BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang wilayahnya disatukan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan juga termasuk produk yang tidak memiliki subtitusi (Suhelmi et al.,

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia mempunyai lebih dari pulau dan dikelilingi garis

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

PENDAHULUAN Latar Belakang

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara maritim terbesar dunia dengan luas laut 70 % dari total luas

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak yang dikelilingi oleh laut seluas 7,7

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi yang berisi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. berkembang, sebagian besar penduduknya hidup bergantung pada bidang

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

I. PENDAHULUAN. China Germany India Canada Australia Mexico France Brazil United Kingdom

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nova Windasari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan lahan semakin meningkat seiring dengan pertambahan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5).

Ir. H. Yayan Eka Tavipian, MT MT

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang km yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI UTARA DAERAH KABUPATEN CIREBON

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2018 TENTANG

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PRODUKSI GARAM INDONESIA

Indonesia mempakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari. dapat pulih seperti minyak bumi dan gas mineral atau bahan tambang lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Asahan secara geografis terletak pada ,2 LU dan ,4

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 13.487 pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang khatulistiwa, dan 1.760 Km dari Utara ke Selatan. Keadaan ini menjadikan Indonesia mempunyai panjang garis pantai ± 81.791 Km. Indonesia mempunyai banyak sumber daya laut seperti ikan, udang, terumbu karang, hutan mangrove, dan garam. Kesemua potensi sumber daya laut tersebut merupakan salah satu modal dalam pembangunan nasional. Sumber daya laut tersebut tentunya dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dalam rangka kesejahteraan manusia. Manusia sebagai makhluk hidup dalam memenuhi kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lingkungan hidup setiap wilayah dipermukaan bumi ini memiliki ciri khas masing-masing. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor fisik yang mendukung seperti iklim, geologi, hidrologi, morfologi, tanah dan vegetasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nursid Sumaatmadja (1989:26) bahwa lingkungan atau lingkungan hidup, termasuk yaitu tanah, air, udara, mineral, organisme, manusia serta makhluk hidup lainya. Persyaratan tersebut menunjukan bahwa di lingkungan fisik yang berbeda akan berpengaruh terhadap aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Wilayah pantai merupakan sumber daya yang banyak menghidupi masyarakat yang bermukim di sekitarnya, yaitu sumber daya pertambakan baik tambak ikan, udang maupun tambak garam. Sumber daya pertambakan tersebut, apabila dimanfaatkan secara optimal maka akan dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi atau tingkat kesejahteraan yang tinggi. Peningkatan kesejahteraan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatan produksi yang ada di wilayah Purwadany Samuel Pouw, 2013 KONTRIBUSI USAHA TAMBAK GARAM TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PETANI GARAM DI KECAMATAN PANGENAN KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2 tersebut, seperti Indonesia yang memiliki garis pantai ± 81.791 Km sangat dapat berpotensi untuk usaha tambak garam yang besar guna memenuhi total kebutuhan garam di Indonesia. Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia termasuk negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Di lain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik (kandungan kalsium dan magnesium kurang) banyak diimpor dari luar negeri, terutama seperti garam beriodium serta garam industri. Dari material awal, yaitu garam kasar (krosok), industri garam di Indonesia memproduksi berbagai jenis garam untuk memenuhi berbagai keperluan. Baik untuk kebutuhan rumah tangga, maupun kebutuhan industri, peternakan, dan pertanian. Namun demikian, industri garam di Indonesia bukan berarti berjalan mulus tanpa hambatan dan kendala. Kualitas garam yang belum maksimal, ketidakstabilan harga garam, proses produksi yang masih bersifat tradisional, dan persaingan dengan komoditi garam dari luar negeri merupakan sedikit dari sekian banyak masalah garam di Indonesia. Industri garam nasional yang sebenarnya berasal dari garam rakyat tradisional yang kemudian diproses lebih lanjut menjadi garam briket (untuk bahan pengawet dan keperluan industri), garam halus (garam meja) dihasilkan terutama di sentra-sentra garam yang terletak di : Barat : Cirebon, Indramayu Tengah : Pati, Rembang, Gresik dan Pulau Madura Timur : NTB (Bima), NTT dan Sulawesi Selatan (Jeneponto), yang pada saat ini hanya menghasilkan produksi rata-rata 1 juta ton / tahun. Purwadany Samuel Pouw, 2013 KONTRIBUSI USAHA TAMBAK GARAM TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PETANI GARAM DI KECAMATAN PANGENAN KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Salah satu lokasi usaha tambak garam di Indonesia berada pada Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon yang berada di daerah pesisir Laut Jawa. Berdasarkan letak geografisnya, wilayah Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon berada pada posisi 6 45 05-6 50 45 Lintang Selatan dan 108 38 00-108 42 35 Bujur Timur. Kecamatan Pangenan dengan luas 21,03 km 2 berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara, Kecamatan Astanajapura di sebelah barat, Kecamatan Karangsembung di sebelah selatan, Kecamatan Gebang di sebelah timur. Kecamatan Pangenan memiliki jumlah 9 Desa yaitu Desa Pangenan, Pangarengan, Japura Lor, Beringin, RawaUrip, Bendungan, Pangenan, Getrakmoyan, dan desa Ender. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon, luas areal garam di Kabupaten Cirebon sekitar 2.944 hektare. Namun dari luas itu, hanya 1930 hektare yang digunakan sementara sisanya digunakan untuk tambak. Dalam Kecamatan Pangenan, luas area tambak garam itu sendiri adalah yang paling besar diantara kecamatan lainnya dengan luas 1558 hektare. Adapun jumlah petani garam di Kecamatan Pangenan sebanyak 2777 orang. Dengan kemampuan produksi pertahun kurang lebih mencapai 150.052 ton pertahun. Tabel 1.1 Rekap Data Produksi Terakhir Sampai Dengan 30 November 2012 Dan Stock NO. KECAMATAN DESA Sampai Dengan 22 Januari 2013 JUMLAH KELOMPOK JUMLAH PETAMBAK (ORANG) LUAS LAHAN (HEKTAR) PRODUKSI (TON) 1 PANGENAN 1. BENDUNGAN 31 310 154 16.221 2. RAWA URIP 89 887 466 44.939 3. PENGARENGAN 130 1.294 776 74.737 4. PANGENAN 29 286 162 14.155 JUMLAH 279 2.777 1.558 150.052 2 ASTANAJAPURA 5. KANCI 33 330 163 16.489 6. KANCI KULON 19 190 59 10.766 JUMLAH 52 520 222 27.255 3 MUNDU 7. WARUDUWUR 33 330 119 11.083 JUMLAH 33 330 119 11.083

