitas dan reliabilitas. a. Validitas Penilain validitas instrumen dilakukan dengan judgment para ahli. Uji validitas isi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara butir soal yang dibuat dengan miskonsepsi. Validator yang memvalidasi instrumen pada penelitian ini terdiri dari lima orang dosen kimia. Selanjutnya menentukan nilai validitas isi dari masing-masing butir soal dengan menggunakan metode CVR. Nilai CVR setiap butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan Lawshe, seperti yang dijelaskan pada bab 2 halaman 21. Berpedoman pada tabel minimum CVR (Tabel 2.2), nilai minimum CVR dengan jumlah validator 5 adalah 0,99. Guna dari nilai CVR ini untuk menentukan kelayakan dari butir soal yang dibuat dari segi validitas isinya. Butir soal yang mempunyai nilai CVR sama dengan atau lebih dari 0,99 (CVR 0,99) dikatakan memenuhi kriteria baik (valid/layak) dari segi validitas isinya, sedangkan butir soal yang mempunyai nilai CVR kurang dari 0,99 (CVR < 0,99) dikatakan tidak memenuhi kriteria baik (tidak valid/tidak layak) dari segi validitas isinya. Hasil perhitungan nilai CVR untuk setiap butir soal yang dikembangkan dipaparkan pada Lampiran B.4. Hasil masukan atau saran dari validator dilakukan perbaikan (revisi) butir soal dalam hal penggunaan kata baku dan kalimat yang kurang tepat. Butir soal yang dinilai valid, selanjutnya digunakan dalam uji reliabilitas.
45 b. Reliabilitas Butir soal yang telah dinilai valid, kemudian dilakukan uji reliabilitas dengan mengujikan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat pada 34 siswa kelas XI yang telah mempelajari materi kesetimbangan kimia. Dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui nilai reliabilitas tes yang dikembangkan. Hasil perhitungan nilai reliabilitas instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan diperoleh dengan menggunakan program SPSS 17, dimana nilai Alpha Cronbach merupakan nilai reliabilitas tes diagnostik yang dikembangkan. Sebelumnya, dilakukan penskoran pada setiap butir soal. Apabila siswa menjawab benar pada kedua tingkat diberi skor 1, dan apabila siswa menjawab benar hanya pada salah satu tingkat atau menjawab salah pada ke dua tingkat, maka siswa diberi skor 0. Kemudian hasil nilai reliabilitas yang diperoleh di bandingkan dengan nilai reliabilitas yang terdapat dalam Tabel 2.2. untuk mengetahui kategori nilai reliabilitas dari instrumen tes yang dikembangkan. Pertimbangan untuk mengurangi kesalahan dalam melakukan identifikasi miskonsepsi siswa pada hasil uji coba produk dan agar hasil identifikasi miskonsepsi pada setiap konsep lebih akurat, maka dilakukan pemilihan soal untuk uji coba produk. Dimana setiap konsep hanya diwakili masing-masing oleh satu soal. c. Kunci Determinasi Miskonsepsi Setelah butir-butir soal valid baik dari segi validitas isi maupun reliabilitasnya, selanjutnya dilakukan penyususnan kunci determinasi miskonsepsi pada materi kesetimbangan kimia. Kunci determinasi miskonsepsi adalah uraian keterangan tentang pola respon siswa pada tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat. Setiap pola respon menunjukkan apakah siswa tersebut mengalami miskonsepsi atau tidak. Kunci determinasi disebut juga kunci identifikasi (Firmanwibi, 2012). Kunci determinasi miskonsepsi ini disusun berdasarkan kombinasi jawaban siswa yang teridentifikasi mengalami miskonsepsi. Berdasarkan pengelompokan pemahaman (Tabel 3.2) yang dijelaskan dalam
46 Tarakci et al. (1999), kombinasi jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi adalah jika siswa memberikan jawaban benar tingkat pertama dan jawaban salah pada tingkat kedua atau jika siswa menjawab salah pada tingkat pertama dan menjawab benar pada tingkat kedua dari setiap butir soal yang dikembangkan. Kunci determinasi ini disusun untuk menentukan apa saja miskonsepsi yang terdapat dalam pikiran siswa berdasarkan kombinasi respon siswa pada aplikasi produk dengan cara membandingkan hasil jawaban siswa pada aplikasi produk dengan kunci determinasi miskonsepsi. Kunci determinasi yang dibuat tercantum pada Tabel 4.2 bab 4. 