4 GUNUNGJATI 8. JATIMERTA 1 10 5 490 JUMLAH 1 10 5 490 5 SURANENGGALA 9. MUARA 1 10 5 479 JUMLAH 1 10 5 479 6 KAPETAKAN 10. BUNGKO 5 50 17 1.557 11. BUNGKO LOR 1 10 5 471 JUMLAH 6 60 22 2.028 JUMLAH TOTAL 372 3.707 1.930 191.387 Sumber : Dinas Perikanan dan kelautan Kabupaten Cirebon (Januari 2013) Lahan tambak garam ini merupakan bagian dari sumber daya pantai di wilayah pesisir yang belum dikelola secara maksimal, hal ini terlihat pada petani penggarap lahan tambak garam mendapatkan pendapatan relatif masih sangat rendah dibandingkan dengan masyarakat lainya di wilayah pesisir seperti nelayan. Sebagai contoh pada musim panen garam tahun 2011/2012 di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, harga garam pada puncak produksi di bulan September hanya mencapai Rp 350,-/kg sementara produksi garam per 1 ha unit tambak garam maksimal menghasilkan 60 ton garam krosok/musim (1 musim = ± 5 bulan), sehingga nilai produksi garam hanya mencapai Rp. 2.100.000,-. Nilai ini masih dibagi dua antara penggarap dan pemilik lahan, sementara untuk 1 ha tambak garam minimal dikerjakan oleh dua orang petani penggarap. Sebagai pelaku produksi yang berkontribusi besar terhadap produksi garam nasional ternyata petani garam kondisinya juga masih belum sejahtera. Keadaan petani garam sebagaimana kehidupan pada masyarakat pesisir umumnya menghadapi berbagai permasalahan yang menyebabkan kemiskinan. Pada umumnya mereka menggantungkan hidupnya dari pemanfaatan sumberdaya laut dan pantai yang sangat bergantung musim. Kondisi iklim dan cuaca yang seringkali tidak bersahabat, mekanisme harga dan pasar garam yang cenderung tidak berpihak kepada petani garam menjadikan usaha garam ini risiko. dilingkupi

Banyak petani garam yang menjual garamnya ke berbagai perusahan yang mengelolah garam mentah menjadi garam beriodium. Berikut ini adalah perusahaan industri garam yang mengolah garam menjadi garam beriodium yang nantinya akan siap dipasarkan. No Tabel 1.2 Daftar Perusahaan Industri Garam Di Kabupaten Cirebon Nama Pengrajin Jumlah Tenaga Kerja 1 PT. EKASARI PUTRA JAYA 24 Jumlah Produksi Garam Per Tahun Halus : 1850 ton Briket : 200 ton 2 PT. GILAP MURNI 10 300 ton 3 PT. JAYARAYA 6 600 ton 4 PD. NIAGA GARAM CEMERLANG 20 10.000 ton 5 PD. SANUTRA UTAMA 377 135.500 ton 6 PD. ABADI PUTRA 15 5.000 ton 7 PT. BENDUNGAN 50 5.000 ton 8 AL - BAROKAH 30 1.000 ton 9 PD. TIGA BELAS PUTRA 22 660 ton 10 PT. SARI BUANA 50 1200 ton 11 PD. TIGA TUJUH 35 Halus : 1500 ton Briket : 1000 ton Total 565 162.105 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon (Januari 2013) Usaha tambak garam bagi masyarakat Kecamatan Pangenan merupakan salah satu mata pencaharian yang cukup penting, tetapi pada kenyataanya petani garam di Kecamatan Pangenan dihadapkan pada situasi sulit. Banyak petani tidak dapat bertahan dengan pilihan usahanya, bahkan ada yang meninggalkan usahanya dan berpindah mata pencaharian lain. Problem yang dihadapi petani garam antara lain menyangkut harga, mutu garam yang sangat rendah, sampai membanjirnya garam impor. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji Kontribusi Usaha Tambak Garam Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani Garam di Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon sebagai bahan untuk skripsi saya.

B. Rumusan Masalah Permasalah pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana keadaan usaha tambak garam yang dilakukan oleh petani garam di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon? 2. Faktor-faktor yang mendukung tambak garam di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon? 3. Berapa besar kontribusi usaha tambak garam terhadap kondisi sosial ekonomi petani garam di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi usaha tambak garam di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor geografis yang mendukung tambak garam di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon. 3. Menganalisis kontribusi usaha tambak garam terhadap kondisi sosial ekonomi petani garam di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon. D. Manfaat Penelitian Adapun di dalam penelitian ini manfaat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Diperolehnya data dan informasi mengenai usaha tambak garam di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon. 2. Sebagai saran dan bahan pertimbangan bagi Pemda atau Instansi terkait mengenai faktor-faktor geografis yang mendukung tambak garam di Kecamatan Pangenan, dan kontribusi tambak garam terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon. 3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang tambak garam.

E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penulis dalam mengangkat permasalahan penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini menguraikan berbagai kajian teori yang terkait dengan permasalahan yang diambil, meliputi pengertian mengenai garam, pembuatan garam, kualitas garam, indikator kesejahteraan, dukungan pemerintah, dan faktor geografis yang mempengaruhi usaha tambak garam. BAB III PROSEDUR PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan ataupun proses yang ditempuh dalam penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut bab ini meliputi beberapa penjelasan mengenai lokasi penelitian, metode penelitan, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan mengenai pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan kondisi geografis Kecamatan Pangenan baik dari segi fisik maupun sosial, analisis data responden, dan kontribusi usaha tambak garam terhadap pendapatan, kesehatan, pendidikan anak, kondisi rumah, dan fasilitas hidup yang dimiliki oleh petani garam BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran yang diberikan dari hasil penelitian.