3. Tahap Aplikasi Produk Tahap aplikasi produk dilakukan untuk mengetahui apa saja miskonsepsi siswa yang terungkap berdasarkan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan. Langkah yang dilakukan adalah mengaplikasikan instrumen tes yang telah ditentukan kelayakannya dari segi validitas isi dan reliabilitas. Jumlah instrumen yang diaplikasikan terdiri dari 13 butir soal (Lampiran A.3), yang diterapkan pada 56 siswa SMA kelas XI yang telah mempelajari materi kesetimbangan kimia. Hasil dari jawaban siswa pada tahap aplikasi produk di analisis untuk mengetahui miskosepsi yang teridentifikasi. Analisis miskonsepsi ini dilakukan dengan menggunakan kunci determinasi miskonsepsi pada materi kesetimbangan kimia (Tabel 4.2). Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui apa saja miskonsepsi siswa pada materi kesetimbangan kimia (Tabel 4.4). D. Teknik Analisis Data Dilakukan pengolahan data terhadap instrumen yang telah diujikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Ada dua teknis analisis data yang dilakukan dalam
47 penelitian ini, yaitu: 1) analisis instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat dan 2) analisis miskonsepsi dari hasil tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat. 1. Analisis Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat Analisis instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. a. Validitas Item tes yang dikembangkan diuji validitas oleh para pakar dengan memeriksa kecocokan antara butir-butir soal yang dibuat dengan pilihan jawaban pada tingkat pertama, dengan pilihan alasan pada tingkat kedua, dan kesesuaian miskonsepsi yang digunakan. Hasil validasi dianalisis dengan menggunakan teknik CVR. Nilai CVR yang diperoleh dihitung dengan menggunakan persamaan Lawshe yang tertulis di bab 2. Hasil perhitungan nilai CVR dari setiap butir soal dibandingkan dengan nilai minimum CVR yang ada pada Tabel 2.1 bab 2. b. Reliabilitas Nilai reliabilitas diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 17. Nilai alpha cronbach merupakan sebagai indeks reliabilitas. Sebelumnya, dilakukan penskoran pada setiap butir soal. Apabila siswa menjawab benar di kedua tingkat maka jawaban tersebut dikatakan benar dan mendapat skor 1. Sedangkan, apabila siswa hanya menjawab benar di salah satu tingkat maupun menjawab salah di kedua tingkat maka jawaban tersebut dikatakan salah dan mendapat skor 0. Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian ditafsirkan dengan menggunakan kriteria sebagaimana yang tercantum pada bab 2 Tabel 2.2 mengenai pedoman penafsiran nilai alpha cronbach. 2. Analisis Miskonsepsi Hasil Tes diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat Data hasil aplikasi tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan pola respon siswa pada tiap butir soal dengan menggunakan format seperti pada Tabel 3.1.
48 Tabel 3.1. Persentase Pola Respon Siswa dari Setiap Tes Diagnostik Miskonsepsi (Tan et al., 2005) Kode Pilihan Jawaban Pilihan Alasan (Tingkat Kedua) Soal (Tingkat Pertama) 1 2 3 4 5 6 1 A A.1 A.2 A.3 A.4 A.5 A.6 B B.1 B.2 B.3 B.4 B.5 C.6 C C.1 C.3 C.3 C.4 C.5 B.6 Perhitungan persentase pola respon siswa dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut ini. Keterangan: P = Persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi S = Banyaknya siswa yang memilih pola respon tertentu Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes (Tiyas, 2012). Selanjutnya, dianalisis hasil jawaban siswa berdasarkan klasifikasi pemahaman dan miskonsepsi siswa. Miskonsepsi siswa diidentifikasi dengan menggunakan kunci determinasi miskonsepsi (Tabel 4.2.). Klasifikasi kombinasi jawaban siswa ditunjukkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Klasifikasi Kombinasi Jawaban Siswa (Tarakci et al., 1999) Kombinasi Jawaban Siswa Klasifikasi Jawaban Siswa Jawaban benar - Alasan benar Pemahaman utuh Jawaban benar - Alasan salah Pemahaman parsial atau miskonsepsi Jawaban salah - Alasan Benar Pemahaman parsial atau miskonsepsi Jawaban salah - Alasan salah Tidak paham